tag:blogger.com,1999:blog-137662074336784582024-02-20T08:26:50.807-08:00DR. HAMZAH HARUN AL-RASYID, MA.DR. HAMZAH HARUN AL-RASYID, M.A.http://www.blogger.com/profile/13478867788040025890noreply@blogger.comBlogger330125tag:blogger.com,1999:blog-13766207433678458.post-30710403889148110582018-01-15T20:20:00.002-08:002018-01-15T20:44:00.796-08:00PENULIS BUKU KEKERASAN ATAS NAMA AGAMA<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2pt;">
<b><span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">H. HAMZAH HARUN AL-RASYID. </span></b><span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Lahir 30 juli 1962. Alumni Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM)
ini memperoleh gelar: • Sarjana Muda (BA) 1987, dan • Sarjana Lengkap (Drs)
Aqidah-Filsafat 1989 dari Perguruan Tinggi Islam As’adiyyah Pusat Sengkang.</span></div>
<a name='more'></a> •
Pendidikan Kader Ulama (PKU) 1988. Dari Persatuan 4 Pondok Pesantren Besar
Sulawesi Selatan (Hai’at al-Takaful). • Sarjana (Lc) Aqidah-Filsafat (1992)
dari Univ. Al-Azhar Kairo Mesir. • Program Magister Bid. Hukum Islam di
Institut Study Islam Zamalik Kairo, 1992-1995. • Magister (MA) Aqidah-filsafat
dari UI Um Durman Sudan 1998, • Program Doktor Filsafat di Univ. Nilain
Khartoum 1999-2004. • Doctor of The Malaysia State University(UKM), 2009. •
Suami Dra. Hj. A. Besse Masdianah Tenri Tappu ini selain aktif sebagai Dosen
tetap Fak.Tarbiyyah, Pasca Sarjana, juga aktif sebagai Presiden Komisaris PT.
Diana Valas Indo Sejahtera, Dir. Utama PT. Al-Salam Anugerah Wisata. Divisi Hubungan
luar negeri Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sul-Sel, Mustasyar NU Kota Makassar
dll. Ayah dari enam anak ini pernah menjabat sebagai Ketua Umum KKS Kairo,
Ketua Umum ICMI Khartoum, Sudan, Penasehat KKSS Malaysia, Dosen Tamu pada
Univerciti Kebangsaan Malaysia, Professor Pelawat (Visiting Professor) pada
Universiti Perguruan Ugama Seri Begawan Negara Brunei Darussalam. Kini, beliau
menjabat sebagai Kepala Balai Penelitian dan Pengembangan Agama (Balitbang
Agama) Makassar untuk wilayah kerja Kawasan Timur Indonesia. <o:p></o:p><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2pt;">
<b><span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">SAPRILLAH</span></b><span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">. Lahir di dusun kecil
bernama Cappasolo, Malangke (Kab. Luwu Utara, Sulawesi Selatan), tanggal 10
Pebruari 1977. Ayahnya bernama Syahrir seorang guru agama dan ibunya, Rohana,
seorang ibu rumah tangga yang ulet. Memulai jenjang pendidikan di SDN 169
Rampoang (Malangke, Luwu Utara, lalu ke MTsN Palopo, MANPK Ujungpandang, IAIN
Alauddin Makassar, dan Universitas Hasanuddin Makassar. Dia pernah menjadi
Ketua Cabang PMII Metro Makassar ketika masih kuliah. Pernah pula aktif di LSM
LAPAR Makassar dan sejak tahun 2005 sampai sekarang menjadi peneliti sosial
keagamaan di Balai Litbang Agama Makassar. Saprillah menikah dengan Ayu
Wahyunarsih pada tahun 2005. Dan dikaruniai tiga orang buah hati yang
menyenangkan, Chelsea, Viola, dan Milan. Mulai tertarik menulis sejak duduk di
bangku MTs. Dia sangat suka menuangkan segala apa yang dirasakannya dalam
bentuk tulisan. Baginya, kehidupan adalah sumur inspirasi yang tidak pernah
kering. Sesanti Pram <o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 1pt;">
<i><span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">menulis adalah bekerja untuk keabadian </span></i><span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">adalah penyemangat kala lelah, jenuh, dan kram otak mendatangi.
Beberapa karya yang sudah terbit: <i>Biografi Anregurutta Malik, Pengabdian
Tanpa Batas </i>(2014), Jejak, <i>Cinta Tidak Pernah Salah Mengenali Tuannya </i>(2015)
dan Calabai, <i>Perempuan dalam Tubuh Lelaki </i>(2016). Dua karya terakhir
berbentuk novel.</span><span style="font-family: "Accanthis ADF Std No2", serif;"><o:p></o:p></span></div>
</div>
DR. HAMZAH HARUN AL-RASYID, M.A.http://www.blogger.com/profile/13478867788040025890noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-13766207433678458.post-80855734916294901712018-01-15T20:13:00.001-08:002018-01-15T20:13:11.606-08:00KEKERASAN ATAS NAMA AGAMA<br />
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta<br />
Lingkup Hak Cipta<br />
<a name='more'></a><br />
Pasal 2<br />
1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perudang-undangan yang berlaku.<br />
Ketentuan pidana<br />
Pasal 72<br />
1. Barangsiapa dengan sengaja atau tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).<br />
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Hamzah Harun Al Rasyid<br />
Saprillah<br />
<br />
Kekerasan atas Nama Agama<br />
© 2017, Lintas Nalar<br />
x + 206 hlm; 14,5 cm x 20,5 cm<br />
ISBN:<br />
Cetakan ke 1, November 2017<br />
Perancang Sampul & Tata Letak Isi:<br />
Tim Kreatif Lintas Nalar<br />
Diterbitkan oleh:<br />
Lintas Nalar, CV<br />
Jl. Ki Pemanahan - Kampung Jagangrejo<br />
Pelemwulung - Kec. Banguntapan<br />
Bantul, D.I. Yogyakarta<br />
Kerjasama dengan:<br />
Balai Litbang Keagamaan Makassar<br />
Dicetak oleh:<br />
CV. Panrita Global Media<br />
Nusa Tamarunang Blok D/7 Kec. Somba Opu Kab. Gowa<br />
Email: panritaglobalmedia@gmail.com<br />
Hp. 085240444700DR. HAMZAH HARUN AL-RASYID, M.A.http://www.blogger.com/profile/13478867788040025890noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-13766207433678458.post-41324376141361785552018-01-15T20:11:00.000-08:002018-01-15T20:11:03.320-08:00KATA PENGANTAR<div style="text-align: right;">
<b><i>HAMZAH HARUN AL RASYID, M.A & SAPRILLAH</i></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; mso-line-height-alt: 11.05pt; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: Algerian; font-size: 60.5pt;">B</span><span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">uku ini merupakan refleksi dari beberapa hasil riset yang
dilakukan oleh tim peneliti </span></div>
<a name='more'></a>Balai Litbang Agama Makassar tentang gerakan
kekerasan yang berbasis agama dalam kawasan Timur Indonesia, yang merupakan
wilayah kerja Balai Litbang Agama Makassar. Basis data sebagian besar diambil
dari riset tentang <i>perspektif Publik terhadap radikalisme agama di Sulawesi
Tengah dan Sulawesi Selatan pada tahun 2014. </i><o:p></o:p><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Fenomena radikalisme agama telah menjadi fenomena internasional.
Ada banyak motif yang menjadi latar belakang munculnya gerakan radikalisme
agama. Dan sebagai gerakan internasional, Indonesia menjadi salah satu tempat
sasaran dan rekruitmen kader dalam jaringan gerakan radikalis internasional. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Penulis menyadari bahwa istilah radikalisme (juga terorisme dan
istilah-istilah lain) merupakan istilah yang mengundang perdebatan. Beberapa
elemen Islam menolak untuk disebut sebagai radikalis atau ekstrimis dilekatkan
secara semena-mena kepada Islam. Mereka menganggap gerakan mereka sebagai misi
keagamaan dan bernilai ibadah. Tentu saja dapat dimaklumi keberatan-keberatan
yang terkait dengan istilah karena impilikasi sosio-politiknya bisa menimpa
semua elemen masyarakat Islam. Oleh karena itu, buku ini berupaya untuk
memberikan pemahaman tentang peta gerakan keagamaan Islam kontemporer yang
berkembang pasca reformasi. Ada gerakan politik, gerakan kultural, dan juga ada
gerakan kekerasan. Kelompok-kelompok ini tidaklah terkait secara otomatis satu
sama lain. Sehingga menguniversalisasi istilah radikal untuk semua kelompok
yang secara tampilan dan basis epistemologi memiliki kemiripan. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Buku ini –meski tidak terlalu banyak- menjelaskan bahwa fenomena
kekerasan berbasis agama adalah fenomena universal. Beberapa kasus yang dibahas
melibatkan kekerasan dari kelompok agama non muslim seperti kasus Tolikara.
Kalaupun istilah ini lebih banyak dilekatkan kepada kelompok Islam, itu karena
frekwensi kasus dan proses ideologisasi yang memang lebih banyak terjadi di
kalangan gerakan Islam di Indonesia. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Bagaimanapun dan dari kelompok (agama) manapun, gerakan
radikalisme tidak bisa dibenarkan dan ditolerir. Semua elemen bangsa ini harus
bergerak bersama untuk menangkal dan melawan arus radikalisme yang semakin
gencar di era media sosial. Di bagian akhir buku ini, penulis mengusul tiga
cara sebagai model perlawanan terhadap gerakan radikalisme berbasis agama. <o:p></o:p></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 20.05pt; margin-bottom: 42.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Selamat membaca!</span><b><span style="font-family: "Caviar Dreams", sans-serif; font-size: 20pt;"><o:p></o:p></span></b></div>
DR. HAMZAH HARUN AL-RASYID, M.A.http://www.blogger.com/profile/13478867788040025890noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-13766207433678458.post-17418129519692423472018-01-15T20:06:00.003-08:002018-01-15T20:06:13.913-08:00Daftar Isi<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; tab-stops: 7.1pt right 439.45pt; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Pengantar Penulis ....................................................................................................................... iii<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; tab-stops: 7.1pt right 439.45pt; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Daftar Isi
...................................................................................................................................... v</span></div>
<a name='more'></a><o:p></o:p><br />
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 1.0pt; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l3 level1 lfo2; tab-stops: 14.2pt right 439.45pt; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -21.3pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Mukaddimah ......................................................................................................................... 1<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 1.0pt; mso-add-space: auto; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l4 level1 lfo1; tab-stops: 49.65pt right 439.45pt; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -2.4pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Wingdings;">Ø<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Mendiskusikan Istilah ............................................................................................................ 5<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 1.0pt; mso-add-space: auto; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l4 level1 lfo1; tab-stops: right 21.3pt left 49.65pt 15.0cm; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -2.4pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Wingdings;">Ø<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Gejala Fudamentalisme dan Radikalisme sebagai Fenomena Semua <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 1.0pt; margin-left: 49.65pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-layout-grid-align: none; tab-stops: 49.65pt right 439.45pt; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">(Pemeluk) Agama
...................................................................................................... 15<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 1.0pt; margin-left: 14.2pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l3 level1 lfo2; tab-stops: 49.65pt right 439.45pt; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -14.2pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Memahami Konteks Kemunculan Kelompok Islamis di Indonesia .............................. 25<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 1.0pt; margin-left: 14.2pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l3 level1 lfo2; tab-stops: 49.65pt right 439.45pt; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -14.2pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Mengenali Agenda Kaum Islamis Indonesia .................................................................... 35<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 1.0pt; margin-left: 50.2pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l2 level1 lfo3; tab-stops: 49.65pt right 439.45pt; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Wingdings;">Ø<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Islamis Politis ............................................................................................................... 39<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 1.0pt; margin-left: 50.2pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l2 level1 lfo3; tab-stops: 49.65pt right 439.45pt; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Wingdings;">Ø<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Islamis Kultural ........................................................................................................... 54<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 1.0pt; margin-left: 50.2pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l2 level1 lfo3; tab-stops: 49.65pt right 439.45pt; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Wingdings;">Ø<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Islamis Radikal ............................................................................................................ 70<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 1.0pt; margin-left: 14.2pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l3 level1 lfo2; tab-stops: 49.65pt right 439.45pt; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -14.2pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">4.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Realitas Gerakan Kekerasan Bernuansa Agama (Membaca Beberapa <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 1.0pt; margin-left: 14.2pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-layout-grid-align: none; tab-stops: 49.65pt right 439.45pt; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Kasus di Kawasan Timur
Indonesia) .................................................................................. 75<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 1.0pt; margin-left: 50.2pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l0 level1 lfo4; tab-stops: 49.65pt right 439.45pt; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Wingdings;">Ø<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Apakah Jaringan ISIS
Benar Ada di Sulsel dan Sulteng?....................................... 75</span><span style="font-family: "Accanthis ADF Std No2", serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 1.0pt; margin-left: 50.2pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l0 level1 lfo4; tab-stops: 49.65pt right 439.45pt; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Wingdings;">Ø<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Konflik Poso di Sulawesi
Tengah; </span><span style="font-family: "Accanthis ADF Std No2", serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 1.0pt; margin-left: 50.2pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-layout-grid-align: none; tab-stops: 49.65pt right 439.45pt; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">dari Konflik Komunal ke
Lahirnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 1.0pt; margin-left: 50.2pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-layout-grid-align: none; tab-stops: 49.65pt right 439.45pt; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Militan Muslim .......................................................................................................... 85<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 1.0pt; margin-left: 50.2pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l0 level1 lfo4; tab-stops: 49.65pt right 439.45pt; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Wingdings;">Ø<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Peledakan Bom di Makassar
...................................................................................... 97</span><span style="font-family: "Accanthis ADF Std No2", serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 1.0pt; margin-left: 50.2pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l0 level1 lfo4; tab-stops: 49.65pt right 439.45pt; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Wingdings;">Ø<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Bom Gereja Pasca Pilkada
Sulsel Tahun 2013 ......................................................... 98</span><span style="font-family: "Accanthis ADF Std No2", serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 1.0pt; margin-left: 50.2pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l0 level1 lfo4; tab-stops: 49.65pt right 439.45pt; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Wingdings;">Ø<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Demonstrasi di Gereja
Toraja .................................................................................... 102</span><span style="font-family: "Accanthis ADF Std No2", serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 1.0pt; margin-left: 50.2pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l0 level1 lfo4; tab-stops: 49.65pt right 439.45pt; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Wingdings;">Ø<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Gerakan Anti
Syiah...................................................................................................... 105</span><span style="font-family: "Accanthis ADF Std No2", serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 1.0pt; margin-left: 50.2pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l0 level1 lfo4; tab-stops: 49.65pt right 439.45pt; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Wingdings;">Ø<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Kasus Demonstrasi
terhadap Masjid Al-Khairiyah, di </span><span style="font-family: "Accanthis ADF Std No2", serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 1.0pt; margin-left: 50.2pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-layout-grid-align: none; tab-stops: 49.65pt right 439.45pt; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Eks Kampung Texas, Kota
Manado......................................................................... 110<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 1.0pt; margin-left: 50.2pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l0 level1 lfo4; tab-stops: 49.65pt right 439.45pt; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Wingdings;">Ø<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Kasus Tolikara di
Papua.............................................................................................. 132</span><span style="font-family: "Accanthis ADF Std No2", serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 1.0pt; margin-left: 50.2pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l0 level1 lfo4; tab-stops: 49.65pt right 439.45pt; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Wingdings;">Ø<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Pemuda dan Radikalisme
Agama.............................................................................. 139</span><span style="font-family: "Accanthis ADF Std No2", serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 1.0pt; margin-left: 50.2pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l0 level1 lfo4; tab-stops: 49.65pt right 439.45pt; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Wingdings;">Ø<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Analisis Berbagai Kasus
Kekerasan </span><span style="font-family: "Accanthis ADF Std No2", serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 1.0pt; margin-left: 50.2pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-layout-grid-align: none; tab-stops: 49.65pt right 439.45pt; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">dan Demonstrasi Atas Nama
Agama....................................................................... 143<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 1.0pt; margin-left: 16.1pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l3 level1 lfo2; tab-stops: 49.65pt right 439.45pt; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -16.1pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Accanthis ADF Std No2", serif;">5.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Membaca Perspektif Publik
terhadap Radikalisme Agama............................................ 159</span><span style="font-family: "Accanthis ADF Std No2", serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 1.0pt; margin-left: 52.1pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l1 level1 lfo5; tab-stops: 49.65pt right 439.45pt; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Wingdings;">Ø<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Media Massa dan Isu Terorisme................................................................................. 172</span><span style="font-family: "Accanthis ADF Std No2", serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 1.0pt; margin-left: 52.1pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l1 level1 lfo5; tab-stops: 49.65pt right 439.45pt; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Wingdings;">Ø<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><i><span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Zero Tolerance to
Terorisme </span></i><span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">dan Radikalisme Agama;</span><span style="font-family: "Accanthis ADF Std No2", serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 1.0pt; margin-left: 52.1pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-layout-grid-align: none; tab-stops: 49.65pt right 439.45pt; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Membangun Aksi Merawat
Harapan...................................................................... 183</span><span style="font-family: "Accanthis ADF Std No2", serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 1.0pt; margin-left: 52.1pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l1 level1 lfo5; tab-stops: 49.65pt right 439.45pt; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Wingdings;">Ø<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Melawan Radikalisme Agama
dengan Pesantren.................................................... 190</span><span style="font-family: "Accanthis ADF Std No2", serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 1.0pt; mso-layout-grid-align: none; tab-stops: 49.65pt right 439.45pt; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Daftar
Pustaka.............................................................................................................................. 201<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 1.0pt; mso-layout-grid-align: none; tab-stops: 49.65pt right 439.45pt; text-align: justify; text-autospace: none;">
Penulis........................................................................................................................................... 203<span style="font-family: "Accanthis ADF Std No2", serif;"><o:p></o:p></span></div>
DR. HAMZAH HARUN AL-RASYID, M.A.http://www.blogger.com/profile/13478867788040025890noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-13766207433678458.post-39944786850244831852018-01-15T18:44:00.002-08:002018-01-15T19:55:37.473-08:00Mukaddimah<div class="MsoNormal" style="line-height: 20.05pt; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: right;">
<b><i>HAMZAH HARUN AL RASYID, M.A & APRILLAH</i></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 20.05pt; margin-bottom: 42.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: center; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "gabriola"; font-size: 14pt;">Akan tetapi kemunculan ISIS di Indonesia memaksa kita untuk
berfikir ulang tentang itu. Bahwa ternyata benih-benih radikalisme masih hidup
dan punya dukungan di Indonesia</span></div>
<a name='more'></a><br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 20.05pt; margin-bottom: 42.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: center; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "algerian"; font-size: 59pt; text-align: justify;">P</span><span style="font-family: "palatino linotype" , serif; text-align: justify;">erbincangan terhadap kekerasan agama di Indonesia memasuki babak
baru ketika bendera ISIS (Islamic State of Iraq and Shuria) “tiba-tiba”
berkibar di beberapa tempat di Indonesia seperti di Poso, Solo, Jambi,
Pekanbaru dan Aceh. Disebut babak baru, karena perbincangan tentang radikalisme
agama di Indonesia sebenarnya memasuki titik yang jenuh. Keberadaannya pun
tidak lagi mendapatkan perhatian dari masyarakat. Pendekatan militer yang
konsisten digunakan oleh negara (melalui Densus 88) tampaknya cukup efektif
mengeliminir perkembangan kelompok ini.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "palatino linotype" , serif;">Akan tetapi, kemunculan ISIS di Indonesia memaksa kita untuk
berfikir ulang tentang itu. Bahwa ternyata benih-benih radikalisme masih hidup
dan punya dukungan di Indonesia. Bahwa semangat kelompok Islamis radikal
Indonesia tidak pernah mati meski sebagian tokohnya sudah dieksekusi dan
dipenjarakan. Kelompok-kelompok lama ini bahkan seperti mendapatkan nafas
kembali untuk membangun kekuatan baru. Meski sejauh ini dukungan terhadap ISIS
masih bersifat simbolik tetapi mengutip pernyataan Jenderal TNI Moeldoko,
“keberadaan ISIS semakin nyata” (Radar Sulteng, 12 september 2014). </span><span style="font-family: "palatino linotype" , serif; font-size: 6pt;">1 </span><span style="font-family: "palatino linotype" , serif;">Beberapa indikasi
dukungan terhadap ISIS, antara lain: <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<b><span style="font-family: "palatino linotype" , serif;">11 Juli 2014, </span></b><span style="font-family: "palatino linotype" , serif;">Abu Bakar Ba’asyir (JAT)
dan sejumlah narapidana teroris LP Pasir Putih Nusakambangan, menyatakan
berbai’at (mendukung) perjuangan menegakkan “Khilafah dan Daulah Islamiyah”
(Kekhalifahan dan Negara Islam), meskipun tidak secara spresifik menyatakan
berbai’at kepada Daulah Islamiyah versi ISIS. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<b><span style="font-family: "palatino linotype" , serif;">20 Juli 2014, </span></b><span style="font-family: "palatino linotype" , serif;">Ansharul Khilafah Jawa
Timur deklarasikan dukungan terhadap ISIS di sebuah mesjid yang baru selesai <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "palatino linotype" , serif; font-size: 8pt;">1 Dikutip dari makalah
KABINDA (Kepala BIN Daerah) Sulbar yang disampaikan pada seminar Deradikalisasi
Agama di Polewali Mandar tanggal 04 September 2014.</span><span style="font-family: "accanthis adf std no2" , serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "palatino linotype" , serif;">dibangung, dalam kesempatan tersebut Muhamad Romly (Koordinator)
menyatakan bahwa dukungan kekhalifahan Islam kepada Abu Bakar al-Baghdadi
karena pihaknya yakin dapat membangun peradaban Islam yang lebih baik, meskipun
hanya sebatas dukungan moral, bukan dana ataupun mengirimkan jihadis ke Irak
dan Suriah. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<b><span style="font-family: "palatino linotype" , serif;">15 Juli 2014, </span></b><span style="font-family: "palatino linotype" , serif;">sekitar 400 simpatisan
JAT, dipimpin Ustadz Afif Abdul Majid (simpatisan ISIS / veteran konflik
Suriah) menyelenggarakan acara “Deklarasi Forum Pendukung Daulah Islamiyah”, di
Mesjid Baitul Makmur, Desa Madegondo, Kec. Grogol, Kab. Sukoharjo, Surakarta. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<b><span style="font-family: "palatino linotype" , serif;">4 Agustus 2014, </span></b><span style="font-family: "palatino linotype" , serif;">terinformasi pendukung
ISIS dan Daulah Islamiyah Surakarta, sepakat mengganti singkatan nama ISIS
menjadi “Suriah Indonesia Lan Iraq (SILIR)” dengan tujuan agar mudah mengingat
oleh masyarakat Solo Raya, khususnya anggota Laskar Igaras dan generasi muda
Islam, serta mengelabui penegak hukum. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "palatino linotype" , serif;">Pada tanggal yang sama di Mesjid Muhajirin, Jl. Pulo Sirih, Kel.
Pekayon Jaya, Kec. Bekasi Selatan, Kota Bekasi, Jabar, berlangsung bai’at serta
deklarasi dukungan terhadap ISIS dan Daulah Islamiyah JAT Kota Bekasi, dihadiri
sekitar 50 orang, dipimpin Syamsudin Uba. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "palatino linotype" , serif;">Penangkapan tujuh orang yang diduga anggota ISIS atau MIT
(Mujahidin Indonesia Timur) jaringan Santoso di Parigi Moutong menjadi penguat
“kehadiran yang nyata itu” (Radar Sulteng, 14 September 2014).</span><span style="font-family: "accanthis adf std no2" , serif;"> <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "palatino linotype" , serif;">Kita harus waspada karena mereka meninggalkan memori yang buruk
dalam ingat kita. Rentetan Bom yang terjadi selama satu dasawarsa</span><span style="font-family: "palatino linotype" , serif; font-size: 6pt;">2</span><span style="font-family: "palatino linotype" , serif;">, konflik Poso, Ambon,
dan Mamasa adalah karya cipta mereka. Bukan hanya memoar tentang luka
kemanusiaan yang ditinggalkan tetapi juga perspektif terhadap Islam. Mengapa?
Karena mereka melakukannya atas nama ajaran agama Islam. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "palatino linotype" , serif;">Dari sini, gerakan yang dianggap sebagai gerakan terorisme ini
membuat preseden buruk bagi agama Islam di mata global. Islam dituding sebagai
agama yang mudah membangkitkan semangat kekerasan dengan konsep jihad.
Keterlibatan beberapa alumni Pesantren Ngruki (Imam Samudra, Mukhlas dan Ali
Gufran Cs) dalam peristiwa kekerasan (Bom Bali) membuat lembaga pesantren
dicitrakan sebagai “pabrik” terorisme. Dan Indonesia pun dianggap sebagai
negara sarang terorisme. Tidak mengherankan, munculnya gerakan ISIS di Irak dan
Suriah membuat mata dunia melirik Indonesia. Kedatangan Perdana Menteri
Inggris, Tony Blair ke Indonesia pada tanggal 11 September 2014 secara khusus
untuk membahas ISIS dengan presiden <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "palatino linotype" , serif; font-size: 8pt;">2 Mulai dari Kasus Bom
Kedubes Filipina 2000, Bom Bursa Efek Jakarta 2000, Bom malam Natal 2000, Bom
Plaza Atrium 2001, Bom Gereja Santa Anna dan HKBP 2001, Bom Tahun Baru 2002,
Bom Bali 2002, Bom McDonald’s Makassar 2002, Bom Kompleks Mabes Polri 2003, Bom
Bandara Soekarno-Hatta 2003, Bom JW Marriott 2003, Bom Palopo 2004, Bom Kedubes
Australia 2004<b>, </b>Bom Bali 2005, Bom Tentena 2005, Bom Palu 2005, Bom
Jakarta 2009, dan Bom Cirebon 2011. </span><span style="font-family: "accanthis adf std no2" , serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "palatino linotype" , serif;">SBY menandakan bahwa Indonesia adalah negara yang harus
dibicarakan dalam konteks terorisme global. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "palatino linotype" , serif;">Dalam posisi ini, Islam di Indonesia, khususnya pesantren,
harusnya dipandang sebagai korban. Korban dari pandangan universalitas yang
meletakkan perspektifnya hanya kepada ‘kelakuan’ segelintir orang. Padahal,
kita semua menyadari kalau Islam Indonesia adalah kekuatan utama bangsa
Indonesia dengan pesantren sebagai penyanggahnya yang paling kuat. Pesantren
tidak hanya membawa spirit perlawanan terhadap kolonialisme Belanda dan Jepang
tetapi juga menjadi elemen penting dalam pembentukan negara bentuk NKRI, bukan
negara agama (Islam). <o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Harus
diakui bahwa gerakan radikalisme Islam di Indonesia memang massif pasca
reformasi. Hal ini menyebabkan Islam di Indonesia mengalami simplifikasi
istilah terorisme. Walau disadari dengan baik bahwa istilah radikalisme dan
terorisme adalah fenomena global yang bisa terjadi di semua agama dan identitas
tertentu. Seperti gerakan IRA di Irlandia, Ku Xu klan, macan Tamil, dan
gerakan-gerakan radikal lainnya yang menggunakan tindakan kekerasan. </span><span style="font-family: "accanthis adf std no2" , serif; font-size: 11pt;"><o:p></o:p></span></div>
DR. HAMZAH HARUN AL-RASYID, M.A.http://www.blogger.com/profile/13478867788040025890noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-13766207433678458.post-11692502701896685112018-01-15T18:37:00.002-08:002018-01-15T18:37:43.406-08:00Mendiskusikan Istilah<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.05pt; margin: 14pt 0cm 2pt; text-align: right;">
<b><i>HAMZAH HARUN AL RASYID, M.A & APRILLAH</i></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<b><span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Sejauh ini, </span></b><span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">istilah yang paling sering digunakan untuk mengkategorikan
kelompok Islam seperti ISIS, MI, JI, dan Jihadis adalah Islam radikal atau
teroris. Tindakan-tindakan destruktif yang mereka lakukan membuat mereka dicap
seperti itu. Istilah ini sempat</span></div>
<a name='more'></a> menjadi perdebatan hangat di awal tahun 2000an.
Sebagian umat Islam tidak terima dengan istilah ini karena dianggap terlalu
pejoratif terhadap Islam. <o:p></o:p><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Pembacaan simplistis yang menyebabkan Islam tersangka secara
normatif. Meski pada akhirnya, istilah ini menjadi istilah ‘resmi’ kepolisian,
milter, dan media massa. Penangkapan tujuh orang di Kab. Parimo (Parigi
Moutong) Sulawesi Tengah pada bulan September 2014 misalnya pun langsung
diberitakan media massa (baik cetak maupun elektronik) sebagai “kelompok
teroris” meski diakui masih sedang diselidiki dan didalami oleh pihak
kepolisian. Sedangkan bagi para ‘tertuduh’ teroris sebenarnya lebih senang
menyebut diri mereka sebagai pejuang Islam, jihadis, atau penegak kebenaran
Tuhan di bumi. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Istilah lain yang cukup populer adalah Islam fundamentalis.
Istilah ini pada awalnya muncul dari sosiolog untuk menyebut kelompok
fundamentalist Kristen. Jhon L Esposito (1994; 17-18) menyebutkan istilah ini
digunakan setidaknya dalam tiga hal. <i>Pertama</i>, semua usaha untuk kembali
pada kepercayaan dasar. Dalam konteks masyarakat Islam adalah usaha kembali
kepada Alquran dan Hadis sebagai model hidup normatif. <i>Kedua</i>, pengertian
yang sangat dipengaruhi oleh tradisi Protestanisme Amerika. Fundamentalisme
adalah gerakan Protestanisme abad 20 yang menekankan penafsiran Injil secara
literal sebagai hal yang fundamental bagi kehidupan dan ajaran Kristen. Bagi
kebanyakan orang Kristen, cap ini bernada penghinaan yang berarti dekat dengan
sesuatu yang statis, kemunduran dan kejumudan. <i>Ketiga</i>, istilah untuk
untuk menyebut sesuatu yang terkait dengan aktivitas politik, ekstrimisme,
fanatisme, terorisme, dan anti-Amerikanisme. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Dalam konteks pemahaman ini, fundamentalisme dan radikalisme
dianggap memiliki cara pandang yang sama tetapi dengan tipikal gerakan yang
berbeda. Karenanya muncul istilah fundamentalisme puritan dan fundamentalisme
radikal. Yang pertama bergerak di level akademik, kultural, dan politis
sedangkan yang kedua bergerak di level bawah tanah dengan aksi kekerasan
sebagai ciri khasnya. Kelompok Wahda Islamiyah, HTI (Hidzbuttahrir Indonesia)
dan kelompok salafi lainnya dikategorikan sebagai kelompok pertama sedangkan
kelompok yang selama disebut kelompok teroris dikategorikan sebagai kelompok
kedua. FPI berada di posisi unik dalam konteks ini. Meski kerap melakukan
tindakan kekerasan atau radikal tetapi FPI tidak pernah dikategorikan sebagai
kelompok teroris. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Sejak semula, penggunaan istilah fundamentalisme sudah menimbulkan
perdebatan, seperti Bernard Lewis (1993) berikut ini: <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 10.05pt; margin-bottom: 5.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 19.0pt; margin-top: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif; font-size: 10pt;">Sekarang sudah merupakan
hal umum untuk menggunakan istilah “fundamentalisme” kepada sejumlah
kelompok-kelompok militan dan radikal Islam. Pemakaian istilah ini sudah mapan
dan pasti diterima, tapi hal itu masih disayangkan karena dapat menyesatkan.
Fundamentalis adalah istilah orang Nasrani. Tampaknya itu dimulai dipakai pada
awal abad ini yang menunjuk pada gereja-gereja dan organisasi Protestan
tertentu, lebih khusus lagi terutama menerjemahkan keilahian dan kebenaran
Injil secara harfiah. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Dalam hal ini mereka (kaum muslim) menentang pendekatan kaum
liberal dan modernis terhadap Qur’an, sikap semua kaum muslim terhadap
teks-teks Al-Qur’an terhadap teks-teks Al-Qur’an, paling tidak, pada prinsipnya
fundamentalis.” <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Atau pendapat Fedrick M. Danny (1987:117) berikut: <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 10.05pt; margin-bottom: 5.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 19.0pt; margin-top: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif; font-size: 10pt;">Istilah fundamentalis
muncul pada awal abad ini sebagai kerangka kerja kaum Protestan Konservatif du
Amerika. Istilah ini digunakan untuk menunjuk ciri suatu doktrin yang
berdasarkan Kitab Injil, yang meliputi lima poin (kelahiran Yesus dari Sang
Perawan, kebangkitan fisiknya, Kitab Injil yang tanpa salah, penebusan dosa
subtitusional, dan kedatangan Kristus yang kedua). Poin yang sejalan dengan
kaum muslimin hanyalah ketidaksalahan kitab Injil (dalam konteks Islam,
Al-Qur’an). Pada tahun-tahun terakhir penggunaan istilah fundamentalisme
tersebut menjadi populer, ditujukan kepada militan konservatif muslim. Sebutan
itu pasti tidak akan benar-benar dipergunakan, jika kita mengacu pada
pengertian orisinil. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Istilah fundamentalis dengan begitu adalah istilah yang
bermasalah. Selain bersumber dari tradisi gerakan Kristen, ciri skriptualisme
sebagai ciri utama dari kelompok (yang disebut fundamental) ternyata tidak
cukup kuat untuk menggambarkan kenyataan seperti ini dalam Islam. Perdebatan
dalam Islam di Indonesia tidaklah terkait dengan isu fundamental (mendasar)
dalam ajaran Islam seperti tauhid, kenabian Muhammad, rukun iman dan Islam.
Seluruh aliran dalam Islam (Sunni) sama sekali tidak memperdebatkan persoalan
empat persoalan pokok itu. Seluruh aliran dalam Islam-Sunni sepakat untuk tidak
memperdebatkan hal-hal yang dianggap pokok-pokok ajaran Islam sebagai wilayah <i>ushuly
</i>dan membolehkan perdebatan pada persoalan yang dianggap cabang atau <i>furuiyah.
</i><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">NU, Muhammadiyah, Wahda Islamiyah, HTI dan Kaum Salafi tidak
pernah berbeda pendapat soal ketauhidan Tuhan, Muhammad sebagai Nabi Terakhir,
rukun Iman dan Islam. Ketika Ahmadiyah datang dengan promosi Mirza Ghulam Ahmad
sebagai nabi, tidak ada satu pun kelompok Islam yang memberi pembelaan teologis
(kecuali kelompok liberalis Islam). Perbedaannya hanyalah pada soal sikap. NU
dan Muhammadiyah bersifat akomodatif dengan mempertimbangkan hak
kewarganegaraan pengikut Ahmadiyah. Sedangkan LPPI, FPI, HTI, dan Wahda
Islamiyah memberikan sikap yang lebih tegas menolak. Bahkan FPI melakukan
penyerangan dan penyegelan terhadap markas Ahmadiyah di Jalan Anuang Makassar
pada tahun 2011 (sebagai aksi lanjutan terhadap penyerangan dan intimidasi
terhadap kaum Ahmadiyah di beberapa tempat di Indonesia). </span><span style="font-family: "Accanthis ADF Std No2", serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Pun perbedaan tentang pengucapan selamat Natal kepada umat
Kristiani yang sudah mulai menjadi wacana tahunan sejak tahun 2006 terletak
pada cara meletakkan ekspresi itu. Satu kelompok seperti FPI, Wahda Islamiyah,
HTI, dan MUI meletakkannya sebagai bagian <i>inheren </i>dalam sistem teologi
Islam. Mengucapkan selamat natal berarti “membenarkan” sistem teologi Kristen
tentang Ketuhanan Yesus yang sudah difalsifikasi oleh Alquran ribuan tahun yang
lalu. Mengucapkan natal bagi satu kelompok dihukumi haram karena bisa “merusak”
akidah umat Islam. Satu kelompok lain seperti NU dan Muhammadiyah memandangnya
sebagai penghargaan sosial. Penghargaan atas perbedaan. Bukan masuk pada sendi
akidah. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Artinya perbedaan antara NU-Muhammadiyah sebagai representasi
Islam mainstream di Indonesia dan kelompok yang disebut fundamentalis hanya
terletak pada cara pandang tentang negara Islam, tradisi, afiliasi politik,
tata cara ibadah, penggunaan simbol-simbol Islam dalam kehidupan sehari-hari,
jihad, dan pandangan terhadap kelompok yang dianggap menyimpang. Topik
perdebatannya berada pada ranah <i>ijtihadi </i>(pilihan) atau <i>furuiyah </i>(cabang)<i>,
</i>bukan <i>dharury </i>(mutlak) atau <i>ushuly </i>(ajaran dasar). Bahkan
yang disebut oleh Fedrick M. Danny sebagai poin yang sejalan dengan
fundamentalisme Kristen ‘hanyalah yang menyangkut ketidaksalahan kitab Injil
(tentu saja dalam Islam, al-Qur’an”- pun tidak bisa dijadikan sebagai landasan.
Keyakinan bahwa Alquran, kitab yang tidak memuat kesalahan apapun adalah
keyakinan seluruh kelompok Islam, apapun jenisnya. Kelompok liberal sekalipun
tidak pernah berkeyakinan bahwa Alquran memiliki kemungkinan untuk salah. Yang
ada hanya lah pada cara mendekati Alquran dengan menggunakan cara hermeneutik.
Hasil dari cara tafsir inilah yang kemudian menjadi perdebatan panjang.
Penolakan terhadap tafsir hermeneutik inilah yang menjadi tolak ukur untuk
menyebut satu kelompok fundamental atau tidak. Sekali lagi, ini pun sangat
absurd. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Persoalan lain adalah bahwa posisi “memegang” teks primer Islam
(Alquran dan Sunnah) secara kuat bisa dilakukan oleh setiap kelompok Islam
dalam situasi dan posisi yang berbeda-beda. NU misalnya, sebagai kelompok Islam
tradisional yang dikenal dengan ideologi keislaman yang lentur tiba-tiba
menjadi sangat tekstualis ketika berkaitan dengan “ru’yah hilal”. NU berpegangan
kuat terhadap ru’yah hilal dan menolak hisab karena teks Alquran dan Hadits
Nabi memang secara harfiah menyebutkan. Dalam konteks ini, NU bisa dibaca
sangat skriptualis, tekstualis yang menjadi ciri khas kaum fundamentalis.
Padahal, NU tentu saja tidak berciri itu. Karenanya istilah fundamentalis tidak
tepat digunakan dan tidak komprehensif, apabila ingin membaca secara tegas
perbedaan antara kelompok Islam yang ada di Indonesia saat ini.</span><span style="font-family: "Accanthis ADF Std No2", serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Istilah fundamentalisme mulai dilekatkan dengan masyarakat Islam
ketika ilmuwan Barat kesulitan untuk memberikan padanan kata untuk gerakan
Salafiyah Jamaluddin Al-Afgani. Satu-satunya kata yang dekat adalah
fundamentalisme. Khususnya dalam hal gerakan kaum Salafis yang cenderung
radikal. (Syarkoun dan Ghorara, 443). Media-media asing kemudian mempopulerkan
istilah ini untuk menyebut semua gejala gerakan keagamaan yang radikal,
sebagaimana yang disebutkan oleh Patrik J Ryan (1984): <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 10.05pt; margin-bottom: 5.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 19.0pt; margin-top: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif; font-size: 10pt;">Mengklaim sebagian orang
sebagai fundamentalis telah menjadi <i>stock-in-trade </i>dalam diskursus
politik dan jurnalis pada tahun-tahun akhir ini. Seperti beberapa tahun lalu,
tepatnya pada tahun 1980, surat kabar utama Amerika memuat iklan yang
menyesalkan tentang meningkatnya fundamentalisme religius ke dalam bidang
politis di dalam dan luar negeri. Para sekularis mengaku menandatangani iklan
ini, dan menyebutkan contoh spesifik dari apa yang mereka maksud dengan
fundamentalisme religius. Beberapa figur disebutkan seperti Rev Jerry Falwell,
Ayatullah Rohullah Khomeini dan Paus John Paulus 2. Istilah fundamentalis telah
digunakan pers dalam bulan-bulan terakhir ini, untuk kategorisasi revolusioner
separatis Sikh di India. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Istilah lain yang sepadan dan relatif komprehensif adalah
Islamisme. Istilah ini merujuk pada cara pandang yang meletakkan Islam sebagai
ideologi yang tidak hanya harus diterapkan dalam wilayah politik, tapi juga
pada segala dimensi kehidupan masyarakat modern (Oliver Roy, 2004: 58). Dalam
pandangan kelompok ini, Islam harus menentukan segala bidang kehidupan dalam
masyarakat tersebut, dari cara pemerintahan, pendidikan, sistem hukum, hingga
kebudayaan dan ekonomi. Negara atau sistem Islam menjadi hal yang sangat
fundamental bagi kelompok Ini. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Istilah ini menjadi lebih relevan digunakan ketimbang istilah
fundamentalisme atau radikalisme. Istilah ini pun lebih luas dan bisa digunakan
untuk menyebut berbagai kelompok Islam yang berbeda tetapi dengan cita-cita
yang relatif sama, yaitu penerapan sistem Islam dan menolak hal lain di luar
Islam. Setiap kelompok Islamis hampir pasti dapat dihubungkan dengan fanatisme,
eksklusifisme, intoleran, dan militanisme (Martin E Marty, 1992). Mereka juga
memiliki kesamaan pada titik mempromosikan Islam sebagai simbol, sistem, dan
semangat untuk membangun masyarakat Islam yang diinginkan tetapi berbeda pada
gerakannya. Ini memungkinkan kita untuk menyatukan HTI, WI, Salafi, MMI, JI,
dan bahkan ISIS dalam satu barisan (atau memiliki <i>genre</i>) yang sama meski
kita sadar betul mereka memiliki akar, model gerakan, dan tujuan yang
berbeda-beda. Bahkan dalam banyak hal, mereka saling mengkritik. Misalnya
kelompok Salafi yang terafilisi dalam Yayasan Ma’had An-Nasyat Al- Islami
(Manis) Baji Rupa, Makassar menganggap Wahda Islamiyah sebagai “bukan” salafi
dengan alasan tertentu. Termasuk pernyataan pimpinan HTI Sulawesi Selatan yang menolak
keras diassosiasikan dengan ISIS meski sama-sama memiliki agenda khilafah
Islamiyah. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Kita juga tetap harus memberi tekanan yang tegas bahwa kelompok
Islamis seperti HTI, Wahda Islamiyah, Salafi adalah kelompok yang tidak
menggunakan kekerasan sebagai cara menyampaikan gagasan dan mencapai tujuan.
Mereka bergerak dalam level akademik dengan organisasi yang rapi dan tertata.
Mereka bisa dikategorikan sebagai <i>soft </i>Islamisme. Sedangkan kelompok
MMI, JI, ISIS, dan FPI adalah kelompok Islamis yang menggunakan kekerasan
sebagai cara untuk mencapai tujuan atau Islamis-radikal. Pembedaan ini penting
agar simplikasi istilah Islamisme tidak menyeret kita kepada ruang simplikasi
mutlak. <o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Perspektif
ini juga memberi ruang kepada kita untuk menarik garis tegas antara NU,
Al-Khaerat, DDI, As’adiyah, dan Muhammadiyah di satu sisi dengan HTI, Salafi,
dan WI (serta kelompok teroris) di sisi lain. Kelompok pertama lebih terbuka
terhadap sistem yang diproduksi dari luar Islam seperti demokrasi dan
pluralisme sedangkan kelompok kedua menutup diri dari sistem yang diproduksi
oleh selain Islam. Kelompok pertama tidak terlalu mementingkan simbol Islam
seperti formalisasi Syariat Islam, negara Islam, berjanggut, cadar, bercelana
cingkrang sedangkan kelompok kedua mementingkan hal tersebut.</span><span style="font-family: "Accanthis ADF Std No2", serif; font-size: 11pt;"><o:p></o:p></span></div>
DR. HAMZAH HARUN AL-RASYID, M.A.http://www.blogger.com/profile/13478867788040025890noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-13766207433678458.post-31517632192730471462018-01-15T18:30:00.001-08:002018-01-15T18:30:10.197-08:00Gejala Fudamentalisme dan Radikalisme sebagai Fenomena Semua (Pemeluk) Agama<div class="Pa23" style="margin: 14pt 0cm 2pt; text-align: right;">
<b><i>HAMZAH HARUN AL RASYID, M.A & SAPRILLAH</i></b></div>
<div class="Pa24" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 2.0pt; text-align: justify;">
<b><span style="font-size: 11pt;">Di Indonesia, </span></b><span style="font-size: 11pt;">gerakan
radikalisme terasa sangat identik dengan kaum muslim garis keras. Asumsi
simplistis ini memang terjadi selain karena dalam beberapa kasus kekerasan atas
nama agama seringkali melibatkan kelompok Islam sebagai aktornya, juga karena
permainan idiom global yang secara semena-mena menempatkan Islam (termasuk
pesantren) sebagai agama teroris atau agama yang menganut kekerasan.</span></div>
<a name='more'></a> <o:p></o:p><br />
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Namun,
fenomena radikalisasi agama (jika mengikuti kategori diatas) pun terjadi di
agama Kristen dan Hindu. Kasus pembakaran rumah ibadah umat Islam di Tolikara
(2015) dan demonstrasi dan protes terhadap renovasi rumah ibadah umat Islam di
Manado (2016), serta geliat larangan menggunakan kata “Bali Bershalawat” karena
Bali identik dengan Hindu adalah bagian dari potret radikalisme agama di
Indonesia (2016). <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Fenomena
radikalisme di setiap agama ini tampaknya sangat terkait dengan identitas yang
dilekatkan pada wilayah tertentu. Manado dan Papua adalah wilayah yang identik
dengan agama Kristen, sedangkan Bali identik dengan Hindu. Afinitas agama dan
geografis melahirkan watak dominasi. Para kelompok agama mayoritas ini merasa
“memiliki” wilayah ini lebih dari kelompok agama lainnya. “Jumlah yang banyak”
itu menjadi alat legitimasi untuk mengatur pola kehidupan beragama umat lain. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Relasi
mayoritas minoritas menjadi faktor yang determinan terhadap munculnya sikap
“ingin menguasai”. Kasus rumah ibadah menjadi kasus yang menarik dalam konteks
ini. Siapa yang mayoritas dia yang menentukan orang lain. Kasus Gereja Yasmin
di Bogor dan beberapa rumah ibadah umat Kristen yang sulit untuk berdiri karena
mendapatkan perlawanan dari pihak muslim. Pun masjid di Papua Barat sulit untuk
berdiri karena mendapatkan perlawanan dari pihak Kristen. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Bahkan
Manado, wilayah yang selama ini dianggap sangat toleran dan rukun pun mengalami
sindrom mayoritas. Masjid Al-Khairiyah yang akan direnovasi mendapatkan
“penolakan” dari kelompok masyarakat Manado yang menamakan diri sebagai aliansi
Makapetor. Antara tahun 2013 hingga tahun 2016 tercatat telah terjadi 4 kali
demonstrasi yang dilakukan oleh masyarakat yang mengatasnamakan dirinya
Masyarakat Adat Kawanua Pencinta Toleransi (MAKAPETOR) terhadap pembangunan
Mesjid Al-Khairiyah. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Gerakan
formalisme agama juga sempat mengemuka di Manokwari. Kota ini diproklamirkan
sebagai kota Injili. Ini berarti bahwa Manokwari diidentikkan dengan agama
Kristen. Implikasi yang terasa adalah “penolakan” warga terhadap pembangunan
masjid raya di Kota Manokwari. Kehadiran “masjid raya” dianggap tidak relevan
dengan simbol Manokwari Kota Injil. </span><span style="font-family: "Accanthis ADF Std No2", serif; font-size: 11pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Kasus
Tolikara merupakan kasus radikalisme agama yang dilakukan oleh umat Kristiani
yang paling menyedot perhatian. Kasus yang terjadi pada Juli 2014 menjadi
perbincangan semua kalangan muslim. Kasus ini dianggap mengejutkan dan
sekaligus menjadi pembenaran bahwa tindakan radikal dan kekerasan sangat
mungkin dilakukan oleh kelompok manapun. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Berbagai
kasus diatas menunjukkan bahwa fenomena kekerasan berbasis agama bukanlah
spesifik ke agama tertentu. Potensi radikalisme agama adala fenomena umum
sebagai refleksi dari “fanatisme” keberagamaan yang diselimuti perasaaan
sebagai “pemilik tanah”. Sinrom mayoritas menyebabkan agama dengan mudah
mengalami transformasi dari kedamaian menjadi kekerasan beragama. Mengalamatkan
radikalisme agama hanya kepada agama Islam saja tentu tidak adil, tetapi dalam
konteks Indonesia, gerakan kekerasan atas nama agama lebih massif dilakukan
oleh umat beragama Islam, apalagi dengan terbentuknya organisasi yang
menggunakan nama Islam. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Fenomena
gerakan fundamentalisme Kristen muncul pada abad 19 M di Amerika Serikat.
Munculnya kaum fundamentalis (yang biasa juga diassosiasikan dengan evangelis
radikal) tidak terlepas dari instabilitas politik yang tengah melanda Amerika.
Pertentangan kelas dan kekacauan sosial (<i>social rush</i>) terjadi
dimana-mana. Sementara perilaku sosial kalangan elit di Amerika cenderung
semakin sekuler. Bagi sebagian orang Kristen fenomena seperti itu jelas sangat
bertentangan dengan ajaran Kitab Suci. Di sekitar tahun 1830-an dan 1840-an,
kaum fundamentalis Kristen Amerika menggelar Konferensi Niagara, mengusung
beberapa pandangan konservatif. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Puncak
perkembangan gerakan Fundamentalist Kristen terjadi pasca Perang Dunia I,
terutama pada tahun 1920. Saat itu, media massa mengekspos gerakan ini. Para
penganutnya begitu bersemangat membasmi pengaruh modernisme termasuk teori
Darwin dan Teologi Liberal dari kehidupan gereja dan masyarakat karena mereka
juga didorong oleh pemahaman eskatologis dan minelaris: Perang dunia I (1914-
1918) dilihat sebagai isyarat atau penanda bahwa akhir zaman dan Kerajaan
Seribu Tahun segera akan tiba. Salah satu langkah strategis untuk memenangkan
’perang rohani’ ini adalah memperkuat posisi dan peranan di bidang politik (dan
hukum), agar segala keputusan politis dan produk perundang-undangan mendukung
tujuan gerakan ini. Dalam waktu singkat sejumlah gereja utama mendapat pengaruh
dari gerakan fundamentalisme ini (Jan. S. Aritonang, 2000:237). <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Namun
pada tahun tahun 1930-an, gerakan ini mengalami kemerosotan yang cukup drastis.
Setidaknya ada dua kasus yang menjadi penyebabnya, yaitu kasus Fosdick dan
kasus Scopes. Kasus Fosdick diawali dari perang polemik antara Harry Emerson
Fosdick dari Gereja Baptis dan J.G. Machen dari kelompok fundamentalis tentang
toleransi, dan kebebasan berekspresi. Meski pada awalnya mendukung Machen,
namun pada akhirnya lebih dari 1200 pengerja Gereja Presbyterian menandatangani
pernyataan menentang fundamentalisme. Pada tahun 1925, Sidang Raya Gereja
Presbyterian mengeluarkan pernyataan resmi menolak fundamentalisme. Menyusul
penolakan tersebut, Machen dan rekan-rekannya mengundurkan diri dari seminari
Princetone dan membentuk kelompok seminari sendiri. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Kasus
Scope merupakan kasus dimana seorang guru sekolah John. T. Scopes diadukan ke
pengadilan atas tuduhan mengajarkan Teori Darwin. Sebelumnya (tahun 1923) kaum Fundamentalisme
berhasil memperjuangkan diterbitkannya undang-undang yang melarang pengajaran
teori Evolusi Darwin di sekolah. Namun ketika pengacara Scopes mengajukan
sejumlah pertanyaan yang tajam terhadap keabsahan tuduhan ataupun kebenaran
pandangannya. Kaum fundamentalisme ternyata tidak mampu mempertahankan diri,
argumentasinya dangkal, anti-intelektual dan terkesan kampungan. Keadaan
semakin buruk ketika ternyata pers lebih memihak kepada Scopes dan menjadi
pengadilan ekstra bagi kaum fundamentalisme. Sejak saat itu, pergerakan kaum
fundamentalis Kristen meredup, dan lambat laun hilang. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Pada
tahun 1950-an sampai 1960-an kecenderungan paham fundamentalisme berkembang
kembali di kalangan Kristen Protestan, terutama di kalangan gereja Evangelis
(Injili) yang dianggap sebagai pewaris semangat fundamentalisme, berbarengan
dengan menguatnya komunisme. Isu bahaya komunisme dijadikan alat kampanye
mencari dukungan publik Amerika. Evangelis Amerika yang termasyur, Billy Graham
mendapat banyak simpati dari orang-orang yang benci komunis. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Pasca
runtuhnya komunisme di Amerika, gerakan fundamentalisme Kristen mengarahkan
sasarannya ke komunitas Islam di Amerika. Gerakan Islam yang mulai berkembang
di Amerika, ditambah dengan semakin menguatnya perlawanan terhadap Amerika oleh
negara-negara Timur Tengah seperti Iran dan Irak, sejak tahun 1970-an hingga
mencapai puncaknya pasca peristiwa runtuhnya gedung WTC pada tanggal 9
September 2001. Semangat anti Islam merebak di mana-mana dalam berbagai bentuk.
<o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Fundamentalisme
Hindu lahir di Kashmir dan India. Kelompok fundamental seringkali melakukan
tindakan-tindakan destruktif kepada agama lain atas nama kepentingan agama
mereka. Pun, kasus pengusiran etnis Ronghiya di Myanmar menjadi refleksi dari tindakan
radikal berbasis agama yang dilakukan oleh umat Buddha. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Dalam
konteks gerakan, Syafiq Hasyim (2016) (Laman Bimas Islam, Penanggulangan
Radikalisme dan Ekstrimisme Berbasis Agama) menyebutkan ada 20 indikator,
yaitu: <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa3" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">1.
Gerakan ini memiliki kecenderungan untuk menempatkan diri mereka di luar arus
utama atau menolak tatanan dunia, politik, dan sosial.</span><span class="A3"><span style="font-size: 11.0pt;"> </span></span><span style="font-family: "Accanthis ADF Std No2", serif; font-size: 11pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa3" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">2.
Berusaha menggulingkan tatanan politik dalam rangka membangun kembali apa yang
mereka pertimbangka sebagai tatanan alamiyah di dalam masyarakat-apakah ini
berbasis pada ras, kelas, keyakinan, atau superioritas etnik. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa3" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">3.
Memiliki program ideologi dan perencanaan aksi yang ditujukan untuk meraih
kekuasaan politik atau komunal. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa3" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">4.
Menolak atau mengacaukan konsepsi tatanan hukum masyarakat demokratis,
menggunakan ruang politik yang disediakan oleh sistem demokratis untuk
memajukan tujuan mereka dalam mengambil kekuasaan politik. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa3" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">5.
Menolak deklarasi internasional hak asasi manusia dan menunjukkan ketidakempatian
mereka serta tidak mengakui hak orang lain. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa3" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">6.
Menolak prinsip-prinsip demokrasi yang didasarkan pada kedaulatan rakyat. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa3" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">7.
Menolak kesetaraan secara umum terutama untuk kaum perempuan dan minoritas. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa3" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">8.
Menolak diversitas dan pluralism bahkan mengajukan sistem budaya yang monolitik
(<i>mono cultur society</i>). <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa3" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">9.
Menggunakan filsafat segala cara dalam mencapai tujuan dan kepentingan mereka. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa3" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">10.
Secara aktif mendorong dan mengutamakan penggunaan kekerasan untuk memerangi
apa yang mereka pandang sebagai kejahatan dan meraih tujuan politik mereka.</span><span class="A3"><span style="font-size: 11.0pt;"> </span></span><span style="font-family: "Accanthis ADF Std No2", serif; font-size: 11pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa3" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">11.
Menunjukkan kecenderungan untuk terlibat dalam kekerasan massa terhadap
musuh-musuh mereka ketika dalam kekuasaan. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa3" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">12.
Mereka biasanya menggunakan satu sudut pandang, hitam atau putih, ingin
memurnikan dunia, mengumbar kebencian kepada musuh-musuh mereka. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa3" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">13.
Mengenyampingkan kebebasan individu untuk kepentingan kolektif. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa3" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">14.
Menolak kompromi dan ingin mengeliminasi musuh mereka. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa3" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">15.
Menunjukkan intoleransi untuk seluruh pandangan di luar pandangan mereka dan
menampakkan penolakan mereka dengan cara kemarahan, agresif, kebencian baik
dalam perilaku maupun ucapan. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa3" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">16.
Menampilkan fanatisme dan memposisikan diri sebagai pihak yang terancam serta
menggunakan teori konspirasi tanpa mengaku bahwa tindakan mereka irasional. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa3" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">17.
Menampilkan sikap dictator, otoriter dan totaliter <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa3" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">18.
Tidak mau dikritik dan mengintimidasi dan mengancam mereka yang berbeda, mereka
yang heretic dan mereka yang kritik dengan kematian <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa3" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">19.
Mereka meminta agar tuntutan mereka dipatuhi <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa3" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">20.
Mereka memiliki ide yang tidak bisa diubah dan tertutup atas kebenaran yang
mereka yakini, bahkan mereka bersedia mati.</span><span class="A3"><span style="font-size: 11.0pt;"> </span></span><span style="font-family: "Accanthis ADF Std No2", serif; font-size: 11pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa26" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 5.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Ekstrimisme
berbasis identitas adalah fenomena global yang sudah terjadi sepanjang sejarah
kemanusiaan. Gejala eksitrimisme atau terorisme adalah gejala sosial yang sudah
terjadi selama berabad-abad lamanya. Dalam komunitas Yahudi dikenal kelompok
Zealot yang melakukan gerakan <i>sicarii </i>untuk meneror kaum Romawi. Di
Katolik dikenal gerakan Opus Dei yang melakukan gerakan terror. Novel Dan
Brown, <i>davinci code </i>dan <i>inferno </i>berhasil memberi gambaran tentang
gerakan-gerakan radikal di tubuh gereja Katolik. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Tentu
saja, gejala fundamentalisme dan radikalisme di semua agama adalah bagian yang
tidak <i>inheren </i>dengan agama itu sendiri. Pola penindasan berbasis agama
sangat dipengaruhi oleh relasi politik dan relasi ekonomi. Kasus Kashmir adalah
pergolakan politik panjang antara umat Hindu dan Islam yang sudah terjadi
puluhan tahun. Pun kasus Ronghiya tidaklah murni berbasis agama tetapi lebih
tepatnya pengaturan internal Negara Myanmar terhadap kaum pendatang yang
“kebetulan” beragama Islam. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Lester
Kurtz (2007: 168) mengajukan empat tesis munculnya respon terhadap perubahan
sosial. <i>pertama, </i>gerakan modernisme agama. <i>Kedua, </i>gerakan
antimodernist (tradisionalis). <i>Ketiga, </i>teologi pembebasan. <i>Keempat, </i>munculnya
agama-agama sipil (agama baru) dan spritual individualis terbatas (kelompok
sufi). Sedangkan Petr L. Berger (1994) menyatakan modernitas melahirkan <i>powerfull
movements of counter-secularization. </i>Counter sekularisasi dilakukan dengan dua
jalur, <i>pertama, </i>revolusi agama. Seperti yang dilakukan oleh revolusi
Iran. <i>Kedua, </i>menciptakan subkultur agama, seperi komunitas <i>amish </i>di
Peninsylavina, Amerika Serikat. <o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Dalam
perspektif Kurtz, gerakan kaum fundamentalist muncul sebagai respon terhadap
gejala modernitas yang dianggap berseberangan dengan “spirit suci” keagamaan.
Modernitas menggerus nilai-nilai adiluhung dalam agama karenanya mereka
melakukan gerakan perlawanan untuk mengembalikan spirit agama kepada bentuk
semula atau kedalam bentuk dasar sebisa mungkin. Modernitas juga dianggap
sebagai biang dari munculnya segala macam problematika sosial ekonomi yang
harus diselesaikan dengan cara perlawanan yang kuat terhadap hal itu. </span><span style="font-family: "Accanthis ADF Std No2", serif; font-size: 11pt;"><o:p></o:p></span></div>
DR. HAMZAH HARUN AL-RASYID, M.A.http://www.blogger.com/profile/13478867788040025890noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-13766207433678458.post-76913479776894116182018-01-15T18:23:00.002-08:002018-01-15T18:23:55.620-08:00Memahami Konteks Kemunculan Kelompok Islamis di Indonesia<div class="MsoNormal" style="line-height: 20.05pt; margin-bottom: 42pt; text-align: right;">
<b><i><span style="font-family: inherit;">HAMZAH HARUN AL RASYID, M.A & SAPRILLAH</span></i></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 20.05pt; margin-bottom: 42pt; text-align: center;">
<span style="font-family: Gabriola; font-size: 14pt;">Pendekatan ekonomi Nazih Ayyub ini tidak cukup untuk menjelaskan
fenomena Islamisme. Islamis yang lahir karena ketidakpuasan ekonomi barangkali
berlaku untuk para aktivis Islamis yang berlatarbelakang ekonomi lemah.</span></div>
<a name='more'></a><br />
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; mso-line-height-alt: 11.05pt; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: Algerian; font-size: 59pt;">K</span><span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">ekerasan berbasis keagamaan adalah persoalan sosial yang tidak
dapat diuraikan secara sederhana. Ada banyak faktor yang menyebabkan gerakan
ini muncul ke permukaan. Faktor ekonomi, politik, globalisasi, modernisme,
merupakan beberapa faktor yang menjadi penyebab munculnya gerakan
Islamis-radikal. </span><span style="font-family: "Accanthis ADF Std No2", serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Oleh karena itu, untuk mendekati fenomena ini tidak cukup dengan
hanya menggunakan satu pendekatan saja. Nazih Ayyub misalnya mencoba mendekati
fenomena munculnya kelompok fundamentalis Islam dengan perspektif ekonomi.
Menurutnya: ”Kaum Islamis itu tidaklah marah karena pesawat udara telah
menggantikan unta; mereka justeru marah karena tidak bisa naik pesawat
tersebut. (Syarkun dan Ghorara, 2003:495). Pendekatan ekonomi Nazih Ayyub ini
tidak cukup untuk menjelaskan fenomena Islamisme. Islamis yang lahir karena
ketidakpuasan ekonomi barangkali berlaku untuk para aktivis Islamis yang
berlatarbelakang ekonomi lemah. Namun kenyataan menunjukkan bahwa banyak di
antara aktivis Islamis ini berasal dari kelas menengah dan memiliki pendidikan
yang tinggi misalnya Dr. Azahari yang merupakan dosen ilmu Kimia di salah satu
universitas di Malaysia. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Pendekatan lain yang biasa digunakan untuk memotret fenomena ini
adalah teori krisis psikologi atau alienasi psikososial yang diakibatkan oleh
modernisasi. Penelitian Hoffman (Syarkun dan Ghorara, 2003:460) menunjukkan
bahwa kebanyakan aktivis Islamis berasal dari desa dan keluarga yang taat
beragama. Kehidupan kota yang individualistis dan kompotetif serta identitas
kewargaan yang heterogen menyebabkan orang-orang ini kemudian mengalami krisis
psikologi berupa keterasingan dengan lingkungan sekitarnya. Gerakan Islamisme
sebagai sebuah gerakan membangun kebersamaan menawarkan obat untuk krisis psikologi
dan yang tak kalah pentingnya adalah menawarkan identitas yang kuat sebagai
muslim sejati. Teori ini relevan dengan fenomena munculnya organisasi Islamis
dari kampus-kampus umum seperti Unhas (Universitas Hasanuddin) Makassar dan UNM
(Universitas Negeri Makassar), sedangkan kelompok Islam moderat justeru berasal
dari IAIN (Institute Agama Islam Negeri) yang kini berubah menjadi UIN
(Universitas Islam Negeri). <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Pendekatan politik juga merupakan pendekatan yang tepat untuk
digunakan untuk melihat fenomena fundamentalisme. Bassam Tibi (1998:X)
menganggap bahwa gerakan fundamentalisme mempunyai agenda politisasi agama yang
agresif dan dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuannya. Lahirnya ISIS misalnya
adalah respon dari Abu Bakar Al-Baghdady (pimpinan ISIS) terhadap situasi
politik di Timur Tengah (khususnya di Irak) yang berkecamuk dan semakin buruk.
Tujuan ISIS pun sangat politis; mendirikan negara Khilafah Islam. Azyumardi
Azra (2014) menyebutkan bahwa ISIS lahir dari instabilitas politik dunia Arab
atau Timur Tengah. Dunia Arab merupakan salah satu wilayah paling tidak stabil
sejak usai perang dunia II. Faktor utamanya adalah konflik Palestina-Israel dan
kontestasi politik antara negara Arab sendiri. Puncaknya adalah ketika Amerika
dan sekutunya menyerbu Iraq untuk menjatuhkan Saddam Husein pada Maret 2003.
Sejak saat itu, Iraq berubah dari salah satu negara terkuat di Timur Tengah
menjadi wilayah yang paling tidak stabil yang membara dengan munculnya konflik
sektarianisme religio-politik. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Fenomena gerakan Islamisme di Indonesia juga tidak terlepas dari
situasi politik domestik. Pertautan antara politik dan kelompok Islamis begitu
kental sejak lama. Perbedaan tafsir tentang Pancasila terutama tujuh kalimat
yang dihapus dalam piagam Jakarta sampai hari ini masih terus diperdebatkan.
Perdebatan tentang perlunya negara Islam berbarengan dengan situasi politik
yang tidak stabil pada tahun 1949 pasca kedatangan kembali Belanda dan
sekutunya membuat S.M Kartoswiryo membentuk gerakan perlawanan yang dikenal
dengan sebutan DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia). Gerakan ini
kemudian disambut oleh Daud Beureuh di Aceh dan Kahar Muzakkar di Sulawesi
Selatan. Gerakan ini merupakan gerakan politik kaum Islamis yang sangat
melegenda dalam sejarah umat Islam di Indonesia, khususnya di Sulawesi Selatan.
<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Kehadiran kelompok Islamis kontemporer di Indonesia bersamaan
dengan situasi transisi politik yang tidak berjalan dengan baik pasca
reformasi, tentu saja cikal bakalnya sudah terbentuk di awal 90an ketika
kekuasaan Orde Baru masih kuat. Reformasi tidak hanya membawa perubahan sistem
politik nasional tetapi juga membawa ‘ruang’ kebebasan penuh terhadap
kepentingan apa-pun. Dalam konteks agama, situasi reformasi membuka pintu bagi
masuknya ideologi “baru” seperti ideologi Islamisme (baik yang <i>soft </i>Islamisme
maupun yang radikal) dan juga liberalisme. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Ketidakadilan ekonomi dan moralitas publik yang mengalami
degradasi menjadi alasan kehadiran mereka. Kelompok Islamis ini mengkhawatirkan
situasi Indonesia yang semakin runyam dan akan membawa masyarakat Islam menjadi
sangat terpuruk. Model politik dan ekonomi orde baru yang melahirkan budaya
korupsi serta membiarkan negara asing (khususnya Amerika) menguasai sumber daya
alam dianggap sebagai biang keladi dari terpuruknya umat Islam di Indonesia.
Mereka pun kemudian mempromosikan Islam sebagai solusi. Promosi Islam sekaligus
menjadi kritik terhadap model pengelolaan agama di Indonesia yang berada di belakang
negara. Model ini tidak tepat dalam pikiran mereka. Islam harus tampil utuh
baik sebagai nilai maupun sebagai label. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Kehadiran kelompok Islam liberal dengan wacana kemerdekaan
individu semakin menguatkan kehadiran kaum Islamis di Indonesia. Kelompok
liberal yang mengkampanyekan isu-isu kebebasan oleh kelompok Islamis dianggap
sebagai bentuk penyerangan terhadap moralitas Islam yang luhur. Misalnya,
gugatan empat orang mahasiswa Fakultas Hukum UI tentang UU Pernikahan ke MK.
Gugatan ini mendapatkan sambutan positif dari kelompok yang selama ini dikenal
sebagai pengusung liberalisme dalam Islam dan para penggiat HAM. Isu ini
disambut negatif oleh HTI. Di salah satu buletin dakwah “Al-Islam” yang
diedarkan secara rutin setiap Hari Jumat di Masjid Raya Darussalam Kota Palu,
HTI menerbitkan tulisan yang berjudul <i>Nikah Beda Agama; Menyerang Islam,
Membuka Pintu Pemurtadan </i>yang bertujuan untuk melawan wacana nikah beda
agama tersebut<i>. </i>Berikut petikan tulisan itu: <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 10.05pt; margin-bottom: 5.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 19.0pt; margin-top: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif; font-size: 10pt;">Semua itu (<i>dukungan
nikah beda agama, pen</i>) menjadi isyarat yang jelas bahwa orang-orang sekuler
dan liberal terus menyasar Islam dan syariahnya. Tentu kita masih ingat kasus <i>counter
legal draft </i>Kompilasi Hukum Islam, yang salah satunya adalah tuntutan
pelegalan nikah beda agama ini. Apa yang terjadi ini makin menegaskan bahwa
sekulerisme dan HAM adalah alat untuk menyerang Islam. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 10.05pt; margin-bottom: 5.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 19.0pt; margin-top: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif; font-size: 10pt;">Jika pernikahan beda
agama ini dilegalkan MK, maka dengan alasan HAM dan sebagainya akan banyak lagi
pihak yang menuntut agar ragam pernikahan yang dilarang Islam itu dilegalkan.
Pernikahan sedarah, pernikahan sejenis dan praktik perzinahan lain akan minta
dilegalkan. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 10.05pt; margin-bottom: 5.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 19.0pt; margin-top: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif; font-size: 10pt;">Jika nikah beda agama itu
disahkan maka akibatnya: <i>pertama, </i>pengesahan ini akan menjadi pintu
untuk meruntuhkan banyak ketentuan Islam, terutama yang berkaitan dengan akibat
dari pernikahan seperti hukum waris, perwalian, nafkah, hubungan pria-wanita di
dalam pernikahan dan sebagainya. <i>Kedua, </i>pengesahan ini juga akan membuka
pintu lebar dan legal bagi upaya pemurtadan. Selama ini, meski nikah beda agama
tidak dilegalkan, motif cinta dan pernikahan seperti itu banyak digunakan untuk
pemurtadan. Apalagi nanti jika dilegalkan, upaya pemurtadan itu justeru akan
semakin gencar dan meluas karena telah dilegalkan oleh negara. Tentu semua ini
amat berbahaya bagi umat. (Al-Islam edisi 721, 12 September 2014) <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 5.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Sekulerisasi baik dalam
bentuk kemunduran beragama maupun dalam bentuk privatisasi (Jose Cassanova,
2004) memang melahirkan gerakan deprivatisasi agama sejak awal tahun 1990 an di
banyak negara termasuk negara muslim (Benyamin Flaming Intan, 2006: 14). Dalam
konteks Indonesia, melahirkan kaum Islamis. Liberalisme dan sekulerisme dalam
pandangan kaum Islamis adalah biang keladi merosotnya moralitas umat Islam di
Indonesia sekaligus menggerogoti fondasi ajaran Islam. Kaum liberal dianggap
mengacaukan differensiasi halal-haram misalnya soal kebolehan nikah beda agama
yang sedang berlangsung kasusnya di MK (Mahkamah Konstitusi). Kaum liberalis
juga dianggap menjadi aktor kuat dari gerakan yang memisahkan agama dan negara
dalam tarikan garis demarkasi yang tegas. Tak mengherankan apabila Ulil Absar
Abdallah yang menjadi ikon Islam liberal di Indonesia pernah mendapatkan
ancaman mati dan sempat mendapatkan kiriman bom buku dari kelompok Islamis.
Artikel Ulil Absar Abdallah yang berjudul “Menyegarkan Kembali Ajaran Islam”, <i>counter
legal drafting </i>Kompilasi Hukum Islam dan Fiqih Lintas Agama yang
membolehkan nikah agama serta sikap pembelaan terhadap Ahmadiyah membuat geram
kelompok Islamis. Puncaknya adalah ketika kelompok Islamis menyerang sekelompok
aktivis (sebagian berasal dari kelompok Islam liberal) yang sedang
berdemonstrasi di lapangan Pancasila. Reaksi HTI dengan menurunkan artikel yang
mengkritik sikap mahasiswa UI yang mendapatkan sokongan dari kelompok Islam
liberal dan penggiat HAM di Indonesia (pada bagian awal tulisan itu mengutip
pembelaan Andreas Harsono dan Zuhairi Misrawi yang dianggap sebagai aktivis HAM
dan Islam liberal nan sekuler) adalah bagian rivalitas yang tampaknya akan
terus menerus terjadi. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Persoalannya kemudian adalah kedua rival ini mempertarungkan teks
Alquran dengan memilih dan memilah ayat yang sesuai dengan cara berfikirnya.
Teks Alquran lalu kemudian dipegangi secara berbeda oleh dua kutub. Kelompok
berhaluan Islamis sering kali mereduksi ayat-ayat Alquran yang bernuansa jihad
untuk melegitimasi perilaku mereka tetapi abai terhadap teks Alquran yang
menghendaki perdamaian di sisi lain kelompok liberalis memilah-milih ayat
Alquran yang mendukung misalnya soal pluralisme dan mengabaikan ayat-ayat yang
(secara teks) bertolak dengan semangat pluralisme. Perang teks ini –pada
gilirannya-meletakkan ayat Alquran sebagai alat legitimasi ketimbang sebagai
instrumen solusi. Alquran mengalami proses derivasi makna yang mengarah kepada
pengukuhan kelompok. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Selain kelompok liberalis, kaum Islamis semakin kuat eksistensinya
dengan kehadiran kelompok Islam yang “dianggap” sempalan dan sesat. Pendekatan
kaum Islamis terhadap kelompok ini sangat tegas. Tidak ada tempat bagi ‘orang
sesat’ di Indonesia. Dalam kasus ini, kelompok Islamis mendapatkan sokongan
dari MUI. Munculnya fatwa MUI tentang Ahmadiyah dan haram terhadap pluralisme
tahun 2006 menjadi ‘jalan’ bagi kaum Islamis untuk melakukan intimidasi
terhadap Ahmadiyah, termasuk di Makassar dan Bulukumba (Sulawesi Selatan).
Dengan mereproduksi semangat “pemurnian akidah”, mereka melakukan perlawanan
terbuka kepada kelompok Syiah dimanapun orang Syiah melakukan kegiatan. <o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Kelompok
sesat dalam paradigma kelompok Islamis adalah kelompok <i>inhiraf, </i>kelompok
yang melakukan penyimpangan teologis. Mereka tidak boleh dibiarkan berkembang
kecuali mereka menyadari penyimpangannya dan kembali ke jalan yang benar. Oleh
karena itu, kehadiran kelompok sesat ini menjadi “pembenaran” atas tindakan
kekerasan yang dilakukan, baik secara simbolik maupun fisik karena dianggap
sebagai “pembelaan” terhadap akidah yang benar.</span><span style="font-family: "Accanthis ADF Std No2", serif; font-size: 11pt;"><o:p></o:p></span></div>
DR. HAMZAH HARUN AL-RASYID, M.A.http://www.blogger.com/profile/13478867788040025890noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-13766207433678458.post-2045045214551447802018-01-15T18:12:00.002-08:002018-01-15T18:12:57.288-08:00Mengenali Agenda Kaum Islamis Indonesia<div class="MsoNormal" style="line-height: 20.05pt; margin-bottom: 2pt; text-align: right;">
<b><i>HAMZAH HARUN AL RASYID, M.A & SAPRILLAH</i></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 14.05pt; margin-bottom: 28.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: center; text-autospace: none;">
<span style="font-family: Gabriola; font-size: 14pt;">Kaum Islamis politis dan kultural akan menghindari menggunakan
cara kekerasan sebagai alat perjuangan. Sebaliknya kelompok Islamis radikal,
lebih mengedepankan cara kekerasan sebagai alat perjuangan.</span></div>
<a name='more'></a><o:p></o:p><br />
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; mso-line-height-alt: 11.05pt; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: Algerian; font-size: 59pt;">K</span><span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">elompok Islamis meski memiliki ideologi keagamaan dan tampilan
fisik yang relatif mirip tetapi memiliki agenda yang berbeda-beda. Mereka pun
sulit dianggap sebagai kelompok yang sama. Karenanya –untuk memudahkan
pengamatan dan pemahaman- kelompok Islamis bisa dibagi setidaknya dalam tiga
kategori, Islamis-politis, Islamis-kultural, dan Islamis-radikal. Perbedaan
yang paling mencolok adalah gerakannya. Kaum Islamis politis dan kultural akan
menghindari menggunakan cara kekerasan sebagai alat perjuangan. Sebaliknya
kelompok Islamis radikal, lebih mengedepankan cara kekerasan sebagai alat
perjuangan. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Shireen T. Hunter (dalam Syarkun dan Ghorara, 2004: 492- 493)
mengemukakan enam ciri khas ideologi kaum Islamis, yaitu: 1) konsep <i>din wa
daulah</i>. Integrasi agama dan negara. Ini merupakan ciri khas Islamis-politis
di Indonesia; 2) kembali kepada Alquran dan Sunnah, dengan optik skriptualis
dan totalistik. Ini kemudian yang membedakan kaum Islamis dan kelompok Islam
nusantara, dimana kelompok kedua menerjemahkan ‘kembali ke teks primer’ dengan
perspektif yang lentur; 3) puritanisme dan keadilan sosial; 4) berpegang teguh
kepada kedaulatan syariat Islam. Islam harus menjadi basis konstitusi dalam
bernegara; 5) menempatkan jihad sebagai instrumen gerakan. Jihad yang dipahami
dalam konteks pertarungan dan perang terbuka. Bom bunuh diri, melakukan
tindakan kekerasan adalah ekspresi mereka tentang jihad; 6) perlawanan terhadap
Barat. Pengertian Barat biasanya lebih dekat kepada Amerika dan kelompok sekutunya
di daratan Eropa. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Upaya rekonstruksi ideologi yang disederhanakan oleh Shiren T
Hunter dalam enam basis ideologis juga ternyata sulit untuk dijelaskan secara
komprehensif, khususnya di Indonesia. Doktrin ‘kembali ke Alquran dan Sunnah’
yang selama ini diletakkan kepada kelompok tertentu saja sebenarnya sangat
politis, mengingat seluruh aliran dalam Islam meletakkan Alquran dan Sunnah
sebagai landasan utama atau sumber utama pengambilan keputusan. Memang, doktrin
kembali ke Alquran dan Sunnah sangat populer di kalangan kaum puritanis Islam
era Wahabian sebagai refleksi dari keinginan untuk memurnikan ajaran Islam dari
bentuk-bentuk tradisional yang disebut khurafat. Jargon ini digunakan oleh
Muhammad Abdul Wahab bekerja sama dengan Ibnu Saud untuk menghancurkan artefak
sejarah yang dianggap sebagai sumber penyimpangan dalam ajaran Islam. Di
Indonesia, Muhammadiyah dengan semangat modernisme menggunakan jargon ini untuk
mengkritik beberapa model keberagamaan yang berkembang dalam masyarakat Islam
yang sarat dengan nuansa tradisional. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Dalam kamus sosiologi Islam Indonesia, kita mengenal term TBC
(Tahayul, Bid’ah dan Churafat). Istilah ini dimunculkan oleh Muhammadiyah untuk
mendefenisikan tradisi keislaman masyarakat nusantara yang bercampurbaur dengan
kebudayaan lokal. Akan tetapi, kelompok Islam tradisional pun memiliki semangat
yang sama dengan optik yang berbeda. Misalnya dalam kasus ru’yah hilal tadi. NU
mengajak umat untuk sedekat mungkin dengan teks primer, dengan mendahulukan
metode “melihat” ketimbang “menghitung”. Dalam konteks hilal menjelang Ramadhan
dan Lebaran, “melihat” merupakan perintah teks primer, sedangkan “menghitung”
adalah kreatifitas umat.</span><span style="font-family: "Accanthis ADF Std No2", serif;"> <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">NU dalam konteks ini sedang mengajak untuk kembali ke Alquran dan
hadits, sedekat mungkin. Muhammadiyah yang lebih dekat dengan jargon “kembali
ke Alquran dan hadits” dalam pengertian puritan justeru mengabaikan teks
“melihat” dan lebih memilih menggunakan cara “menghitung” yang didalamnya sudah
mengandung teks “melihat” itu. Artinya, jika dilepaskan dari makna politisnya,
jargon kembali ke Alquran dan Hadits adalah jargon seluruh kelompok Islam,
tentu dengan cara kembali yang berbeda-beda. <o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Atau
ideologi jihad. Jihad sebenarnya adalah bagian yang penting dalam ajaran Islam.
Jihad adalah ruh gerakan yang membuat seorang muslim tidak takut apapun dalam
melakukan perjuangan. Janji surga, kemuliaan sebagai manusia, dan pahala yang
berlipat ganda menyebabkan jihad menjadi elemen penggerak yang sangat penting.
Jihad dikenal di semua kelompok Islam dengan pengertian yang berbeda-beda.
Kelompok Islam moderat seperti Nu- Muhammadiyah lebih memaknai jihad sebagai
upaya yang sungguh-sungguh untuk meraih tujuan yang mulia. Jadi, meletakkan
jihad sebagai latar ideologi radikal sebenarnya adalah sebuah kekeliruan. Ini
berarti para peneliti Barat menggiring pemahaman yang sempit tentang jihad,
terutama yang bersumber dari kelompok Islamis-radikal semata. Dan itu sama
sekali buruk! </span><span style="font-family: "Accanthis ADF Std No2", serif; font-size: 11pt;"><o:p></o:p></span></div>
DR. HAMZAH HARUN AL-RASYID, M.A.http://www.blogger.com/profile/13478867788040025890noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-13766207433678458.post-45352055046656238542018-01-15T18:08:00.003-08:002018-01-15T18:08:59.871-08:00Islamis Politis<div class="Pa23" style="margin: 14pt 0cm 2pt; text-align: right;">
<b><i>HAMZAH HARUN AL RASYID, M. A & SAPRILLAH</i></b></div>
<div class="Pa24" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 2.0pt; text-align: justify;">
<b><span style="font-size: 11pt;">Agenda utama </span></b><span style="font-size: 11pt;">kelompok
Islamis-politis di Indonesia adalah penegakan atau formalisasi Syariat Islam
pada konstitusi daerah. Pada awal tahun 2000an, kita masih mengingat munculnya
kelompok yang melakukan gerakan politik yang cukup massif di Sulawesi Selatan
yang mendesak formalisasi Syariat Islam. Kelompok</span></div>
<a name='more'></a> ini dikenal dengan nama KPPSI
(Komite Persiapan Penegakan Syariat Islam) yang kemudian berubah menjadi KPSI
(Komite Penegakan Syariat Islam). <o:p></o:p><br />
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Momentum
gerakan ini beriringan dengan model negara Indonesia yang berbentuk otonomi
daerah yang memungkinkan setiap daerah membentuk karakter dan ciri khas yang
berbeda-beda. Nangroe Aceh Darussalam menjadi patron “negara Islam” yang paling
sering dijadikan contoh. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">KPSI
pada awalnya relatif sukses. Mereka berhasil menginisiasi dan menginspirasi
beberapa kepala daerah untuk menerbitkan perda yang bernuansa syariat Islam
seperti perda baca tulis Alquran, perda Miras, perda Zakat dan sebagainya. Isu
ini bahkan oleh sebagian calon kepala daerah dimanfaatkan sebagai bagian dari
kampanye. Bupati Bulukumba (Patabai Pabokori) dan Pangkep (Alm. Syafruddin)
berhasil mengelola isu Syariat Islam menjadi kekuatan politik mereka. Bulukumba
bahkan “berhasil”membangun desa-desa percontohan Syariat Islam. Bulukumba pun
pernah menjadi tuan rumah Kongres Umat Islam pada tahun 2004. Ada delapan poin
yang menjadi <i>crash program </i>dari perda Syariat Islam di Bulukumba. <i>Pertama,
</i>pembinaan dan pengembangan Pemuda Remaja Masjid. <i>Kedua, </i>pembinaan
dan pengembangan TKA/TPA. <i>Ketiga, </i>pembinaan dan pengembangan majelis
taklim. <i>Keempat, </i>pembinaan dan pengembangan Hifdzil Qur’an. <i>Kelima, </i>pembinaan
dan pengembangan perpustakaan masjid. <i>Keenam, </i>pembinaan dan pengembangan
seni bernuansa Islami. <i>Ketujuh, </i>pemberdayaan zakat, infaq, dan sedekah. <i>Kedelapan,
</i>pelestarian keluarga sakinah, bahagia, dan sejahtera (Abd. Kadir Ahmad,
2009: 65). <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Kedelapan
<i>crash program </i>ini kemudian diberi payung hukum melalui proses legilasi
bersama dengan DPRD Kab. Bulukumba. Peraturan daerah ini kemudian dikenal
sebagai perda Syariat Islam yang menyebabkan nama Bupati Patabai Pabokori
menjadi populer sebagai bupati yang menginisiasi dan melegislasi perda syariat
Islam. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Tidak
hanya pada level kabupaten, Bupati Patabai juga memilih dan menetapakan dua
belas desa dari sepuluh kecamatan sebagai proyek percontohan. Desa-desa
tersebut adalah Desa Padang dan Desa Barombong (Kecamatan Gantarang), Kelurahan
Bintarore dan Kelurahan Ela-Ela (Kecamatan Ujung Bulu), Desa Lembanna
(Kecamatan Kajang), Desa Singa (Kecamatan Herlang), Desa Ballasaraja (Kecamatan
Bulukumpa), Desa Balong (Kecamatan Ujung Loe), Desa Palampang (Kecamatan Rilau
Ale), Desa Tritiro (Kecamatan Bonto Tiro), Desa Garuntungan (Kecamatan Kindang),
Desa Darubiah (Kecamatan Bonto Bahari) (Abd. Kadir Ahmad, 2009:92-93). <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Kedua
belas desa ini menjadi wilayah percontohan dari delapan <i>crash program </i>diatas.
Desa-desa ini kemudian dikenal sebagai “desa muslim” dengan indikator, sebagai
berikut: <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa3" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">1.
Bersih dari minuman beralkohol <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa3" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">2.
Tersedianya perpustakaan masjid dan Alquran di rumah-rumah <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa3" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">3.
Adanya majelis taklim di masjid-masjid <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa3" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">4.
Berbusana muslim <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa3" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">5.
Patuh zakat <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa3" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">6.
Penyuluhan agama terprogram <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa3" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">7.
Memakmurkan masjid <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa3" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">8.
Tertib buku nikah <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa3" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">9.
Santuni anak yatim <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa3" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">10.
Jumat bersih <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa26" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 5.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Pelaksanaan
indikator yang dituangkan dalam peraturan desa pada awal pelaksanannya berjalan
cukup ketat. Untuk memperlancar pelaksanaan perda dan perdes ini, dibentuk tim
pengawas yang dikenal dengan sebutan BUSERDA, <i>buru sergap daerah. </i>Tim
ini bertugas sebagai “polisi syariah” yang bertugas untuk mengawasi jalannya
perda syariat Islam yang dicanangkan oleh Bupati. </span><span class="A3"><span style="font-size: 11.0pt;"> </span></span><span style="font-family: "Accanthis ADF Std No2", serif; font-size: 11pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Proses
ini pun terjadi dalam sistem pelayanan publik di tingkat desa. Di Desa Padang
misalnya pihak pemerintah desa tidak akan memberikan pelayanan kepada warga
(khususnya perempuan) yang tidak menggunakan busana muslimah. DI pintu masuk
rumah kepala desa (sekaligus kantor desa), tertulis dengan jelas, <i>Tidak
menerima wanita yang tidak berbusana muslim, kecuali non-muslim. </i><o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Setiap
desa diberikan keleluasan untuk membuat program untuk mendukung pelaksanaan
perda atau perdes bernuansa syariat Islam. Di Desa Padang misalnya dibuat
beberapa langkah strategis, yaitu: <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa3" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">1.
Membentuk satgas desa muslim yang bertujuan untuk menjaga dan mengantisipasi
lebih awal berbagai pelanggaran, baik menyangkut masalah hukum syariat maupun
masalah hukum Negara. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa3" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">2.
Membentuk dewan syariah untuk memberikan dan memutuskan perkara dalam setiap
pelanggaran hukum syariah dan hukum Negara untuk dilanjutkan ke tingkat atas
yang berwenang <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa3" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">3.
Membentuk tim dakwah yang bekerja sama dengan beberapa perguruan tinggi Islam
dan pesantren yang ada di Bulukumba <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa3" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">4.
Mebentuk majelis taklim di setiap masjid dan mushalla di tingkat desa, RT, RW,
dan majelis taklim PKK</span><span class="A3"><span style="font-size: 11.0pt;"> </span></span><span style="font-family: "Accanthis ADF Std No2", serif; font-size: 11pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa3" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">5.
Memberikan kartu keaktifan salat berjamaah bagi santri TPA di setiap
masjid/musala. Dan memberikan hadiah setiap mendapatkan tanda tangan salat
berjamaah sebanyak 100 tanda tangan. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa26" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 5.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Namun, seiring
dengan peralihan kekuasan, identitas Syariat Islam yang dilekatkan kepada
Bulukumba misalnya pelan-pelan memudar.</span><span class="A10"><span style="font-size: 6.0pt;">3 </span></span><span style="font-size: 11pt;">Perda-perda bernuansa
Syariat Islam pun saat ini tidak lagi terdengar gaungnya. Watak politik
Indonesia yang liberal dan tidak berideologi menyebabkan ide keagamaan tidak
bisa menjadi latar yang permanen. Peralihan kekuasaan berkorelasi langsung
dengan perubahan kebijakan. Setiap kepala daerah memiliki cara pandang yang
berbeda. Konteks ini menyebabkan satu kebijakan tidak bisa berjalan secara
konstan. Hal ini pula menyebabkan perda syariat kehilangan fungsi dan gaungnya
ketika terjadi peralihan kepemimpinan. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa26" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 5.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Eksperimen politik
kaum Islamis di Sulawesi Selatan pun gagal ketika Azis Kahar (ikon kelompok
Islamis politis) dua kali gagal menjadi pemimpin pemerintahan provinsi. Tahun
2008, Azis Kahar berpasangan dengan pengusaha Mubyl Handaling sebagai calon
gubernur, hanya mendapatkan <span class="A3"><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; mso-bidi-font-family: "Palatino Linotype";">sekitar 20% suara dan tahun 2013
berpasangan dengan politisi Demokrat Ilham Arif Sirajuddin sebagai wakil
gubernur pun tidak mendapatkan suara yang cukup untuk mengalahkan pasangan
petahana Syahrul Yasin Limpo-Agus Arifin Nu’mang. Kedua eksperimen politik ini
gagal dan sekaligus memudarkan pesona dan gaung penegakan Syariat Islam di
Sulawesi Selatan</span></span></span><span class="A3"><span style="font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Palatino Linotype";">. </span></span><span style="font-size: 11pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<br /></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 1.0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 8pt;">3 Selain alasan bersifat structural, tampaknya
alasan kultural pun ikut memengaruhi “keberhasilan” program ini. Di tingkat
desa, agama di jalankan secara kultural, secara alamiah. Kebijakan yang
bersifat structural akan tergantung pada sejauhmana pihak pemerintah mampu
mempertahankan program tersebut.</span><span class="A3"><span style="font-size: 11.0pt;"> </span></span><span style="font-family: "Accanthis ADF Std No2", serif; font-size: 11pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Di
tingkat nasional, PKS yang merupakan partai yang dibentuk oleh aktivis-aktivis
Islam yang dekat dengan Ikhawanul Muslimin (IM) di Mesir merupakan salah satu
harapan besar bagi kaum Islamis untuk mewujudkan ide formalisasi Syariat Islam
secara nasional. Di era awal, PKS menunjukkan konsistensi yang kuat dalam
mewacanakan idiom Islam dan juga tampilan Islami sebagai politisi bersih.
Namun, harapan terhadap PKS menjadi hilang ketika PKS terjebak dalam permainan
politik praktis, bagi-bagi kursi menteri misalnya. Kita tidak pernah mendengar
PKS benar-benar memperjuangkan simbol Islam di parlemen. PKS sepertinya
mengalami proses nasionalisasi. Ia lebih menyerupai parpol nasionalis yang
bekerja untuk kepentingan politik kelompok. Hal ini semakin diperparah ketika
Presiden PKS Lutfhi Hasan Ishaq terkait dengan kasus korupsi sapi impor dan
harus mendekam di penjara. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Kekhawatiran
terhadap PKS diawal kemunculannya sebenarnya sangat berlebihan, mengingat watak
politik kita tidak berbasis ideologi. Agama tidak pernah benar-benar menjadi
ideologi, sebagaimana IM di Mesir. Karenanya, di Sulawesi Tengah, PKS cukup mendapat
sambutan karena yang membawa atau menjadi ‘jualan’ PKS adalah tokoh-tokoh
Al-Khaerat terutama yang kuliah di Timur Tengah. Publik Sulawesi Tengah tidak
menandai PKS dalam konteks ideologi tetapi dalam konteks partai politik.
Karenanya, kehadiran orang Al-Khaerat di PKS tidak akan diributkan sebagaimana
kehadiran orang Al-Khaerat di PAN yang merupakan assosiasi Muhammadiyah.
Artinya, di tingkat lokal, PKS diperlakukan sebagai parpol biasa yang bercorak
agama, bukan parpol yang akan membawa perubahan struktur ideologi keagamaan
yang nantinya akan merusak ideologi Al-Khaerat. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Agenda
politik yang lebih besar digaungkan oleh HTI dengan wacana khilafah Islamiyah.
Hingga hari ini mereka masih setia menggemakan wacana ini di seluruh Indonesia.
Salah satu agenda besar HTI pada tahun 2014 adalah kongres Mahasiswa Islam
Indonesia yang akan digelar di 73 Kota di Indonesia dari bulan Oktober-November
2014 dengan tema <i>We Need Khilafah Not Democracy</i>. Salah satu kekuatan
utama HTI memang berasal dari kalangan mahasiswa. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">HTI
menawarkan gagasan perubahan sistem dengan berbasis Islam. Khilafah Islamiyah
menjadi sendi gagasannya. Mereka berambisi untuk menggantikan sistem demokrasi
dan sistem ekonomi kapital dengan sistem politik dan ekonomi ala Islam.
Misalnya soal mata uang. HTI sangat aktif mengkampanyekan penggunakan mata uang
emas dan perak (dinar dan dirham). Jenis mata uang ini disempurnakan dengan
sistem ekonomi Islam akan membuat kekayaan masyarakat terjaga dan perekonomian
akan memberikan kesejahteraan dan keadilan. Mata uang ini –menurut HTI-lebih
kuat menahan fluktuasi moneter ketimbang mata uang kertas. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Namun
eksistensi gagasan khilafah ini masih meragukan. Pasalnya, hingga saat ini
gagasan khilafah terlihat hanya sekedar jargon. HTI sepertinya kesulitan untuk
mengimplementasikan gagasannya secara riil. Selama puluhan tahun kehadiran HTI
di Indonesia, kita tidak pernah menemukan gerakan politik yang mengarah pada
implementasi gagasan khilafah. Gerakan HTI hanya mengumpul massa di kalangan
mahasiswa dan membangun diskusi-diskusi ilmiah. Sesekali ikut menyuarakan
gagasan ‘perbaikan’ di jalanan dengan tetap setia dengan jargon khilafah
Islamiyah. HTI sebagai gerakan sosial dan moral memang banyak menarik perhatian
kaum muda Islam tetapi sebagai bagian dari gerakan politik menuju sistem
khilafah, tampaknya masih menempuh jalan yang sangat panjang. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Kesulitan
lain kemungkinan adalah karena gagasan khilafah Islamiyah sendiri sebenarnya
sangat utopis. Azyumardi Azra (2014) misalnya menyebutkan: <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa25" style="margin-bottom: 5.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 19.0pt; margin-top: 2.0pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 10pt;">Konsep khilafah itu
sendiri sangat problematis dan utopian. Terdapat banyak perbedaan konsep dan
praksis khilafah di antara pemikir Muslim penggagasnya sejak dari Jamaluddin
al-Afgani, Abdulrahman Al-Kawakibi, Abu al A’la al-Mawdudi sampai Taqiuddin
a—Nabahani. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa25" style="margin-bottom: 5.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 19.0pt; margin-top: 2.0pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 10pt;">Utopianisme khilafah juga
terletak pada kenyataan bahwa kaum Muslim di berbagai kawasan telah mengadopsi
negara bangsa berdasarkan realitas bangsa dengan tradisi sosial, budaya, dan
agama distingtif; wilayah geografis; dan pengalaman historis berbeda. Karena
itu ‘unifikasi’ seluruh wilayah Dunia Muslim di bawah kekuasaan politik tunggal
adalah angan-angan belaka. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa26" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 5.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Khilafah dalam
perspektif Azyumardi Azra adalah gagasan yang tidak lagi relevan dengan situasi
global yang cenderung sudah terikat secara permanen dengan sistem
negara-bangsa. Tantangan HTI menjadi sangat besar apabila dia ingin memulainya
dari Indonesia. HTI harus melakukan revolusi besar-besaran. Dan itu sama sekali
tidak mudah kalau tidak ingin menyebutnya mustahil. Selain karena Indonesia
sudah terbentuk dalam model negara bangsa, juga karena masyarakat Indonesia
sudah memiliki pengalaman panjang soal dialektika Islam dan negara. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Pilihan
NKRI adalah pilihan yang juga dilandasi dengan semangat keagamaan. Perdebatan
kaum nasionalis dan kelompok Islam berakhir dengan konsensus NKRI sebagai
bentuk negara dan Pancasila sebagai landasan ideologinya. Artinya, jika HTI
datang dengan konsep khilafah sebagai tawaran dari ajaran Islam, maka itu sudah
terlambat karena Pancasila bagaimana pun juga dibangun dari spirit Islam, bukan
dari spirit nasionalisme atau sekulerisme. KH. Wahid Hasyim, KH. Abdul Kahar
Muzakkir, dan KH. Masjkur adalah tokoh Islam dari NU-Muhammadiyah yang menjadi
aktor dari lahirnya Pancasila bersama dengan tokoh nasionalis lainnya. Jadi,
pendekatan Islam yang menjadi andalan HTI dalam menawarkan khilafah tidak
relevan memengaruhi wacana politik Islamis di Indonesia. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Pilihan
yang tersedia bagi HTI adalah mengubah konsep khilafahnya dari sistem politik
menjadi sistem moral. Artinya, HTI tetap menerima sistem negara bangsa tetapi
melandasinya dengan nilai ke-khalifa-an. Kalau tidak, teriakan khilafah
Islamiyah hanya menjadi ‘angan-angan belaka’ yang tersimpan di ruang kosong di
langit sana dan suatu saat akan kelelahan sendiri. Walau begitu, para aktivis
HTI sangat meyakini kalau khilafah adalah <i>gift </i>dari Tuhan yang akan
diberikan kepada hambanya yang berjuang secara ikhlas. QS. An-Nur; 55 dan <i>bisyarah
</i>hadits Nabi Muhammad tentang kemunculan <i>khilafah ala minhaj nubuwwah </i>menjadi
landasan mereka dalam memperjuangkan keyakinan. Soal ini, waktu akan menentukan
benar atau tidaknya keyakinan kelompok HTI ini. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Berbeda
dengan model gerakan KPPSI dan PKS, gerakan HTI lebih berisfat kultural. HTI
tidak bermain di wilayah politik praktis. HTI menolak bermain politik
konvensional karena menganggap demokrasi (rumah politik domestik) adalah produk
non muslim yang tidak sesuai dengan spirit Islam. Bahkan secara tegas, HTI
menyebutnya demokrasi adalah sistem kafir dan haram menjalankannya. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Fokus
kajian mereka saat ini adalah politik Islam. Dimana-mana, aktivis HTI pasti
bicara tentang Islam <i>kaffah. </i>Islam yang tidak hanya mengurusi soal ibadah
tetapi juga ekonomi, sosial, politik, dan seluruh sendi kehidupan manusia.
Penegakan Islam <i>kaffah </i>hanya bisa dilakukan ketika sistem pemerintahan
yang berkuasa adalah sistem Islam atau sistem khilafah. Dimana umat Islam
berada di bawah satu kekuasaan. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Doktrin
Islam <i>kaffah </i>dengan penegakan khilafah sebagai solusi membuat para
aktivis HTI “memandang sebelah mata” gerakan kelompok revivalis ekonomi Islam
dalam bentuk “ekonomi syariah”. Dalam sebuah seminar bertajuk “Konfrensi
Indonesia Milik Allah” yang dilakukan di Kampus IAIN Kendari (sabtu, 6 Juni
2015), seorang pembicara dari aktivis HTI menyindir gerakan ekonomi syariah,
bank syariah, dan apapun yang berbau syariah sebagai upaya yang gagal. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Bentuk
gerakan <i>parsial </i>seperti itu tidak akan mungkin berhasil karena
pemerintah masih berbentuk negara demokrasi. Oleh karena itu, aktivis HTI pun
cenderung tidak setuju dengan model penerapan Syariat Islam di Aceh. Bukan pada
bentuk penegakannya tetapi pada modelnya yang parsial. Bagi aktivis HTI,
penegakan syariat dalam bentuknya yang parsial tidak bisa membawa perubahan
apa-apa. Islam tidak diturunkan secara <i>parsial </i>tetapi kepada seluruh
umat.</span><span class="A3"><span style="font-size: 11.0pt;"> </span></span><span style="font-size: 11pt;">Penegakan
khilafah adalah bentuk solusi yang tepat bagi umat Islam di seluruh dunia.
Sistem khilafah akan mewujudkan masyarakat Islam yang kuat baik secara politik
maupun secara ekonomi. </span><span style="font-family: "Accanthis ADF Std No2", serif; font-size: 11pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Kritik
terbesar aktivis HTI terhadap Indonesia adalah ketika Indonesia—sebagai
mayoritas Islam meninggalkan sistem politik Islam dan lebih memilih sistem
demokrasi. Bagi mereka, demokrasi yang menekankan pada kedaulatan rakyat
bertentangan (para aktivis HTI di Kendari menggunakan istilah bertabrakan
langsung) dengan akidah Islam. Kedaulatan tidak boleh ditangan manusia tetapi
ditangan Tuhan (melalui syariatnya). Manusia tidak memiliki hak untuk membuat
hukum apalagi bertentangan dengan hukum Allah (wawancara dengan Sf dan Al). <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Kegagalan
pancasila di Indonesia—bagi para aktivis HTI-adalah karena sistem
pelaksanaannya yang menggunakan demokrasi. Demokrasi bukan perahu yang tepat
dalam menjalankan nilai Pancasila. Kebebasan dan kesamaan hak semua orang dalam
demokrasi pada gilirannya tidak bisa merefleksi dengan baik nilai-nilai
Pancasila. Nilai Pancasila bagi mereka sudah baik tetapi gagal dalam
implementasi. Salah satu contoh misalnya sila pertama <i>ketuhanan yang maha
esa. </i>Sila ini adalah refleksi dari nilai Islam tentang ketauhidan. Nilai
dari sila ini tidak dapat dapat diwujudkan karena demokrasi memberi kebebasan
kepada siapa saja untuk memilih agama dan beragama sesuai dengan “selera-nya”.
Penerimaan negara terhadap Ahmadiyah (yang dalam perspektif HTI melanggar
akidah Islam) adalah bentuk kegagalan Pancasila (wawancara Sf). Bagi HTI, tidak
ada tempat bagi orang sesat seperti Ahmadiyah. Mereka sudah “merusak” akidah
umat Islam. Dalam sistem khilafah, orang Ahmadiyah terlebih dahulu akan
diberikan dakwah Islam yang benar. Apabila tidak mau berubah, mereka harus
diperangi (wawancara Al). <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Demokrasi
adalah produk non-muslim. Sudah seharusnya ditinggalkan dan digantikan dengan
sistem khilafah. Khilafah adalah mandat Islam, kewajiban bagi setiap muslim
untuk menegakkannya. Sikap anti-demokrasi ditunjukkan tidak hanya dalam bentuk
“perlawanan wacana” tetapi juga dalam tindakan. Seluruh aktivis HTI yang
ditemui mengaku tidak ikut memilih pada pemilu legislatif dan pilpres tahun
2014 lalu. Mereka juga sangat aktif membuat spanduk-spanduk provokatif yang
secara tegas menolak demokrasi. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Sistem
pengkaderan yang intensif membuat para aktivis mahasiswa HTI memiliki
pengetahuan yang baik tentang gagasan khilafah (versi HTI). Mereka dibekali
dengan pengetahuan tentang alasan dibalik runtuhnya dinasti Usmaniyah di Turki
pada tahun 1924. Tudingan mereka terutama pada munculnya Kemal At-Turk yang
dianggap sebagai penghianat Islam. Dia yang meruntuhkan sistem khilafah dan
menggantinya dengan sistem liberal seperti saat ini. Mereka dibekali juga
dengan sebab-sebab kegagalan khilafah Islamiyah. Untuk melawan arus perlawanan
terhadap sistem khilafah, mereka mengajukan satu konsep yang disebut <i>khilafah
ala minhaj Nubuwwah. </i>Sebuah konsep khilafah yang sudah diproyeksi oleh Nabi
Muhammad. Konsep khilafah yang disepakati oleh semua ulama. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Meski
para aktivis HTI yang ditemui tidak menjelaskan secara eksplisit apa yang
dimaksud dengan <i>khilafah ala minhaj nubuwwah </i>tetapi konsep ini cukup
memberi keyakinan kepada mereka kalau sistem khilafah yang diperjuangkan oleh
HTI adalah benar <i>khilafah ala minhaj nubuwwah. </i>Mereka dengan sangat
percaya diri meyakini kalau <i>khilafah dinasti </i>yang runtuh di era
Usmaniyah berbeda dengan khilafah yang ditawarkan oleh HTI. <i>Khilafah ala
minhaj nubuwwah </i>adalah sistem pemerintahan Islam yang sesuai dengan Alquran
sebagaimana yang dijanjikan oleh Nabi Muhammad (melalui Hadist Riwayat Ahmad).
Oleh karenanya, para aktivis HTI sangat menolak keras ketika mereka dianggap
akan melanjutkan <i>khilafah dinasti. </i>Mereka membayangkan diri sebagai
pelanjut cita-cita <i>khilafah </i>yang dasar-dasarnya diletakkan oleh empat
khalifah pertama (Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, dan Ali bin Abu
Thalib). <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Para
aktivis HTI menyadari dengan baik bahwa teks tentang negara, daulah dan
khilafah tidak terdapat dalam Alquran dan hadits (kecuali HR. Ahmad yang
berbicara tentang <i>khilafah ala minhaj nubuwwah). </i>Ketiadaan teks yang
eksplisit tentang daulah dan khilafah disadari oleh mereka akan menjadi dasar
bagi kelompok luar yang tidak setuju dengan <i>khilafah. </i>Aktivis HTI
menggunakan kaidah ushul fiqhi untuk menguatkan pendapat mereka, <i>ma laa
yatimmu wajibu illa bihi fahuwa waajibun </i>(Sesuatu yang menyebabkan
kewajiban menjadi tidak sempurna kecuali karena dia, dia ikut menjadi wajib).
Kaidah ini digunakan untuk membaca teks-teks hukum dalam Alquran misalnya
kewajiban menegakkan hukum Allah, hukum potong tangan bagi pencuri, rajam bagi
pezina dan qishas. Bagi aktivis HTI, penegakan hukum Allah adalah kewajiban
karena diperintahkan oleh Allah melalui Alquran. Kewajiban ini hanya bisa
dilakukan melalui sistem kekuasaan yang disebut khilafah. Karena itulah <i>khilafah
</i>menjadi wajib bersamaan dengan kewajiban menegakkan hukum Allah. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Untuk
sampai pada cita-cita penegakan khilafah, HTI menyiapkan tiga langkah besar. <i>Pertama
</i>tasqif (pembinaan atau pembasisan). Pada langkah ini, produk pemikiran
politik Syekh Taqiuddin Nabahani tampaknya menjadi rujukan wajib bagi setiap
kader HTI. 16 jilid buku politik Syekh Taqiuddin Nabahani harus dipahami oleh
setiap anggota atau kader HTI. Proses indoktrinasi dalam tradisi HTI dimulai
dengan mengajarkan buku <i>nidzamul Islam </i>(peraturan hidup dalam Islam).
Buku ini adalah buku pertama yang wajib ditelaah oleh seorang calon kader HTI.
Lalu dilanjutkan pada buku kedua (pembentukan partai politik), buku ketiga
(daulah Islamiyah) dan seterusnya. Sistem <i>halaqah </i>terbatas yang
dilakukan di kampus adalah bentuk pembasisan dan tempat HTI mendapatkan kader.
Organisasi Gema (Gerakan Mahasiswa) Pembebasan tidak cukup kuat mendukung
suplai kader ke organisasi HTI. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<i><span style="font-size: 11pt;">Kedua,
</span></i><span style="font-size: 11pt;">tafaul maa ummah (bersosialisasi bersama umat). Salah seorang
aktivis HTI mengakui kalau sekarang di Kendari sudah masuk pada tahap kedua
ini. Mereka aktif mengkampanyekan gagasannya di kampus melalui buletin,
pamflet, dan seminar-seminar. Tujuannya adalah agar semua umat Islam di
Indonesia pada umumnya bisa menerima dengan baik gagasan HTI tentang perlunya
penegakan khilafah. <o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Ketiga,
<i>penyerahan kekuasaan kepada pihak yang memiliki kekuatan. </i>Tahapan ini
adalah tahapan nasional (bahkan universal). Praktik ini tidak ditemukan dalam
kasus Kendari. Tahapan ini mengandaikan, kekuatan publik terhadap dukungan ide
khilafah telah besar </span><span style="font-family: "Accanthis ADF Std No2", serif; font-size: 11pt;"><o:p></o:p></span></div>
DR. HAMZAH HARUN AL-RASYID, M.A.http://www.blogger.com/profile/13478867788040025890noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-13766207433678458.post-29853877743139838582018-01-15T17:53:00.001-08:002018-01-15T17:53:21.350-08:00Islamis Kultural<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.05pt; margin: 14pt 0cm 2pt; text-align: right;">
<b><i>HAMZAH HARUN AL RAYID, M.A & SAPRILLAH</i></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<b><span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Agenda Islamis-kultural</span></b><b><span style="font-family: "Palatino Linotype", serif; font-size: 6pt;">4 </span></b><span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">lebih berorientasi pada
pembentukan komunitas Islam yang bercirikan Islam, tentu saja yang sesuai
dengan imajinasi mereka tentang Islam yang benar. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 14.2pt; margin-right: 0cm; margin-top: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif; font-size: 8pt;">4 Istilah
Islamis-kultural digunakan untuk menyebutkan kelompok Islamis yang tidak
berorientasi politik baik dalam tindakan maupun cita-cita. Atau kelompok yang
melakukan sistem kerja yang berorientasi pada pengembangan masyarakat.</span></div>
<a name='more'></a> <span style="font-family: "Accanthis ADF Std No2", serif;"><o:p></o:p></span><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Karena berorientasi salaf, maka cita-cita masyarakat yang mereka
inginkan adalah masyarakat Islam modern yang salaf. Meski WI sempat menjadi
salah satu penyokong utama KPSI di Sulawesi Selatan tetapi mereka tidak
menjadikan gerakan politik (formalism) sebagai tujuan utama. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Bagi kaum Islamis Kultural, meng-Islam-kan masyarakat Indonesia
adalah agenda utama. Jika semua umat Islam Indonesia sudah sesuai dengan visi
mereka, maka dengan sendirinya “Negara Islam” akan mudah diwujudkan. Atas dasar
pemikiran, beberapa kelompok salafi tidak ikut memilih pada saat pemilu karena
merasa sia-sia. Selain karena pemimpin yang akan dipilih tidak mewakili
kepentingan mereka juga karena masyarakat Islam Indonesia secara umum belum
seirama dengan pemikiran mereka. Mereka akan ikut memilih apabila diyakini ada
calon pemimpin yang sesuai dengan yang mereka inginkan (diolah dari hasil
wawancara dengan AR, aktivis Salafi di Kota Kendari). <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Wahda Islamiyah (WI) menjadi ikon Islamis yang cukup menarik
perhatian di Kawasan Timur Indonesia, khususnya di Sulawesi Selatan. Orientasi
WI jelas mengarah kepada pembentukan sistem sosial yang berbasis Islam.
Perkembangan organisasi WI cukup pesat. Mereka memiliki cabang di hampir semua
daerah di kawasan Timur Indonesia, termasuk di Sulawesi Tengah (meski
perkembangannya tidak sebaik di Sulawesi Selatan). Wahda Islamiyah
merepresentasi diri sebagai organisasi salafi modern. Gerakannya pun cenderung
terorganisir dengan baik. WI menginisiasi munculnya sekolah Islam dari TK
sampai Perguruan Tinggi (STIBA) yang menarik banyak minat masyarakat muslim
kelas menengah. WI menginisiasi pengobatan penyakit jiwa melalui klinik rukyah
serta mendirikan rumah sakit, klinik bersalin, dan apotek pendukung. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Wahda Islamiyah berdiri pada tanggal 19 Pebruari tahun 1998
dipelopori oleh tokoh-tokoh Muhammadiyah yang tergabung dalam sebuah yayasan
yang disebut Yayasan Fathul Muin. Ide utama dari Wahda Islamiyah adalah
kampanye akidah Islam yang sahih atau yang benar. Melanjutkan ide furifikasi
keagamaan ala Muhammadiyah di era tahun 1960an. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Kehadiran Wahda Islamiyah membawa semangat puritanisme baru di
Makassar. Isu perbaikan tauhid dan “pemurnian dari aliran sempalan” menjadi
salah satu yang sering didakwahkan di media TV lokal. Beberapa pentolan WI yang
membentuk LPPI (Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam) secara konsisten
menolak kehadiran Syiah dan Ahmadiyah di Makassar. Gerakan yang dilakukan salah
satunya dengan mengumpulkan tanda-tangan dukungan dari tokoh-tokoh agama di
Makassar untuk memberi persetujuan terhadap pemurnian akidah umat dari pengaruh
syiah. Mereka pun seringkali ‘memblokade’ kegiatan IJABI (Ikatan Jamaah Ahlul
Bait Indonesia) dan seringkali melakukan kegiatan dakwah yang bertemakan
‘penyelamatan akidah dari aliran sesat’.</span><span style="font-family: "Accanthis ADF Std No2", serif;"> <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Kelompok Islamis kultural lainnya adalah kelompok Salafi Yaman
yang bermarkas di Baji Rupa dan tergabung dalam sebuah yayasan Ma’had An-Nasyat
Al-Islami. Kelompok ini mengklaim diri sebagai kelompok yang paling salafi.
Mereka menuding WI bukanlah gerakan salafi dengan alasan tertentu. Sebagaimana
WI, kaum salafi lebih sering mengampanyekan pemurnian akidah Islam dari
pengaruh duniawi. Mereka hidup untuk melestarikan tradisi keagamaan kamum
salafi. Karena itu mereka menolak seluruh hal yang dianggap bid’ah. Mereka
mengklaim diri sebagai salafi murni. Menariknya, mereka anti formalisasi
syariah. Syariah harus dijalankan dan didakwahkan secara kultural. Setelah
akidah dan akhlak umat bagus baru gagasan tentang negara itu difikirkan. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Bentuk utama dari gerakan salafi ini adalah pendidikan. Mereka
mendirikan pesantren salafi yang bermarkas di Jalan Baji Rupa Makassar sejak
tahun 2001 dengan nama Ma’had Assunah di bawah naungan Yayasan Ma’had An-Nasyat
Al-Islami. Mereka menerima santri dari berbagai daerah di kawasan Timur
Indonesia. Ma’had Assunnah menerapkan dua sistem pengajaran; pengajian umum dan
takhassus. Pengajian umum diikuti oleh semua santri sedang pengajian takhassus
menyediakan kesempatan bagi para santri untuk mendalami satu materi pelajaran
tertentu. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Di Sulawesi Tenggara, muncul gerakan salafisme melalui dunia
pendidikan yang cukup mendapat sambutan dari masyarakat. Mereka dikenal dengan
nama ICM (Islamic Centre Muadz bin Jabal). Gerakan ICM terlihat lebih menonjol
karena infrastrukturnya lebih kuat. Lewat lembaga pendidikan (dari TK-SMA dan
tingkat lanjutan), pengajian rutin di Masjid Muadz bin Jabal, dan radio Muadz
bin Jabal, eksistensi ICM di Kendari semakin kuat. Animo warga terhadap lembaga
pendidikan yang dikelola ICM setiap tahun semakin meningkat, antusiasme jamaah
mengikuti pengajian rutin selama beberapa tahun belakangan juga cukup tinggi,
dan radio Muadz bin Jabal menjadi satu-satunya radio yang secara konsisten
berdakwah. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">ICM adalah jenis kelompok salafi yang adaptif. Mereka menjalin
kerjasama dengan pihak pemerintah dalam hal penanggulangan terorisme, mereka
menyediakan dai di Kepolisian dan beberapa lembaga swasta. Mereka juga
menyebarkan metode dakwah yang relatif adaptif. Mereka tidak alergi untuk
memasang simbol Negara (Bendera Merah Putih di kantor dan halaman kampus).
Mereka menerima Pancasila. Mereka juga tidak memiliki agenda politik yang
memudahkan masuk kotak perbedaan. Para dai ICM mengakui tidak segan ikut <i>qunut
</i>di belakang imam yang <i>qunut </i>karena hanya bersifat khilafiah Dai dari
ICM dikenali memiliki kemampuan menjelaskan narasi keagamaan dengan basis teks
yang baik. Tradisi masyarakat yang dianggap bid’ah tidak dijatuhkan begitu saja
tetapi diletakkan dalam fondasi “teks keagamaan “ primer. </span><span style="font-family: "Accanthis ADF Std No2", serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">ICM akan memiliki pengaruh yang cukup besar di Kendari dalam
beberapa waktu ke depan. Ustad Zezen yang berusia relatif masih muda memiliki
masih cukup banyak waktu untuk menjadi “kyai besar” di Kota Kendari. Ini juga
karena pola kaderisasi tokoh agama di organisasi lain tidak terlihat. Tidaklah
mengherankan kalau ICM mendapatkan kepercayaan yang cukup besar dalam konteks
keagamaan. Misalnya membina Napi Teroris enam bulan sebelum pelepasan. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Selain ICM, ada pula kelompok salafi yang menamakan diri sebagai
kelompok pengajian <i>ahlusunnah wal jamaah. </i>Kelompok salafi ini semula
tergabung dalam kelompok <i>minhajussunnah. </i>Mereka memisahkan diri setelah
terjadi perbedaan pendapat (tidak diceritakan perbedaan pendapat tersebut) lalu
membentuk kelompok pengajian dan menamakan diri sebagai jamaah <i>ahlussunnah
wal jamaah. </i><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Cikal bakal kelompok ini sebetulnya dimulai pada tahun 1994.
Seorang tokoh salafi bernama Abu Izzi datang membuka pengajian di salah satu
masjid dekat kampus lama UHO. Pengajian Abu Izzi sempat menimbulkan polemik
karena menawarkan paradigma keagamaan yang berbeda. Jamaah perempuannya
bercadar. Hal ini menginisiasi sekelompok pemuda masjid untuk mendatangi
pengajian Abu Izzi dengan tujuan berdebat. Namun rupanya diskusi itu justeru
menjadi ruang pembenaran. Sekelompok pemuda tadi malah menjadi jamaah pengajian
Abu Izzi. Setelah Abu Izzi kembali, beberapa anggota jamaah memutuskan untuk ke
Jawa untuk menempuh pendidikan di pesantren pimpinan Jafar Umar Thalib. AR
(salah satu pentolan jamaah Ahlussunnah wal jamaah) mengakui pernah ikut ke
Ambon ketika terjadi perang disana. Dia bertugas di bagian kesekretariatan.
Setelah perang, memutuskan kembali ke Kendari, bersama dengan teman-temannya
mendirikan yayasan minhajussunnah yang bergerak di bidang pendidikan. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Kelompok Ahlussunnah wal jamaah adalah sebuah komunitas atau
perkumpulan pengajian, bukan organisasi yang terstruktur. Mereka tidak mengenal
istilah pimpinan atau ketua kelompok. Yang ada hanya ustad yang secara rutin
memberi pengajian. Oleh karena itu, jumlah anggota perkumpulan tidak dicatat.
Jamaah yang ikut dalam pengajian biasanya berasal dari warga sekitar masjid
tempat pengajian itu dilaksanakan. Kelompok ini merupakan afiliasi dari
kelompok salafi dari Ma’had Nasyad Al-Islami (MANIS) di (jalan Baji Rupa)
Makassar. Meski demikian, mereka sudah membentuk yayasan yang bernama Markas
Da’wah Arrisalah yang bermarkas di Jalan Prof. Rauf Tarimana (Kambu). <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Kelompok ini secara jelas menyebut diri mereka sebagai salafi.
Salafi dalam perspektif mereka berarti mengikuti cara keagamaan Rasulullah,
sahabat-sahabat, dan tabi’in. Salah seorang informan menolak istilah Wahabi.
Istilah Wahabi adalah istilah eksternal yang sangat simplistis. Muhammad bin
Abdul Wahhab memang rujukan utama salafi, tetapi bukan satu-satunya. Mereka
lebih senang disebut sebagai salafi (wawancara AR). Bagi salafi, agama Islam
telah sempurna. Segala sesuatu yang ada dalam Alquran dan Sunnah adalah
prototipe yang paripurna. Umat Islam tinggal mengikutinya saja tanpa perlu
mengurangi, menambah, dan mengotak-atik lagi. Apabila ada umat Islam yang
menambah konsep Islam ini berarti Islam itu tidak sempurna. Jadi, tujuan
kehadiran mereka adalah mengajak umat manusia untuk hidup berdasarkan cara
hidup Nabi Muhammad dan sahabatnya. Apa yang diperintahkan oleh Aquran dan
hadits itulah yang diikuti dan apa yang dilarang harus dijauhi. Sebagai contoh
kecil, salah satu hadits menyebutkan larangan menggambar manusia. Mereka
mengikuti itu dengan tidak mau difoto kecuali hal mendesak seperti untuk
pengurusan kartu tanda penduduk (wawancara Y dan A). <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Tradisi masyarakat yang berkaitan dengan keagamaan seperti maulid,
barzanji, dan peringatan-peringatan keagamaan lainnya adalah bentuk penambahan
agama yang harus dihindari. Meski diakui bahwa dalam kegiatan maulid banyak hal
yang bermanfaat seperti pembacaan shalawat nabi tetapi perayaan yang disematkan
pada hari kelahiran Nabi Muhammad tidak pernah dicontohkan oleh Nabi Muhammad,
para sahabat, dan para tabiin. Jadi, kegiatan ini tidak memiliki akar dalam
teks dan kebiasaan kaum salaf. Yang dibolehkan adalah hal-hal yang mendukung
kenyamanan agama. Misalnya membuat lantai masjid dari tegel, memakai pengeras suara
dalam shalat—meski tidak ada contohnya di zaman Rasulullah- tetapi hal ini
dimaksud untuk mendukung agama, bukan menambah atau mengurangi dasar agama.
Termasuk pakaian, asal sesuai dengan tata cara yang dianjurkan Islam maka jenis
kain dan model pakaian tidaklah masalah (wawancara AR). Tampilan fisik kelompok
ahlussunnah wal jamaah seperti kelompok salafi pada umumnya, bercelana kain
cingkrang, berjanggut, dan berbaju gamis bagi laki-laki. Ketika imam, tidak
mengeraskan basmalah. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Kajian keagamaan kelompok Ahlussunnah wal Jamaah di Kota Kendari
sangat intensif. Setiap hari mereka melakukan kajian, bahkan kadang-kadang
bersamaan waktunya. 11 Masjid di Kendari tempat mereka melakukan kajian rutin,
1 masjid lainnya di Konawe Selatan (Konda). Tema kajian meliputi akidah, fiqih,
hadits, dan pelajaran bahasa Arab sebagai imu alat. Kitab-kitab yang mereka
kaji adalah kitab utama rujukan kaum salafi dari Syekh Abdul Wahab, Syekh Ibnu
Taimiyah, Syekh Abdullah bin Baz, Syekh Ustaimin, dan Dr. Fauzan Shalihin. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Yang menarik adalah gerakan Islamis kultural mampu menarik
perhatian kaum muda, khususnya di kalangan mahasiswa. Sebagian dari kelompok
Islamis ini mampu menguasai LDK (Lembaga Dakwah Kampus) dan membuat program
yang menarik perhatian mahasiswa muslim yang ingin mempelajari agama. </span><span style="font-family: "Accanthis ADF Std No2", serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Sebagai contoh kasus yang terjadi di kampus Universitas Halu Oleo,
Kota Kendari. Tahun 2000 adalah tahun monumental dari perkembangan organisasi
mahasiswa Islam (baru) di UHO. Di tahun ini, organisasi mahasiswa Islam baru
mulai membangun kekuatan. Isu Islam (formal) yang mereka tawarkan ke kampus
mendapatkan perhatian yang baik. KAMMI dengan isu Islam akhlaki dan gerakan
moral, LDK-BKLDM (HT) dengan isu khilafah dan gerakan politik Islam, dan LDK
Ulul Al-Bab (WI) dengan isu Alquran. Ketiga kelompok organisasi ini mulai
menguasai masjid dan musala kampus. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Tahun 2000-an memang merupakan tahun ekspansi organisasi baru di
Kota Kendari. Organisasi Islam (baru) seperti HTI, dan WI mulai mengembangkan
sayap mereka. Bersamaan dengan itu berkembang pula pesantren salafi. Kelompok
pengajian Muadz bin Jabal yang dibina oleh lulusan dari haramain pun mulai
berkembang di Kota Kendari beberapa tahun belakangan ini. Organisasi-organisasi
kemudian melebarkan sayap mereka hingga ke kabupaten-kabupaten. Bahkan kelompok
keagamaan lama seperti JT (Jamaah Tabligh) dan LDII (Lembaga Dakwah Islam
Indonesia) dan kelompok aliran seperti Ahmadiyah pun ikut berkembang di tahun
2000an (Saprillah, 2008). Ini berbanding terbalik dengan organisasi keagamaan
yang lama seperti NU dan Muhammadiyah. Perkembangan keduanya relatif stagnan. </span><span style="font-family: "Accanthis ADF Std No2", serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Kehadiran organisasi mahasiswa Islam baru (khususnya HT dan WI)
menggeser peran organisasi mahasiswa Islam lama (HMI, PMII, dan IMM) di kampus
dalam hal pengelolaan isu agama. Kajian-kajian keislaman saat ini lebih banyak
dikelola oleh kelompok baru ini. Sedangkan aktivis mahasiswa dari HMI, PMII dan
IMM lebih berorientasi politis dan reaktif terhadap isu-isu tertentu (yang
tidak terkait dengan isu agama). Akibatnya, kehadiran aktivis organisasi lama
di kampus tidak terlalu terasa. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Setiap hari, sangat mudah ditemukan mahasiswi atau mahasiswa yang
melakukan kajian-kajian di sudut koridor masjd Laode Maalim, di dekat pintu
masuk kampus UHO. Kelompok mahasiswi yang melakukan aktivitas di bawah tangga
masjid hingga ke teras bagian Selatan adalah aktivis LDK-Ulul Al-Bab. Kelompok
mahasiswi yang melakukan pengajian di koridor masjid berasal dari MHTI.
Kelompok mahasiswa yang biasanya melakukan kegiatan di teras dan dalam masjid
dengan kelompok terbatas berasal dari LDK-BKLDM dan GEMA Pembebasan. Sedangkan
kelompok mahasiswa/mahasiswi yang melakukan kajian di musala adalah aktivis
UKKI. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Ini menunjukkan bahwa ketiga kelompok organisasi mahasiswa Islam
baru sangat aktif dalam melakukan aktivitas pengajian keagamaan setiap hari.
Masjid dan musala menjadi pusat kegiatan mereka. Diresmikannya masjid Ld Maalim
pada tahun 2005 menjadi berkah bagi kelompok-kelompok ini. Areal masjid yang
luas dimanfaatkan oleh mereka untuk melakukan aktivitas pengajian Alquran dan
kitab. Posisi masjid Ld Maalim yang dekat dengan jalan akses keluar-masuk
kampus menyebabkan aktivitas mereka mudah terlihat. Ini juga menjadi poin
penting bagi mereka untuk memperlihatkan diri ke publik. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Aktivitas pengajian keagamaan di masjid Ld Maalim memang cukup
intensif, terutama kelompok aktivis HT dan WI. Sedangkan, aktivis UKKI (KAMMI)
lebih banyak melakukan aktivitas di musala fakultas. Mereka tidak terlihat
melakukan aktivitas di sekitar masjid Ld Maalim meskipun sekretariatnya ada di
lantai dasar masjid. Kelompok HT setiap hari melakukan kajian-kajian terbatas dengan
jumlah maksimal 5 orang. Kelompok MHTI biasanya melakukan kajian di koridor
masjid. Setiap hari (selama penelitian ini dilakukan) minimal ada dua atau tiga
kelompok yang melakukan pengajian kitab (khususnya karya Taqiuddin An-
Nabahani). Sedangkan kelompok aktivis muslim dari HT biasanya melakukan kajian
di teras atau dalam masjid selepas salat asar. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Aktivis mahasiswi dari WI pun melakukan aktif melakukan kegiatan.
Mereka setiap hari berkumpul di bawah tangga masjid untuk melakukan kegiatan
pengajian Alquran. Berbeda dengan MHTI, kegiatan mahasiswi WI dilakukan secara
massif. Sedangkan aktivis mahasiswanya dilakukan di dalam sekertariat di lantai
2 atau dalam ruangan masjid. Selain itu, ada kegiatan rutin pengajian dan
tafsir Alquran setiap hari rabu dan sabtu di masjid Ld. Maalim setelah salat
asar.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Perkembangan organisasi Islam (khususnya HT dan WI) baru ini cukup
massif terutama sejak tiga tahun terakhir. Jumlah mahasiswa yang tergabung
dalam HTI melalui chapter LDK-BKLDM, Gema Pembebasan, dan MHTI sudah mencapai
ratusan orang. Sebagian besar berasal dari kalangan mahasiswi. Ada dua kategori
besar mahasiswa yang menjadi pengikut HTI. Kelompok pertama dikategorikan
sebagai aktivis HTI. Jumlahnya tidak terlalu banyak. Kelompok kedua
dikategorikan sebagai simpatisan HTI. Ini yang paling banyak jumlahnya.
Sayangnya, pihak aktivis HTI di kampus tidak bisa menghitung secara pasti
jumlah anggota dan simpatisannya. Namun, jika melihat jumlah kelompok kajian
terbatas HTI (terutama muslimah) yang jumlah mencapai 30 kelompok dengan jumlah
anggota pengajian antara 3-5 maka jumlah anggota dan simpatisan HTI di kampus
UHO bisa mencapai ratusan orang. Ini karena kelompok kecil yang melakukan
halaqah di sekitar masjid Ld Maalim adalah rekrutan baru. Kelompok yang lebih
senior biasanya melakukan pengajian di masjid lain (selain di masjid kampus) di
Kota Kendari (diolah dari hasil wawancara dengan Sf, sekretaris Gema Pembebasan
UHO). <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Di tingkat fakultas ada forum studi yang disebut dengan Fosil (Forum
Studi Islam). Fosil tersebar di sembilan fakultas, yaitu Teknik, Hukum, Fisip,
Pertanian, Peternakan, Ekonomi, Mipa, dan FKIP. Jumlah anggota Fosil bisa
mencapai 10-20 orang. Dengan demikian, jumlah rekrutan HTI melalui jalur Fosil
bisa mencapai minimal 90 orang dari sembilan fakultas tersebut (wawancara
dengan Im, Sekretaris LDK-BKLDM). <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Perkembangan WI (melalui LDK Ulul Al-Bab) tampak lebih massif.
Jumlah anggota aktif mereka sebanyak 500 orang lebih. Jumlah mentor saja dari
kalangan mahasiswa (ikhwan) sebanyak 45 orang dan mentor dari kalangan
mahasiswi (akhwat) sebanyak 90 orang. Sedangkan jumlah simpatisan bisa mencapai
ribuan mahasiswa. Setidaknya setiap tahun ajaran baru, mereka berhasil mengajak
dosen untuk melibatkan mahasiswanya untuk ikut dalam program <i>bimbingan baca
Qur’an </i>atau lebih populer dengan istilah BBQ (Wawancara dengan LD, Ketua
LDK Ulul Al-Bab). <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Bagaimana organisasi mahasiswa lama? Harus diakui perkembangan
HMI, PMII, dan IMM tidak seagresif dengan organisasi mahasiswa Islam baru ini.
Pola rekruitmen kader yang bersifat struktural-formal dan tidak diikuti dengan
kajian-kajian yang intensif membuat perkembangan mereka menjadi lamban. Hingga
saat ini, HMI Korkom UHO hanya aktif di tiga fakultas. Begitu pula, PMII
Komisariat UHO pun hanya aktif di tiga fakultas. IMM lebih parah lagi karena
posisi struktural organisasi ini hanya sebatas komisariat UHO di bawah
koordinasi UMK. </span><span style="font-family: "Accanthis ADF Std No2", serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Keberadaan aktivis organisasi mahasiswa Islam lama di kampus UHO
tidak terasa. Mereka tidak punya tempat khusus untuk melakukan kajian dan
diskusi keagamaan. Mereka tidak ada di masjid dan musala kampus. Para aktivis
dari kelompok ini biasanya “eksis” menjelang pemilma (pemilihan mahasiswa) atau
melakukan demonstrasi di kota. Para aktivis dari kelompok ini tampaknya
terjebak pada isu yang sangat pragmatis (Barlian, 2014). Tahun 2000 an, setelah
gelombang reformasi selesai, gerakan aktivis mahasiswa cenderung pragmatis dan
merespon isu-isu yang tidak ideal. Misalnya, aliansi organisasi mahasiswa (PMII
dan BEM UHO) yang melakukan demonstrasi di depan Bank Danamon (pada hari Rabu,
3 Juni 2015). Mereka menuntut Bank Danamon untuk segera menyelesaikan kasusnya
dengan nasabah. Demonstrasi menunjukkan betapa para aktivis mahasiswa ini
terjebak pada isu yang ecek. Hubungan nasabah-bank bisa diselesaikan melalui
jalur hukum. Begitu pula, beberapa kali aktivis PMII terlibat dalam demonstrasi
di Kanwil Kementerian Agama memprotes pergantian pejabat di kalangan kemenag
(wawancara P). <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Perkembangan organisasi/lembaga mahasiswa Islam baru di kampus UHO
dipengaruhi oleh beberapa faktor. <i>Pertama, </i>melemahnya perhatian
organisasi mahasiswa Islam lama dalam mengelola isu agama di kampus. Hal ini
menyisakan ruang kosong yang bisa diisi memiliki agenda penguatan spritualitas
normatif. Kajian keagamaan mereka lebih banyak diorientasikan kepada gerakan
Islam sosial dan Islam subtantif. Diskusi keagamaan juga sangat jarang
dilakukan. Kegiatan mereka lebih banyak dilakukan dalam bentuk demonstrasi.
Berbeda dengan organisasi mahasiswa Islam baru. Pendekatan mereka lebih
bersifat Islamis normatif. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<i><span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Kedua, </span></i><span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">dukungan struktural. Ada
beberapa orang dosen yang memback-up kegiatan dan pengembangan organisasi.
Misalnya pada tahun 2013-2014, program Bidik Misi (program beasiswa untuk
mahasiswa baru) dipegang oleh salah seorang dosen dari HT. Dosen ini kemudian
merekrut pembimbing dari HTI untuk mendampingi para mahasiswa baru yang lolos
dalam program Bidik Misi. Melalui cara ini, mahasiswa baru yang lolos program
Bidik Misi didoktrin untuk menjadi bagian dari HT. Dukungan struktural lainnya
adalah pihak kampus memberi ruang karena kegiatan lembaga mahasiswa baru ini
dinilai sangat positif dalam membentuk moralitas. Program BBQ dari LDK dan
SAINS mendapat respon positif dari para dosen. Mereka menganjurkan mahasiswanya
untuk ikut dalam program ini. Hal ini ditambah dengan sifat organisasi mahasiswa
Islam baru (khususnya HT dan WI) tidak punya agenda kritik terhadap kebijakan
kampus. Aktivis HTI meski sering melakukan demonstrasi tetapi tidak pernah
melakukan demonstrasi atas kebijakan kampus. Apalagi aktivis WI. Mereka bahkan
mengharamkan demonstrasi. </span><span style="font-family: "Accanthis ADF Std No2", serif;"><o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<i><span style="font-size: 11pt;">Ketiga,
</span></i><span style="font-size: 11pt;">karakteristik mahasiswa UHO adalah mahasiswa umum dengan
pengetahuan agama yang relatif minim. Hal ini menyebabkan para mahasiswa mudah
untuk masuk menjadi bagian dari organisasi ini. Program organisasi mahasiswa Islam
baru ini bisa memberi pengayaan akan pengetahuan agama bagi mereka. Program LDK
Ulul Al-bab meningkatkan kemampuan mereka dalam hal membaca Alquran. Program
dari LDK BKLDM memperkaya pengetahuan keagamaan mereka secara komprehensif.
Mahasiswa yang berlatar belakang pengetahuan agama yang minim tidak memiliki
modal untuk menegosiasikan “doktrin” dari organisasi ini. Mereka menganggap
itulah sebenarnya Islam. Mereka menerima saja semua “doktrin” keagamaan yang
ditawarkan oleh organisasi tersebut sebagai kebenaran sesungguhnya dari agama
Islam. </span><span style="font-family: "Accanthis ADF Std No2", serif; font-size: 11pt;"><o:p></o:p></span></div>
DR. HAMZAH HARUN AL-RASYID, M.A.http://www.blogger.com/profile/13478867788040025890noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-13766207433678458.post-68810212783950318502018-01-15T17:43:00.002-08:002018-01-15T17:43:44.057-08:00Islamis Radikal<div class="Pa23" style="margin: 14pt 0cm 2pt; text-align: right;">
<b><i>HAMZAH HARUN AL RASYID, M.A & SAPRILLAH</i></b></div>
<div class="Pa24" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 2.0pt; text-align: justify;">
<b><span style="font-size: 11pt;">Agenda kelompok </span></b><span style="font-size: 11pt;">Islamis-radikal
adalah “perlawanan” terbuka terhadap musuh Islam, dengan refferen utama Amerika
dan Barat. Agenda Islamis radikal terkait dengan konstalasi pertarungan global.
Sebagian besar kelompok Islamis radikal berjejaring dengan kelompok Islamis
radikal dunia, khususnya Al-Qaeda.</span></div>
<a name='more'></a> <o:p></o:p><br />
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Mereka
melakukan berbagai bentuk kekerasan dengan sasaran utama kepentingan asing
seperti Bom Bali, Bom Kuningan di Kedubes Australia, dan Bom di McDonald Makassar.
Terakhir bom di plaza Sarinah Jakarta. Beberapa percobaan bom pun dilakukan di
beberapa tempat meski berhasil diantisipasi dengan baik oleh pihak kepolisian. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Eksistensi
kaum Islamis-radikal semakin menemui konteksnya ketika retakan sosial di
beberapa tempat di Indonesia (khususnya di kawasan Timur Indonesia) meledak
menjadi konflik sosial. Retakan sosial yang semula bersumber dari distribusi
ekonomi dan politik yang timpang antara dua kelompok sosial yang berbeda
identitas bertemu dengan situasi reformasi yang sangat liar akhirnya meledak
menjadi konflik sosial. Kelompok Islamis khususnya dari lasykar Jihad datang
mengambil peran dengan mengibarkan api konflik lebih lama dan lebih luas.
Konflik ini kemudian kita kenal dengan istilah konflik Ambon, Poso, dan Mamasa.
Konflik yang kemudian dikenal sebagai konflik agama karena para aktor dari dua
pihak yang bertikai mengibarkan simbol-simbol agama sebagai penyemangat. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Kehadiran
kelompok Islamis-radikal sangat tergantung dengan situasi global. Dalam banyak
hal mereka tidak terkait dengan situasi lokal. Kehadiran mereka di Indonesia
tidak untuk berperang dengan negara tetapi melawan Amerika (sebagai
representasi musuh utama) dengan menghancurkan fasilitas-fasilitas yang
dianggap mewakili Amerika dan sekutunya di Indonesia seperti yang dijelaskan
pada bagian sebelumnya. Para aktor Islamis-radikal sebagian besar merupakan
alumni perang Afganistan dan Palestina. Sebagian juga terlibat dalam kaum
militan di Moro, Filipina Selatan. Gerakan ini menemukan tempat bersemai ketika
pasca reformasi muncul konflik Ambon, Poso, dan Mamasa. Mereka ikut masuk ke
dalamnya, menjadi aktor, dan memunculkan bibit terorisme sampai sekarang. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Gerakan
ini di Indonesia telah mengalami titik nadir. Intensitas Densus 88 dalam
memburu orang yang diduga terkait dengan terorisme di Indonesia terus menerus
ditingkatkan. Ini mengakibatkan ruang gerak kelompok ini terus menerus menyempit.
Namun, kehadiran ISIS di Timur Tengah sepertinya mengobarkan kembali semangat
juang para jaringan teroris di Indonesia. Ini terlihat dari aktivitas yang
menggeliat dari beberapa kelompok Islamis di Indonesia yang memberi dukungan
kepada ISIS, termasuk kehadiran WNA berpaspor Turki di Sulawesi Tengah dan
penembakan enam orang terduga teroris di NTB (Nusa Tenggara Barat) yang diduga
punya keterkaitan dengan ISIS. Bendera ISIS yang ditemukan di rumah salah
seorang terduga teroris sebagai buktinya. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Hal
lain yang patut diwaspadai adalah para WNI yang sekarang ini sedang bergabung
bersama ISIS di Timur Tengah. Secara teori, keberadaan ISIS tidak akan bertahan
lama. Selain karena bermusuhan dengan sesama umat Islam (khususnya Syiah dan
Sunni moderat) juga karena tentara internasional dari berbagai negara ikut
menyerang ISIS. Gerakan-gerakan radikal dunia hampir pasti tidak pernah dapat
bertahan lama, kecuali mendapatkan sokongan yang kuat secara politik dan
keuangan dari negara-negara besar. Nah, para anggota ISIS asal Indonesia kelak
akan kembali pulang. Mereka dapat saja membangun semangat perlawanan baru.
Apalagi, beberapa orang yang teridentifikasi bergabung dengan ISIS adalah
jaringan teroris di Indonesia (lihat Ibnu Burdah, Kompas 10 September 2014).
Imam Besar Istiqlal, Prof. Nasaruddin Umar menyebutkan bahwa ada sekitar 700
eks ISIS di Syuriah sudah kembali ke tanah air (disampaikan dalam pidato
peresmian Wisma PMII, tanggal 25 Desember 2016) Apalagi, sejarah teroris di
Indonesia menunjukkan bahwa sebagian besar jihadis adalah eksodus dari perang
di Afganistan, Palestina, dan Moro, Filipina Selatan. Semangat jihad yang
mereka dapatkan di perang itu mereka replikasi di Indonesia. <o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Dalam
konteks nasional, agenda utama Islamis radikal adalah <i>penegakan amar makruf
nahi munkar </i>dengan cara kekerasan. Mereka menganggap bahwa sistem
pemerintah saat ini tidak memberi keadilan karena itu harus dilawan dengan cara
<i>para-militer. </i>Gerakan MIT (Mujahidin Indonesia Timur) yang dipimpin oleh
Santoso adalah bentuk nyata dari perlawanan kelompok Islamis radikal. </span><span style="font-family: "Accanthis ADF Std No2", serif; font-size: 11pt;"><o:p></o:p></span></div>
DR. HAMZAH HARUN AL-RASYID, M.A.http://www.blogger.com/profile/13478867788040025890noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-13766207433678458.post-36562783054328895192018-01-15T17:37:00.001-08:002018-01-15T17:37:41.695-08:00Realitas Gerakan Kekerasan Bernuansa Agama (Membaca Beberapa Kasus di Kawasan Timur Indonesia)<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.05pt; margin: 14pt 0cm 2pt; text-align: right;">
<b><span style="font-family: "Palatino Linotype", serif; font-size: 13pt;"><i>HAMZAH HARUN AL RASYID, M.A & SAPILLAH</i></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.05pt; margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 14.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<b><span style="font-family: "Palatino Linotype", serif; font-size: 13pt;">Apakah Jaringan ISIS
Benar Ada di Sulsel dan Sulteng?</span></b><span style="font-family: "Palatino Linotype", serif; font-size: 13pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; mso-line-height-alt: 11.05pt; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: Algerian; font-size: 59pt;">I</span><span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">su ISIS yang tiba-tiba mengalir deras dalam dunia informasi kita,
memaksa kita untuk</span></div>
<a name='more'></a> berfikir ulang, apa yang sesungguhnya sedang terjadi?
Benarkah ISIS ada secara organisasi di Indonesia (khususnya di Sulsel dan Sulteng),
bukan imajiner? Atau ini permainan isu untuk ‘memelihara’ wacana terorisme agar
tetap ada di Indonesia? Lalu siapa yang diuntungkan dari permainan diskursif
ini? <span style="font-family: "Accanthis ADF Std No2", serif;"><o:p></o:p></span><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Yang pasti hingga kini (atau setidaknya hingga tulisan ini dibuat)
kehadiran ISIS (sebagai jaringan organisasi secara resmi) khususnya di Sulawesi
Tengah dan Sulawesi Selatan masih sumir. Semua masih dalam bentuk dugaan yang
didasarkan pada analisis terutama dari pihak kepolisian. Kata yang digunakan
pihak kepolisian dan media massa untuk menyebut ISIS didahului dengan kata
“terduga”. Kata yang lazim digunakan sebagai implikasi dari sistem hukum yang
menganut <i>praduga tak bersalah</i>. Namun, kata ini—dalam konteks sosial-
berarti masih meragukan, bisa benar bisa juga tidak. Semuanya bersifat dugaan
karena deklarasi dukungan terhadap ISIS tidak pernah secara tegas ditemukan
dilakukan di dua wilayah ini dan laporan resmi yang menyebutkan keterlibatan
jaringan sipil bersenjata di Poso dengan ISIS belum ada. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Lalu apa yang membuat wacana ISIS sangat dekat dengan Sulawesi
Tengah? Tentu saja, sepak terjang kelompok teroris yang ada di sana. Keberadaan
MIT (Mujahidin Indonesia Timur) pimpinan Santoso di Poso memang menjadi
diskursus yang memudahkan pihak kepolisian untuk menyederhanakan analisis
tentang keberadaan ISIS di Sulawesi Tengah. Ini terlihat dari analisis Kapolda
Sulawasi Tengah Brigjen Ari Dono Sukamto yang menyamakan model gerakan ISIS
dengan gerakan Santoso. “Dengan membunuh, melakukan bom bunuh diri, menembak,
merampok senjata, dan kegiatan <i>fa’i</i>, itu menjadi kesamaan kelompok
tersebut,” Kata Kapolda Sulteng (Tempo.co 07/8/2014). Bendera ISIS menurut
Kapolda pernah dikibarkan oleh kelompok Santoso ketika pawai idul fitri pada
bulan Agustus 2014 lalu. Ini mengindikasikan bahwa Santoso telah menjadi bagian
dari ISIS di Indonesia. Pendekatan yang sama disampaikan oleh Utoro Saputro,
bahwa ada simbol yang menggambarkan ISIS di Kota Palu yang digunakan beberapa
orang, namun ini harus diteliti lebih lanjut, apakah mereka hanya iseng atau
sekadar memanfaatkan maraknya pemberitaan soal ISIS (Antaranews.com 09/8/14).
Analisis pihak kepolisian ini tampaknya yang menjadi landasan pikir media
nasional untuk secepat mungkin mengaitkan para WNI yang tertangkap sebagai
jaringan ISIS di Indonesia, terutama fakta-fakta yang menunjukkan keterkaitan
mereka dengan Santoso. Artinya, karena para jaringan teroris terkait dengan
Santoso berarti mereka adalah ISIS. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Faktor lain yang cukup kuat untuk mengindikasikan keterkaitan MIT
dan ISIS adalah munculnya seorang Indonesia melalui video You Tube yang
mengajak seluruh warga muslim untuk mendukung gerakan jihad ala ISIS. Orang
Indonesia yang bernama Abu Muhammad Al-Indonesi itu –berdasarkan pernyataan
Kapori Jend. Sutarman- adalah anggota kelompok MIT. Begitu pula, empat orang
terduga anggota ISIS yang tertembak di Dompu, Nusa Tenggara Barat (NTB) adalah
juga mantan anggota MIT bahkan salah satu diantaranya yang berinisial SHL
adalah seorang DPO (Daftar Pencarian Orang) yang ikut melakukan penembakan di
pos Polisi di Poso.</span><span style="font-family: "Accanthis ADF Std No2", serif;"> <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Analisis yang mengaitkan MIT dan ISIS memang cukup rasional dengan
beberapa indikasi yang cukup kuat. Bukan hanya pola kerja yang relatif
sama—seperti yang menjadi basis analisis kepolisian- tetapi kelompok radikal
Indonesia membutuhkan semangat baru untuk membangkitkan perlawanan setelah
sekian tahun kehilangan taji. ISIS menjadi idiom baru untuk mengonsolidasi
semangat jihad yang baru. Artinya, analisa kepolisian yang mengaitkan MIT dan
ISIS bisa dibenarkan. Tetapi, analisis sederhana ini bisa beresiko pada
‘ketakutan’ yang berlebihan terhadap gerakan teroris Indonesia. Bagaimana pun
juga, ISIS adalah gerakan yang sifatnya lokal (Irak dan Suriah). Medan
pertempuran mereka adalah Irak dan Suriah. Sangat sulit membayangkan ide ini
bisa diterima secara utuh oleh kelompok radikalis Indonesia kecuali untuk
sekedar membangkitkan semangat juang baru. Artinya, kehadiran ISIS menjadi
pemantik untuk membangkitkan gerakan untuk melakukan hal yang sama. Jaringannya
bisa saja sangat imajiner, bukan bagian ISIS sebagai organisasi <i>ansich </i>tetapi
kesamaan visi dan model gerakan belaka. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Lalu bagaimana dengan Sulawesi Selatan? Isu ISIS merebak di
Makassar ketika seorang ustad diklaim mendeklarasikan dukungan terhadap ISIS.
Ustad Basri yang memang dikenal sebagai mantan pejuang Afganistan tahun 1980an.
Pada medio Agustus 2014, Ustad Basri mendeklarasikan dukungan untuk khilafah
Islamiyah, tetapi bukan bagian dari gerakan ISIS di Syuriah. Media lokal maupun
nasional ramai-ramai ‘menuding’ sang ustad sebagai bagian dari ISIS bahkan
dengan julukan “deklarator ISIS”. Saat ini, sang ustad telah mendekam di
penjara Makassar. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Ada dua hal yang patut menjadi perhatian tentang kemunculan wacana
ISIS di tengah publik Indonesia khususnya di Sulawesi Tengah dan Sulawesi
Selatan, pertama <i>simplifikasi </i>gerakan. Kesamaan model gerakan antara
kelompok Islam radikal Indonesia dan ISIS menjadi indikator utama yang
digunakan untuk menganalisis keterkaitan gerakan ini dengan kelompok teroris
yang sudah lama di Indonesia. Simplifikasi gerakan ini diperkuat dengan “bukti”
keberadaan orang Indonesia yang memproklamirkan diri mereka sebagai bagian dari
gerakan ISIS dan orang itu ternyata punya keterkaitan dengan MIT. Ada pula
deklarasi dukungan dari berbagai tempat yang dilakukan oleh kelompok Islam
radikal. Alternatif analisis lain adalah ISIS telah menjadi fenomena global.
Gerakan ini mendapat sambutan hangat dari kelompok muda Islam di Eropa. Situasi
ketertindasan dan fenomena anomali situasi sosial di Timur Tengah dengan
kehadiran Amerika dan sekutunya membangkitkan semangat perlawanan, baik secara
simbolik dengan menjadi bagian dari ISIS maupun dengan hadir sebagai
sukarelawan jihadis di Timur Tengah. Keberhasilan ISIS membuat diri mereka
menjadi wacana global digunakan oleh kelompok jihadis Indonesia untuk
mengkampanyekan diri mereka, meski secara simbolis. Deklarasi, dukungan, maupun
pemasangan bendera di tempat publik adalah bentuk penghadiran diri secara
simbolis di hadapan dunia. Kelompok teroris di Indonesia menggunakan cara ini
untuk membangun sindrom lama dengan idiom baru. Itu berhasil, gerakan terorisme
yang terjadi belakangan (setelah ISIS menjadi wacana global) segera dengan
cepat dikaitkan dengan gerakan ISIS, meski dengan menggunakan kata “terduga”. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<i><span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Kedua, </span></i><span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">simplifikasi wacana. ISIS
hadir tidak hanya dengan semangat perlawanan berbasis ideologi Sunni atau sekedar
melawan kepentingan Amerika di Timur Tengah tetapi juga membangun cita-cita
purba masyarakat Islam yaitu Islamic State, khilafah Islamiyah. Khilafah
merupakan model negara yang dimajukan oleh banyak kelompok Islamis di dunia,
baik sebagai gerakan global maupun nasional. Wacana negara Islam hampir menjadi
pergulatan politik di semua negara berbasis Islam. Pergulatan itu menghasilkan
tiga bentuk, integrasi, akomodasi, dan <i>vis a vis. </i>Arab Saudi, Iran
Malaysia, dan Brunei Darussalam adalah contoh negara yang mengambil bentuk
integrasi dengan mengambil Islam sebagai dasar konstitusi mereka. Indonesia
adalah bentuk negara yang mengakomodasi nilai Islam tetapi tidak menjadikannya
sebagai landasan konstitusi secara khas. Turki adalah contoh negara yang
menjadi nilai Islam dijauhkan dari kehidupan bernegara. Negara Islam atau
khilafah Islamiyah pasca runtuhnya ke-khalifaan daulah Utsmaniyah di Turki
telah menjadi idiom politik yang ditawarkan oleh kelompok Islam yang merasa
jenuh dengan sistem demokrasi atau sekuler yang membawa manusia ke jurang
perang kemanusiaan. Tidaklah mengherankan kalau ide khilafah Islam tidak lahir
dari negara Islam yang mapan tetapi dari negara yang sedang berkecamuk. Syekh
Taqiuddin Nabahani, inisiator khilafah Islamiyah melalui organisasi ‘politik’
yang disebutnya sebagai partai pembebas atau Hizbuttahrir, adalah orang
Palestina. Dia tumbuh dan melihat konflik Palestina-Israel. Dia menyaksikan
bagaimana negara Islam tidak bersatu membela Palestina karena melindungi
kepentingan masing-masing negara. Dia lalu mengajukan ide khilafah Islamiyah
sebagai solusi. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Begitu pula, Abu Bakr Al-Baghdady yang mengkampanyekan negara
Islam atau khilafah dari carut marut politik di Suriah. Sayangnya, gagasan
pendirian negara Islam oleh ISIS dilakukan dengan cara-cara anarkis. Alih-alih
mengambil banyak kawan, ISIS justeru semakin banyak mendapatkan musuh. Tidak
hanya dari negara non muslim tetapi juga negara Islam integratif seperti
Malaysia ataupun negara Islam akomodatif seperti Indonesia. Para ulama di dua
negara ini misalnya mengatakan bahwa ISIS itu haram dan tidak merefleksikan
Islam sama sekali. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Gagasan negara Islam yang menjadi cita-cita ISIS menjadi alat ukur
untuk melihat “jaringan”-nya di Indonesia. HTI pun sempat mendapatkan perhatian
penting di Indonesia karena kesamaan gagasan Khilafah Islamiyah. Isu ini
kemudian dibantah oleh para petinggi HTI di Indonesia termasuk di Sulawesi
Selatan. Tentu saja, pengaitan HTI dengan ISIS adalah absurd jika semata
melihat kesamaan gagasan khilafah yang diusungnya. Ide khilafah Islamiyah yang
ditawarkan oleh HTI di Indonesia khususnya sangat sistemik dengan pendekatan
keilmuan yang relatif baik. Mereka tidak pernah menggunakan kekerasan. Bahkan
mereka dikenal sebagai demonstran yang rapi dan baik. Mereka tidak pernah
terlibat bentrok dengan aparat keamanan. Tentu semua ini berbeda dengan pola
gerakan ISIS yang sangat destruktif dan sangat kejam. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Ini pula yang menjadi alat ukur yang menyebabkan ustad Basri diberitakan
menjadi deklarator ISIS di Sulawesi Selatan. Padahal, yang dilakukan oleh Ustad
Basri hanyalah deklarasi khilafah Islamiyah. Hal yang sama yang menyebabkan HTI
pun sempat dikaitkan dengan ISIS karena kesamaan cita-cita perjuangan untuk
menegakkan khilafah Islamiyah. Belakangan, Ustad Basri tertangkap polisi atas
dugaan itu. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Dalam konteks Islam, dukungan terhadap pembentukan khilafah
Islamiyah, negara Islam, atau pun formalisasi Islam adalah bagian dari
diskursus yang menyejarah. Sebaiknya hal ini tidak dianggap sebagai kekeliruan
semata atau simplifikasi terhadap ISIS. Perdebatan tentang ini akan selalu ada
karena memang ada sebagian kelompok dalam Islam menginginkan integrasi Islam ke
dalam negara, bukan sekedar akomodasi. Aceh bisa menjadi contoh menarik.
Otonomi istimewa yang dimiliki Aceh, memungkinkan mereka mengatur bentuk
daerahnya. Dan mereka memilih Islam! <i>Islamic State </i>ala Aceh tentu saja
tidak bisa dibaca pejoratif sebagaimana memandang <i>Islamic State </i>ala ISIS.
<i>Islamic State </i>di Aceh adalah bentuk permainan politik identitas yang
berbasis pada keagamaan. Basisnya ketidakadilan ekonomi dan politik yang
dirasakan Aceh setelah sekian lama. Pun, diskursus ini muncul dalam konteks
sejarah yang panjang. Yang lebih penting lagi, bentuk ‘negara Islam” tidak
lantas mengubah wajah Aceh menjadi radikal seperti yang ditampilkan oleh ISIS
di Timur Tengah. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;">Munculnya wacana ISIS ke publik Indonesia bisa dibaca dalam
beberapa perspektif. <i>Pertama, </i>ada kepanikan massif yang mulai merasuki
nalar kita –khususnya pemerintah, terhadap gerakan terorisme. Kampanye ISIS
oleh Abu Muhammad Al-Indonesi ditambah dengan munculnya dukungan publik di
beberapa tempat menyebabkan kepanikan. Seolah-olah Indonesia sedang berada
dalam titik nadir dalam soal terorisme. Jargon <i>selamatkan Indonesia dari
ISIS </i>misalnya yang didengungkan oleh BNPT adalah refleksi dari kepanikan
itu. Kepanikan yang terlalu berlebihan mengingat Densus 88 telah bekerja
sedemikian aktif dalam hal memerangi jaringan terorisme. Program <i>selamatkan
Indonesia dari Terorisme </i>sudah dengan sangat gencar dilakukan sejak
munculnya Bom Bali, terutama dengan munculnya Detasemen khusus 88 yang memang
bertugas untuk ‘menghabisi’ para terorisme. Jaringan ISIS di Indonesia
–kalaupun ada- adalah jaringan lama. Tidak jauh dari kelompok lama yang memang
sudah menjadi incaran pihak keamanan sejak lama. <i>Kedua, </i>bisa bermakna
positif karena kesadaran publik dan negara terhadap gerakan ISIS menjadi lebih
cepat. Ini penting mengingat bibit terorisme sangat mudah berkecambah di negeri
yang labil secara politik. Dan Indonesia adalah salah satu negara yang
politiknya masih sangat labil. Deklarasi penolakan yang terjadi dimana-mana
menunjukkan berhasilnya upaya negara menghadirkan wacana ISIS sebagai sesuatu
yang berbahaya di tengah masyarakat. Publik berhasil diajak untuk waspada dan
sekaligus menolak segala bentuk terorisme baru seperti ISIS. <i>Ketiga, </i>ada
akibat negatif dari maraknya kabar tentang ISIS, khususnya bagi Poso. Poso kembali
menjadi perbincangan hangat ketika wacana ISIS mengemuka ke publik. Jaringan
Santoso dan Daeng Koro yang masih bergerilya di hutan Poso menyebabkan
perhatian publik ke Poso semakin meningkat ke Poso. Menariknya, perhatian ini
sepertinya “dimanfaatkan” oleh jaringan Santoso untuk membuat gerakan.
Penangkapan WNA yang diduga sebagai jaringan ISIS tidak bisa dipahami sebagai
‘keteledoran’. Boleh jadi itu adalah bagian dari strategi Santoso untuk menguji
kesigapan keamanan. Membawa orang Asing menuju Poso adalah tindakan bunuh diri,
dan yang mengherankan mengapa harus melalui Palu padahal mereka ini datang dari
Makassar via jalur darat, dimana ada jalur yang memungkin masuk ke Poso tanpa
melalui Palu. Beberapa hari setelah penangkapan terduga teroris itu, jaringan
Santoso melakukan aksi dengan memenggal kepala seorang petani di Poso (22
September 2014) dan melakukan penembakan kepada Polisi yang sedang berpatroli
(04 Oktober 2014). <o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Dengan
begitu, diskursus tentang ISIS masih sangat buram. Deklarasi dukungan terhadap
ISIS yang terjadi di beberapa tempat di Indonesia, bisa jadi sekedar dukungan
terhadap gagasan negara Islam atau bisa jadi sebagai bagian dari ‘merk’ baru
bagi gerakan Islamis radikal untuk menyatukan faksi-faksi kelompok radikal di
Indonesia. </span><span style="font-family: "Accanthis ADF Std No2", serif; font-size: 11pt;"><o:p></o:p></span></div>
DR. HAMZAH HARUN AL-RASYID, M.A.http://www.blogger.com/profile/13478867788040025890noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-13766207433678458.post-87265018522817174012018-01-15T17:29:00.000-08:002018-01-15T17:29:02.309-08:00Konflik Poso di Sulawesi Tengah; dari Konflik Komunal ke Lahirnya Militan Muslim<div class="Pa23" style="margin: 14pt 0cm 2pt; text-align: right;">
<b><i>HAMZAH HARUN AL RASYID, M.A & SAPRILLAH</i></b></div>
<div class="Pa24" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 2.0pt; text-align: justify;">
<b><span style="font-size: 11pt;">Kekerasan atasnama </span></b><span style="font-size: 11pt;">agama
di Sulawesi Tengah sangat identik dengan konflik Poso. Semua pembacaan
radikalisme agama mengarah ke Poso sebagai titik sentralnya dan rangkaian
kekerasan yang terjadi berkaitan dengan Poso. Masih bertahannya Santoso dan MIT
(Mujahidin Indonesia Timur)- nya membuat seluruh </span></div>
<a name='more'></a>kekerasan dari milisi sipil
dikaitkan dengan gerakan Santoso. Di luar itu, kita tidak menemukan kekerasan
atas nama agama. FPI memang ada tetapi mereka tidak segarang dengan FPI di kota
lain. FPI di Palu merekrut pemuda-pemuda Al-Khaerat dan karenanya diyakini
tidak akan melakukan tindakan-tindakan yang brutal. <o:p></o:p><br />
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Konflik
Poso merupakan peristiwa mengerikan yang pernah terjadi di Sulawesi Tengah.
Tidak pernah ada yang membayangkan peristiwa seperti itu akan terjadi. Sulawesi
Tengah sendiri tidak punya sejarah kekerasan komunal. Ikatan nilai <i>sintuwu
maroso </i>benar-benar menjadi jembatan nilai yang menghubungkan seluruh elemen
sosial dalam bingkai yang harmonis. Sebelum konflik, Poso dianggap sebagai
wilayah yang menyenangkan, damai, dengan panorama alam yang sangat menawan.
Citra itu tiba-tiba berubah ketika terjadi konflik komunal di tahun 1998.
Konflik yang bermula dari pertikaian dua orang berbeda identitas keagamaan
tiba-tiba meledak menjadi rusuh sosial. Eskalasinya berubah menjadi konflik
agama, Islam dan Kristen. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Puncak
konflik Poso terjadi pada tahun 2000. Ada ribuan orang meninggal dunia dari kedua
belah pihak. Konflik ini menjadi semakin massif karena melibatkan milisi dari
dua kelompok agama. Milisi Islam seperti kelompok lasykar jihad dan milisi
Kristen yang dipimpin oleh Tibo cs menjadi aktor yang mengobarkan semangat
perjuangan antar kelompok. Kehadiran ‘orang luar’ dari dua entitas agama inilah
yang menyebabkan konflik Poso menjadi berlarut-larut. Kedatangan lasykar Jihad
ke Poso dilandasi oleh semangat solidaritas sesama muslim. Mereka memandang
bahwa konflik Poso adalah konflik agama, sebagaimana petikan tulisan di bawah
ini: <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa25" style="margin-bottom: 5.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 19.0pt; margin-top: 2.0pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 10pt;">Dari berbagai bukti dan
kesaksian sudah saatnya untuk tidak lagi menutupi kasus di Poso sebagai kasus
yang kental beraroma agama. Sejujurnya nurani kita akan mengatakan, bahwa
prahara di Poso telah menyeret masyarakat ke dalam dua kutub: Islam vs Kristen.
Tak hanya masyarakat sipil, kalangan aparat pun terseret pula dalam konflik
ini. Kecurigaan terhadap keterlibatan oknum aparat Kodim Poso dalam pembantaian
di Kilo Sembilan dan rumor delapan anggota Kostrad beragama Kristen yang
desersi dengan membawa senjata organiknya, mengindikasikan betapa kasus ini
merupakan pertentangan dua kelompok umat beragama. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa25" style="margin-bottom: 5.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 19.0pt; margin-top: 2.0pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 10pt;">Menutupi kasus ini
sebagai bukan konflik agama, berarti berupaya membodohi masyarakat dan coba
mengelabui masyarakat yang secara langsung tertimpa konflik tersebut. Selain
itu, tidak terbukanya beberapa kalangan untuk mengatakan bahwa konflik di Poso
adalah konflik agama, menunjukkan betapa paradigma lama masih kental menggayuti
benak pihak-pihak tertentu. Ini tentu akan lebih menyulitkan untuk mencari akar
masalah sebenarnya dan mencari solusi yang tepat bagi penyelesaian konflik itu
sendiri. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa25" style="margin-bottom: 5.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 19.0pt; margin-top: 2.0pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 10pt;">Tepat apa yang dikatakan
Wakil Ketua DPRD Tk. I Sulteng dari Fraksi TNI/Polri, Kolonel (inf) Muchlis
Agung, Msi., bahwa konflik Poso adalah konflik agama. Pernyataan yang
disampaikan pada saat dengar pendapat antara pihak pemerintah daerah dengan
anggota dewan, Senin (16/7/2001), merupakan pernyataan jujur yang selaras
tarikan nafas masyarakat. Bisa saja sebagian orang berpendapat bahwa peristiwa
Poso lantaran dipicu oleh berbagai sebab. Entah diawali oleh pertentangan dua
anak muda. Gara-gara obeng kemudian terjadi peristiwa yang tak diinginkan.
Boleh juga dikatakan awal konflik ini disebabkan kecemburuan pihak tertentu
karena tak mendapat jatah kursi jabatan di tingkat pemerintah daerah.Sekali
lagi, itu hanya percikan atau pemicu awal. Adapun sebab laten yang selama ini
mengintai masyarakat Kabupaten Poso, bahkan masyarakat di kabupaten lainnya di
Indonesia ini, tak pernah dicermati. Penyebab laten itu adalah sikap ambisi
dari kalangan misionaris untuk melakukan pemurtadan terhadap umat Islam. Di
beberapa wilayah proses kristenisasi itu masih dalam taraf pendekatan sosio-kultural,
tanpa kekerasan fisik (termasuk dalam proses in adalah menguasai
potensi-potensi birokrasi di daerah). Tapi dalam batas tertentu di daerah yang
telah dianggap kuat, proses kristenisasi itu berlangsung secara fisik. (Ayip
Syafruddin, 2001; <i>Mengapa Lasykar Jihad datang ke Poso?</i>). </span><span style="font-family: "Accanthis ADF Std No2", serif; font-size: 11pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa26" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 5.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Lasykar Jihad
melalui petikan tulisan Ayip Syafruddin (Wakil Panglima Lasykar Jihad) diatas-
dengan jelas membangun konstruksi perang agama dan kristenisasi sebagai
pembenaran kehadiran mereka di Poso. Fakta yang terjadi memang menunjukkan
adanya pola yang sangat jelas, bahwa yang sedang bermusuhan adalah dua entitas
kelompok agama yang berbeda, Islam dan Kristen. Pola ini digunakan oleh Lasykar
Jihad untuk “membenarkan” kehadiran mereka di Poso. Lasykar Jihad mengabaikan
analisis non-religius dalam melihat konflik Poso.</span><span class="A10"><span style="font-size: 6.0pt;">5 </span></span><span style="font-size: 11pt;">Bahkan mereka mengkritik <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa26" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 5.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 8pt;">5 Lasykar Jihad
bukan satu-satunya milisi sipil muslim yang bergerak di Poso. Ada beberapa
group milisi sipil muslim lain seperti Lasykar Mujahidin, yang juga terlibat
dalam konflik Ambon. Mereka membentuk beberapa faksi seperti Lasykar Jundullah,
Lasykar Hizbullah, dan Front Perjuangan Umat Islam Poso. Mereka berhasil
merekrut anak muda Poso sebagai jihadis. Sisa-sisa </span><span style="font-family: "Accanthis ADF Std No2", serif; font-size: 11pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="Default">
<span class="A3"><span style="font-size: 11.0pt;">wacana yang
menghindarkan konflik Poso dari pembacaan konflik agama. Mengapa? Tentu saja
karena Lasykar Jihad memiliki agenda keislaman yang lebih ketat dibandingkan
agenda nasional. Mereka membutuhkan legitimasi wacana untuk membenarkan
kehadiran mereka. </span></span><span style="font-size: 11.0pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Padahal,
membaca kasus Poso tidak sesederhana yang dibayangkan oleh lasykar Jihad.
Konflik Poso muncul dari percampuran antara pengaturan ekonomi, politik, dan
agama yang gagal. Disparitas ekonomi dan politik menjadi latar utama dan
identitas agama adalah panggungnya. Tentu saja konflik agama tidak bisa
diabaikan begitu saja. Bagaimana pun juga, <i>setting </i>konflik ini
terdesaian dalam pola agama dan juga demografis, lokal dan pendatang. Tetapi
kehadiran para milisi sipil baik dari Islam maupun Kristen membuat konflik Poso
terlihat sebagai perang agama belaka. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Bisa
dikatakan, kehadiran para milisi sipil ini yang membuat eskalasi konflik
semakin meluas. Tentu bukan hanya dari sisi umat Islam, milisi sipil yang
muncul dari Kristen seperti Barigade Manguni jelas berangkat dari perspektif yang
sama. Mereka orang luar yang memahami dan mereduksi konflik komunal ke dalam
satu perspektif saja, agama! Mereka datang untuk membela sesamanya dan membunuh
orang <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span class="A1"><span style="font-size: 8.0pt;">kelompok ini sekarang menjadi bagian
dari MIT-nya Santoso. Sedangkan dari pihak Kristen, selain Barigade Manguni ada
pula milisi sipil yang dikenal dengan nama Lasykar Kristus yang terbagi dalam
pasukan macan dn pasukan kelelawar. Ada juga Ansimar (Anak Muda Sintuwu
Maroso).</span></span><span class="A3"><span style="font-size: 11.0pt;"> </span></span><span style="font-family: "Accanthis ADF Std No2", serif; font-size: 11pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="Default">
<span style="font-size: 11.0pt;">pendeta menjadi sasaran
simbolik untuk ‘memelihara’ dan membenarkan perspektif mereka tentang perang
agama ini. yang dianggap berbeda. Pesantren, masjid, kyai, gereja, <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Efek
buruk dari konflik Poso hingga saat ini adalah tetap lestarinya milisi sipil
khususnya dari kalangan Islam dengan munculnya MIT (Mujahidin Indonesia Timur)
pimpinan Santoso. Siapa Santoso? Ada dua versi yang ditemukan. Salah satu
sumber menyebutkan kalau Santoso adalah orang Poso. Dulu bekerja sebagai
penjual buku-buku agama di Poso. Ia adalah salah seorang rekrutan milisi sipil
yang ada di Poso yang dikenal dengan istilah ‘anak bebek’. Ketika Poso masih
membara ada ratusan remaja muslim Poso yang menjadi ‘anak bebek’. Mereka
bergabung dengan milisi sipil dengan berbagai motif. Motif yang terbesar adalah
balas dendam karena kerabat mereka terbunuh dalam tragedi Poso. Ada juga karena
terdesak oleh keadaan dan tidak bisa menghindar dari konflik.</span><span class="A10"><span style="font-size: 6.0pt;">6 </span></span><span style="font-size: 11pt;">Santoso menghilang
beberapa tahun kemudian muncul dan menjadikan penembakan polisi di depan Kantor
BCA tahun 2011 di Palu sebagai percobaan pertama. Sejak <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 8pt;">6
Salah seorang mantan pelaku konflik Poso, Rafiq Syamsuddin mengakui kalau dia
menjadi milisi sipil karena terdesak oleh kondisi. Dia tidak punya pilihan lain
selain ikut berjuang bersama lasykar yang ada. Saat itu, dia menjadi perakit
bom. Setelah keluar dari penjara tahun 2006, dia menginisiasi pembentukan Radio
perdamaian yang dikenal dengan nama Radio Matahari (dikutip dari jppn.com).</span><span class="A3"><span style="font-size: 11.0pt;"> </span></span><span style="font-family: "Accanthis ADF Std No2", serif; font-size: 11pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="Default">
<span class="A3"><span style="font-size: 11.0pt;">itulah, Santoso
menjadi buron pihak kepolisian (wawancara dengan RS, seorang wartawan media
nasional). </span></span><span style="font-size: 11.0pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Sumber
lain menyebutkan kalau Santoso adalah orang Jawa yang merupakan generasi
pertama dari jaringan kelompok lama dari sel Abu Umar dan Noordin M. Top.
Peranannya dalam jaring kelompok teroris adalah sebagai pemimpin dan instruktur
dalam pelatihan paramiliter di beberapa daerah, termasuk pelatihan kelompok
Farhan di jalur pendakian Gunung Merbabu Jawa Tengah. Saat ini MIT merupakan
sentral dari gerakan jaringan kelompok teroris di Indonesia. Hampir semua
gerakan teroris merupakan jaringan pendukung MIT. Selain di Poso jaringan MIT
tersebar di Jawa, Sumatera dan NTB, sehingga menjadikan MIT sebagai pengganti
pemegang kendali perjuangan yang sebelumnya didominasi jaringan Solo (Fajar
Purwadidada, 2014). <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">MIT
adalah anak kandung dari konflik Poso. Spirit konflik Poso menyebabkan wilayah
ini dijadikan sebagai sentral perjuangan kaum jihadis pasca konflik komunal.
Santoso yang sebelumnya bukan siapa-siapa berhasil mengkonsolidasi perjuangan
kaum jihadis untuk tetap melakukan perlawanan khususnya kepada Densus 88.
Setelah beberapa gembong konflik dari dua pihak sudah ditangkap dan diadili,
konflik Poso mulai mereda. Konflik komunal pelan-pelan menurun. Tetapi, hal itu
tidak menyurutkan semangat jihadis dari MIT untuk tetap eksis. Hutan Poso yang
lebat menjadi tempat yang sangat tepat untuk melakukan taktik gerilya. Sesekali
keluar melakukan teror lalu berlari ke hutan untuk berlindung. Seperti yang
ditulis oleh Fajar Purwadidada (2014): <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa25" style="margin-bottom: 5.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 19.0pt; margin-top: 2.0pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 10pt;">Sejarah konflik komunal
menjadikan Poso sebagai tempat strategis bagi para teroris untuk mengembangkan
jaringannya. Perkembangan teroris di kota Poso sangat besar karena didukung
oleh berbagai macam komponen sehingga jaringan teroris di Poso ini semakin lama
semakin kuat. Poso di jadikan pusat gerakan karena memiliki medan yang sangat
mendukung untuk dijadikan tempat pelatihan. Banyak wilayah pegunungan, lembah
dan hutan yang strategis untuk latihan dan persembunyian. Poso dijadikan
sebagai “tanah suci” atau “tanah jihad” bagi kelompok teroris. Anggota teroris
belum dikatakan berjihad kalau belum menginjakkan kakinya di tanah Poso.
Keberadaan mereka di Poso dapat bertahan lama sejak dari konflik hingga kini.
Pada masa konflik umat Muslim banyak dibantu oleh pejuang Muslim (Mujahidin)
yang berasal dari luar untuk memerangi musuh mereka (Nasrani). Kemudian pejuang
Muslim yang berasal dari wilayah luar Poso tersebut dianggap sebagai pahlawan
oleh para kelompok Muslim di Poso. Hal itu yang dimanfaatkan oleh para teroris
untuk menjadikan Poso sebagai “tanah suci” atau tanah idaman mereka dalam
melakukan doktrin jihad. Selain itu di Poso masih banyak senior-senior jihadis
yang dianggap memiliki pengalaman-pengalaman, seperti merakit bom dan membuat
senjata. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa26" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 5.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">MIT menjadikan
pihak kepolisian –khususnya Densus 88- sebagai musuh utama. Biasanya teror yang
mereka lakukan berkaitan dengan penangkapan atau pembunuhan anggota kelompok
mereka oleh Densus 88. Pembunuhan Fadli misalnya sebagai bentuk balas dendam
terhadap kematian dua orang rekan mereka sebelumnya. Fadli dianggap sebagai
orang yang mensuplai informasi kepada Densus 88 sehingga dua orang anggota MIT
itu tertembak. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Genderang
perang terhadap Densus 88 sudah mulai dikumandangkan oleh Santoso sejak tahun
2013. Diawali dari kematian seorang anggota MIT yang bernama Nrudin di Poso
pada bulan Juli 2013. Melalui video yang diunggah di You Tube, Santoso dengan
terang benderang menantang Densus 88 dan mengobarkan semangat perlawanan
terhadap Densus. Pesan itu berbunyi: <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa25" style="margin-bottom: 5.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 19.0pt; margin-top: 2.0pt; text-align: justify;">
<i><span style="font-size: 10pt;">Antum (kalian) tidak
perlu ragu ketika menghadapi Densus 88. Antum harus semangat... Antum telah
merasakan bagaimana jahatnya Densus 88 kepada umatnya. Antum tahu Densus 88
membantai saudara-saudara kita di Sulawesi”. </span></i><span style="font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa26" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 5.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Memang, ada sisi
baik dari konflik antara MIT-Densus 88. Masyarakat umum tidak lagi mudah
terjebak dalam konflik komunal. Seluruh gerakan teror yang dilakukan oleh MIT
tidak berhasil memancing reaksi publik karena publik sadar kalau MIT sedang
membidik Densus 88. Artinya, sudah terjadi pergeseran wacana konflik.
Masyarakat umum Poso baik Islam maupun Kristen tidak mudah lagi terjebak dalam
upaya ‘memancing konflik’ yang dilakukan oleh kelompok MIT. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Akan
tetapi kehadiran Santoso dan MIT-nya akan membuat suasana terus menerus dalam
situasi yang tidak kondusif, dan pada titik tertentu mudah memancing konflik baru.
Gerakan bawah tanah terorisme pimpinan Santoso atau MIT (Mujahidin Indonesia
Timur) yang sewaktu-waktu muncul dan ‘menggoda’ ketahanan kultural masyarakat
Sulawesi Tengah. Kampanye Santoso yang memberi efek kejut dengan menyerang pos
polisi secara gradual terjadi sejak tahun 2011 sampai Oktober 2014. Para pelaku
kekerasan bersenjata di Poso masih muncul. Misalnya pembunuhan seorang petani
bernama Fadli di Poso di halaman rumahnya dilakukan oleh sekelompok orang
bersenjata api laras panjang dan berbaju loreng dengan cara yang sadis, dengan
kepala yang hampir putus karena digorok. Kelompok MIT mengakui aksi pembunuhan
terhadap Fadli adalah bagian dari “kerja” mereka. Fadli dibunuh sebagai aksi
balasan atas terbunuhnya rekan mereka Akhi Fani dan Akhi Handzollah Abu Ayman
oleh Densus 88. Fadli menjadi sasaran mereka karena Fadli adalah informan
Densus 88.</span><span class="A10"><span style="font-size: 6.0pt;">7 </span></span><span style="font-size: 11pt;">Dalam
rilis sebuah situs internet, pihak MIT menyatakan: <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 14.2pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;">
<span style="font-size: 8pt;">7
Sekelumit fakta penting publik perlu tahu; Fadli, Handzalah(Hendro) dan Fani
plus Evan (Ipar dari Fadli) adalah satu grup. Pada awalnya mereka dalam
lingkaran MIT, dan Fani seorang tukang kayu yang tinggalnya di lorong jati
tewas bersama Hendro (Handzalah) saat kontak penggrebekan yang dilakukan oleh
Densus 88 di Taunca Poso beberapa bulan lalu. Peran Fani adalah kurir, berbeda
dengan Handzalah yang berperan ganda sebagai kurir dan menangangi urusan
propaganda (IT). Berbeda nasibnya dengan Fadli, Evan sampai kini lenyap tanpa
jejak disinyalir ada yang mengamankan. Tapi tidak untuk Fadli, ia sempat
ditangkap oleh Densus-88 kemudian dilepas dan disinyalir dijadikan sebagai
“panah” pihak Densus-88 dengan sejumlah kompensasi (uang). Dari hasil
penggalangan terhadap Fadli inilah pihak </span><i><span style="font-size: 10pt;">Bersama pernyataan ini,
kami menyampaikan bahwa kami telah menyembelih seorang warga desa Padang
Lembara, yaitu Fadli dengan izin Allah. Dikarenakan perbuatan kafirnya yaitu
memberikan informasi yang mengarahkan Densus 88 laknatullah ‘alaihim pada
penyerangan terhadap Ikhwah kami. Yang menyebabkan terbunuhnya dua Ikhwah
diantara Mujahid terbaik yang dimiliki ummat ini, Akhi Fani dan Akhi Handzolah
Abu Ayman, taqabbalahumaallah. <o:p></o:p></span></i></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 14.2pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;">
<i><span style="font-size: 10pt;">Agar menjadi peringatan
pada setiap penduduk dan masyarakat yang mengaku sipil. Agar menjadi peringatan
pada setiap agen-agen penjahat yang mengaku muslim. Agar menjadi peringatan
pada setiap orang yang memilih bergabung bersama barisan Densus 88 laknatullah
‘alaihim. Bahwa darah saudara kami tidak akan mengalir sia-sia. <o:p></o:p></span></i></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 14.2pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;">
<i><span style="font-size: 10pt;">Kepada masyarakat yang
selama ini telah terlibat aktif membantu Densus 88 laknatullah’alaihim dalam
memerangi kami, baik dengan memberikan informasi, menjadi penunjuk jalan
mereka, menyebarkan issu, dan segala bentuk kerjasama lainnya, kami himbau dan
peringatkan dengan tegas agar bertaubat dan berhenti dari kemurtadan tersebut. <o:p></o:p></span></i></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 14.2pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;">
<i><span style="font-size: 10pt;">Sesungguhnya mereka
(Densus 88) pasti menawarkan kepada kalian imbalan harta dunia, sekeping harta
dunia, maka fikirkanlah baik baik sebelum menerimanya. Fikirkanlah anak <o:p></o:p></span></i></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 1.0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;">
<span class="A1"><span style="font-size: 8.0pt;">Densus-88 bisa menjejak posisi Hendro dan Fani saat di Taucan Poso.
Inilah alasan utama kenapa Fadli jadi target kelompok MIT dibawah komandan
Santoso dan supervisernya Daeng Koro (disertir Kostrad). Fadli dicap sebagai
pengkhianat dan bekerja untuk aparat Densus-88. – dikutip dari makalah Harits
Abu Ulya, IS-ISIS dan Terorisme menyandera Poso (Arrahmah. Com, diakses tanggal
06 Oktober 2014).</span></span><i><span style="font-size: 10.0pt;">istrikalian
yang akan menjanda, fikirkanlah kebun kalian yang akan terbengkalai dan yang
terpenting fikirkanlah ancaman Allah di NerakaJahannam selamanya. Karena kami
akan datang untuk menyembelih kalian, menyembelih kalian!!!!! <o:p></o:p></span></i></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 14.2pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;">
<i><span style="font-size: 10.0pt;">anak
kalian yang akan terlantar menjadi yatim, fikirkanlah istri </span></i><i><span style="font-size: 10pt;">Peperangan
ini masih antara kami dengan ujung tombak Pemerintah Murtad Densus 88
laknatullah ‘alaihim. Maka menjauhlah dan hendaknya setiap orang yang tidak
terlibat tidak perlu melibatkan diri. <o:p></o:p></span></i></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 14.2pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;">
<i><span style="font-size: 10pt;">Semoga peringatan ini
dapat dimengerti oleh setiap orang dan sesungguhnya peringatan itu bermanfaat
bagi orang orang yang mau berfikir. <o:p></o:p></span></i></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 14.2pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;">
<i><span style="font-size: 10pt;">Wassalamu’alaikum Wa
Rahmatullah Wa Barakatuh <o:p></o:p></span></i></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 14.2pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;">
<i><span style="font-size: 10pt;">Camp Handzalah AsSyahid <o:p></o:p></span></i></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 14.2pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;">
<i><span style="font-size: 10pt;">Padang Lembara, 19
sepetember 2014 <o:p></o:p></span></i></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 14.2pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 10pt;">(Dikutip dari
Arrahmah.com, Jumat 19 September 2014). </span><span style="font-size: 10.0pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa26" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 5.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Kehadiran MIT yang
secara terang benderang melakukan ‘perang’ terbuka dengan Densus 88 menjadikan
Poso dan Sulawesi Tengah secara umum selalu berpotensi konflik. Masa depan
perdamaian yang diimpikan sebagian besar masyarakat Poso akan selalu terganggu
dengan konflik ‘permanen’ antara MIT dan Densus 88. Artinya, dengan masih
adanya kelompok MIT, Poso akan selalu masuk dalam ancaman konflik.
Ketidakmampuan pihak kepolisian dalam hal ini Densus 88 membekuk Santoso dan
melumpuhkan gerakan MIT menjadi faktor penting bagi masa depan gerakan
terorisme di sana. <o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Kematian
Santoso menjadi titik baru gerakan radikalisme agama di Sulawesi Tengah.
Keberhasilan Pasukan gabungan TNI-POLRI dalam melumpuhkan gerakan gerilya
Santoso dengan pasukan MIT (Majelis Indonesia Timur) menjadi harapan atas
mengikisnya gerakan terorisme di Sulawesi Tengah. Memang, harus diakui bahwa
tidak semua anggota pasukan Santoso tertangkap atau menyerah. Artinya, bibit
gerakan MIT belum sepenuhnya bisa dikatakan habis. Namun, melihat lemahnya
kekuatan pasukan MIT pasca kematian Santoso bisa dikatakan kekuatan gerakan ini
sudah tidak lagi mengkhawatirkan. </span><span style="font-family: "Accanthis ADF Std No2", serif; font-size: 11pt;"><o:p></o:p></span></div>
DR. HAMZAH HARUN AL-RASYID, M.A.http://www.blogger.com/profile/13478867788040025890noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-13766207433678458.post-73495395052167202392018-01-15T17:14:00.001-08:002018-01-15T17:14:46.091-08:00Peledakan Bom di Makassar<div class="Pa24" style="margin: 2pt 0cm; text-align: right;">
<b><span style="font-size: 11pt;"><i>HAMZAH HARUN AL RASYID, M.A & SAPRILLAH</i></span></b></div>
<div class="Pa24" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 2.0pt; text-align: justify;">
<b><span style="font-size: 11pt;">Peledakan bom </span></b><span style="font-size: 11pt;">yang
terjadi di Mall Ratu Indah, tepatnya di restoran cepat saja MC Donald tahun
2000 menjadi titik awal munculnya kelompok yang disebut teroris di Makassar.
Muchtar Dg Lau dan Agung Hamid disebut sebagai jaringan terorisme di Indonesia
yang secara gradual melakukan kegiatan teror di seluruh wilayah di Indonesia.</span></div>
<a name='more'></a> <o:p></o:p><br />
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Peristiwa
bom lain terjadi pada tahun 2004 di bukit Sampoddo, Kota Palopo. Sampoddo
adalah daerah wisata lokal tempat para pemuda Palopo menghabiskan malam minggu
sambil bakar jagung. Pelaku bom Sampoddo pun dianggap sebagai bagian dari
gerakan terorisme yang ada kaitannya dengan peristiwa bom MC Donald beberapa
tahun sebelumnya. <o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Kasus
bom yang terkait dengan gerakan terorisme di Sulawesi Selatan secara umum tidak
pernah lagi terjadi pasca bom Sampoddo. Jaringan teroris di Kota Makassar
tampaknya tidak tumbuh lagi setelah Muchtar Dg Lau dan Agung Hamid tertangkap
tahun 2001. Meski demikian, perburuan terhadap jaringan teroris di Sulawesi Selatan
tetap dilakukan. Penembakan tiga orang terduga teroris yang selama ini
bersembunyi di hutan Enrekang di Biringkanayya (tepatnya di rumah sakit Daya)
pada awal tahun 2013 menjadi peristiwa terakhir yang berkaitan dengan gerakan
terorisme. </span><span style="font-family: "Accanthis ADF Std No2", serif; font-size: 11pt;"><o:p></o:p></span></div>
DR. HAMZAH HARUN AL-RASYID, M.A.http://www.blogger.com/profile/13478867788040025890noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-13766207433678458.post-61462770290049072572018-01-15T17:10:00.001-08:002018-01-15T17:10:36.647-08:00Bom Gereja Pasca Pilkada Sulsel Tahun 2013 <div class="Pa24" style="margin: 2pt 0cm; text-align: right;">
<span style="font-size: 14.6667px;"><b><i>HAMZAH HARUN AL RASYID, M.A & SAPRILLAH</i></b></span></div>
<div class="Pa24" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 2.0pt; text-align: justify;">
<b><span style="font-size: 11pt;">Kasus peledakan </span></b><span style="font-size: 11pt;">bom
molotov lima gereja di Kota Makassar pada tanggal 10 dan 14 Pebruari 2013
menimbulkan polemik di kalangan masyarakat. Ada banyak asumsi atau lebih
tepatnya gosip yang berkembang, baik di media massa maupun obrolan di
warung-warung kopi. Kasus peledakan ini dikaitkan</span></div>
<a name='more'></a> dengan situasi perpolitikan
di Makassar pasca pemilihan gubernur dan wakil gubernur yang memenangkan
pasangan Syahrul Yasin Limpo-Agus Arifin Nu’mang untuk kedua kalinya. Karena
yang dibom adalah gereja, sebagian publik mengaitkan dengan kelompok terorisme
yang dipercaya masih memiliki akar yang cukup kuat di tanah air termasuk di
Sulawesi Selatan. <o:p></o:p><br />
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Asumsi
Prof. Qasim Matthar (Guru Besar UIN Alauddin Makassar) di salah satu media
lokal cukup menarik untuk dijadikan sebagai alas pijak (Tribun Timur,
15/2/2013). Ia mengasumsikan ada empat kemungkinan motif dibalik kasus bom
gereja tersebut. Pertama, akibat dari pilkada. Kedua, bagian dari terorisme.
Ketiga, kelompok ketiga yang ingin mengacaukan situasi. Keempat, kelompok yang
tidak suka dengan agama. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Bagian
ketiga dan keempat dari analisis tersebut sangat lemah. Jika ada kelompok yang
ingin mengacaukan situasi, maka sasarannya salah. Gereja bukan pemicu konflik
karena dimiliki oleh kelompok yang minoritas. Secara statistik jumlah umat
Kristiani “hanya” 8,5% dari total penduduk kota Makassar. Dengan jumlah yang
sedikit, dibutuhkan keberanian lebih untuk melakukan reaksi yang destruktif.
Mungkin eskalasinya sedikit berbeda kalau kasus ini terjadi di Toraja, basis
Umat Kristiani di Sulawesi Selatan. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Pdt.
Untung SK Wijaya (Ketua PGI Sulawesi Selatan, Tenggara, dan Barat) secara samar
merefleksikan hal tersebut. Beliau berupaya sedemikian keras meredam “amarah”
kelompok Kristiani. Misalnya, dengan tidak menghiraukan keinginan beberapa
pendeta yang ingin melakukan konsolidasi. Alasannya jelas. Konsolidasi internal
dapat dibaca oleh (terutama) media massa sebagai bagian dari perlawanan. </span><span style="font-family: "Accanthis ADF Std No2", serif; font-size: 11pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Posisi
sebagai kelompok minoritas “mendorong” para pendeta untuk tidak melakukan <i>“gesture”
</i>perlawanan yang berlebihan. Maka, upaya paling rasional yang dilakukan
adalah meminta pihak kepolisian untuk secara tegas dan cepat mengusut pelaku. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Analisis
yang mengaitkan gerakan ini sebagai bagian dari gerakan terorisme cukup
menarik. Pada Bulan Januari 2013, pihak kepolisian berhasil menangkap beberapa
orang yang diduga sebagai kelompok teroris di Enrekang, dan dua orang lagi
ditembak mati di masjid Rumah Sakit Umum Daya, Kota Makassar. Ini menunjukkan
bahwa kelompok teroris masih ada di wilayah Sulawesi Selatan. Bukan tidak
mungkin, kelompok penyerang gereja ini adalah upaya untuk menyatakan kepada
publik bahwa mereka “masih ada” atau setidaknya sebagai upaya “balasan”
terhadap penembakan salah seorang rekan mereka. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Akan
tetapi, seluruh informan yang kami temui meragukan keterkaitan peristiwa ini
dengan gerakan terorisme, termasuk seorang intelejen kepolisian. Ada empat
alasannya; Pertama. Bom yang digunakan hanya bom molotov, bukan bom rakitan
sebagaimana yang selama ini sering digunakan oleh jaringan teroris. Kedua,
waktu. Para teroris biasanya menyerang sasarannya pada saat ramai. Siang hari
dan malam di bawah pukul 22.00. Sedangkan lima kali penyerangan bom ini
dilakukan antara jam 02.00-04.00 dini hari waktu setempat. Ketiga, Densus 88
sebagai satuan anti teror tidak diturunkan </span><span class="A3"><span style="font-size: 11.0pt;">Kekerasan atas Nama Agama </span></span><span style="font-family: "Accanthis ADF Std No2", serif; font-size: 11pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">secara
intensif. Keempat, reaksi penangan yang cenderung lambat. Sejak tanggal 10
Februari (peristiwa pertama) sampai saat ini pihak kepolisian belum menunjukkan
hasil. Bahkan kasus ini cenderung menguap begitu saja. Berbeda dengan
penanganan kasus bom Mall Ratu Indah tahun 2001. Hanya enam jam setelah peristiwa
peledakan, seorang pelaku telah berhasil ditangkap. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Asumsi
atau analisa yang paling banyak mendapatkan “pembenaran” adalah keterkaitan
dengan hasil pilkada pada tanggal 22 Januari 2013 yang lalu. Sasaran gereja
yang diserang menunjukkan pesan tertentu. Empat dari lima gereja berasal dari
denominasi gereja Toraja. Satu gereja lainnya adalah gereja Kristen yang
jemaatnya sebagian besar dari kalangan Tionghoa. Kekecewaan dari tim sukses
dari salah satu kandidat tertentu karena “kesepakatan” politik dengan kedua
etnik diatas dilanggar. Sebelum kasus ini, sudah pernah terjadi kasus
penyerangan rumah seorang warga Tionghoa yang dilakukan oleh tim sukses dari
kelompok tertentu pada akhir Januari 2013. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Pendeta
Untung SK Wijaya memastikan kalau kasus bom ini tidak akan mempengaruhi pola
relasi kerukunan antar umat beragama. Ini karena, Pemerintah dan FKUB memberi
respon cepat dengan menggelar pertemuan-pertemuan untuk membicarakan hal
tersebut. Pencegahan dari kepolisian juga dirasakan cukup baik (meski penanganan
kasus dinilai lamban). Pihak pemerintah kota sudah memerintahkan kepada setiap
kelurahan untuk mengaktifkan kembali Pam Swakarsa dengan sistem ronda. Selain
itu, PGI juga secara internal terus menerus berupaya menjelaskan kepada
warganya kalau peristiwa ini tidak terkait dengan hubungan antar agama yang
memburuk. <o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Hanya
saja, peristiwa ini bisa memberi imajinasi yang buruk bagi warga Kristiani
apabila tidak terungkap dengan jelas siapa pelaku dan apa motivasinya.
Asumsi-asumsi yang berkembang bisa menjadi liar dan memperburuk cara pandang
antar umat beragama. Kecurigaan antar kelompok agama bisa muncul. Apapun itu,
yang diserang adalah rumah ibadah. Ruang untuk menafsirkan kasus ini sangat
luas, termasuk dalam konteks relasi antar umat beragama. </span><span style="font-family: "Accanthis ADF Std No2", serif; font-size: 11pt;"><o:p></o:p></span></div>
DR. HAMZAH HARUN AL-RASYID, M.A.http://www.blogger.com/profile/13478867788040025890noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-13766207433678458.post-26247089404008747242018-01-15T17:07:00.000-08:002018-01-15T17:07:08.060-08:00Demonstrasi di Gereja Toraja 8 <div class="Pa24" style="margin: 2pt 0cm; text-align: right;">
<b style="font-size: 14.6667px;"><i>HAMZAH HARUN AL RASYID, M.A & SAPRILLAH</i></b></div>
<div class="Pa24" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 2.0pt; text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="font-size: 11pt;">Pada September 2016, </span></b><span style="font-size: 11pt;">salah
satu kelompok Islam “garis keras”, Front Pembela Islam, berdasarkan informasi
yang dilansir media lokal, menyerbu Gereja Toraja Bontomarannu di Jalan
Cenderawasih, Makassar. Ormas yang terbentuk di era reformasi ini menuding,
gereja di Jalan Cenderawasih tidak mengantongi izin</span></div>
<span style="font-size: 11pt;"><a name='more'></a>mendirikan bangunan (IMB),
serta memalsukan tanda tangan jamaah gereja dan tanda tangan persetujuan warga
di sekitar gereja (Wawancara, Panglima FPI Makassar, Abdur Rahman, 11 Oktober
2016, di Makassar). <o:p></o:p></span><br />
<div class="Pa24" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 2.0pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 8pt;">8 Data tentang ini diambil dari penelitian
Syamsurijal dan Irfan Syuhudi (2016).</span><span class="A3"><span style="font-size: 11.0pt;"> </span></span><span style="font-family: "Accanthis ADF Std No2", serif; font-size: 11pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="Default">
<span class="A3"><span style="font-size: 11.0pt;">Sementara itu,
pada waktu yang berbeda, Gereja Toraja di Jalan Bawakaraeng dilempari batu
orang tak dikenal ketika jemaat tengah melaksanakan ibadah Minggu, pukul 21.30
Wita, 25 September 2016. Sebanyak 15 orang berpakaian hitam-hitam mendatangi
gereja pada saat jemaat tengah beribadah. Tidak ada korban jiwa dalam insiden
ini. Namun, aparat keamanan belum menemukan pelaku dari pelemparan batu yang
nyaris memecahkan kaca jendela gereja tersebut. </span></span><span style="font-size: 11.0pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Kendati
aksi tersebut tidak sampai menimbulkan korban jiwa, namun informasi penyerbuan
rumah ibadat ini menyebabkan ketegangan di kalangan umat Kristen. Karena itu,
sebelum terjadi peristiwa susulan yang dapat mengancam kerukunan antarumat
beragama di Makassar, pemerintah langsung terjun ke lapangan. Wali Kota
Makassar, Ramadani “Danny” Pomanto, langsung mempertemukan pengurus Gereja
Toraja dengan FPI, yang ikut dihadiri Tripika, Danramil, dan Kapolsek Mamajang.
Pertemuan ini menghasilkan, antara lain, kedua pihak sepakat untuk bersama-sama
menjaga keamanan tetap aman, dan tidak terpancing provokasi yang bisa
menyebabkan perpecahan antara sesama warga, dan pembangunan gereja akan dievalusi
kembali. Pemerintah berharap kejadian ini tidak terulang kembali, dan mengajak
semua warga untuk bersama-sama menjaga keamanan Makassar. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Selain
pemerintah, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulawesi Selatan, organisasi
masyarakat (ormas) Islam, dan aktivis mahasiswa Kristen, langsung bersuara.
Semua sepakat mengecam aksi yang mengancam kerukunan antarumat beragama di kota
ini. Ketua MUI Sulsel, KH Sanusi Baco, misalkan, mengimbau masyarakat untuk
tidak terprovokasi. Seluruh umat manusia harus saling menjaga satu sama lain,
kendati terdapat perbedaan agama. “Muslim yang hakiki harus menjaga keamanan
antar umat beragama. Meski terdapat perbedaan agama, kita harus saling
menjaganya agar tidak ada konflik yang terjadi di masyarakat,” kata Sanusi
Baco, seperti dikutip di http://news.rakyatku.com/read/
21944/2016/09/25/-meski-beda-agama-kita-tetap-satu-, yang diakses 14 Oktober
2016. Dari kalangan ormas Islam, Ketua Muhammadiyah Sulsel, Ambo Asse, seperti
dilansir di http:// news.rakyatku.com/read/21952/2016/09/26/ini-tanggapan-muhammadiyah-terkait-kisruh-gereja-toraja,
pada 14 Oktober 2016, menyatakan, penyerangan terhadap rumah ibadat tak
dibenarkan dalam ajaran agama. Bahkan, ia menganggap hal tersebut melanggar
aturan. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Panglima
FPI Makassar, Abdur Rahman, menjelaskan, sebelum mendatangi gereja di Jalan
Cenderawasih, beberapa warga mendatangi markasnya di Jalan Sungai Limboto,
Makassar. Warga melapor, bahwa bunyi suara yang ditimbulkan dari pembangunan
gereja itu dianggap mengganggu penduduk yang tinggal di sekitar gereja. Ketika
warga mendatangi pengurus gereja dan mengeluhkan bunyi suara-suara itu,
pengurus gereja malah dinilai bersikap arogan. Hal inilah yang membuat warga
kecewa dan kemudian mengadu ke FPI. Atas laporan warga, beberapa anggota FPI
kemudian mendatangi gereja tersebut. <o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Menurut
Abdur Rahman, meski yang terlibat dalam aksi secara formal adalah FPI, namun
tidak berarti bahwa tidak ada kelompok anak muda terdidik dalam aksi ini. FPI
menurutnya juga di dukung oleh mahasiswa-mhasiswa muslim dari beberapa peguruan
tinggi. Kelompok mahasiswa ini adalah mereka yang menjadi bagian dari sayap FPI
di kampus yang bernama Front Mahasiswa Pembela Islam. </span><span style="font-family: "Accanthis ADF Std No2", serif; font-size: 11pt;"><o:p></o:p></span></div>
DR. HAMZAH HARUN AL-RASYID, M.A.http://www.blogger.com/profile/13478867788040025890noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-13766207433678458.post-71297272131138295682018-01-15T07:07:00.003-08:002018-01-15T17:01:02.722-08:00Gerakan Anti Syiah9<div class="Pa24" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 2.0pt; text-align: justify;">
<div style="text-align: right;">
<span style="font-size: 14.6667px;"><b><i>HAMZAH HARUN AL RASYID, M.A & SAPRILLAH</i></b></span></div>
<b><span style="font-size: 11pt;">Beberapa organisasi </span></b><span style="font-size: 11pt;">Islam,
seperti kelompok Wahdah Islamiyah dan Salafi, yang tergabung di dalam Forum
Umat Islam (FUI) di Makassar, memusuhi dan menolak kehadiran kelompok Syiah di
Tanah Sulsel. Belakangan, muncul lagi kelompok yang terang-terangan membenci
kelompok Syiah di Makassar, yakni Laskar Rasulullah.</span></div>
<a name='more'></a><o:p></o:p><br />
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Kebencian
mereka terhadap Syiah tidak hanya ditunjukkan secara verbal, melainkan juga
melalui ruang usaha. Ketika berdiskusi dengan Laskar Rasulullah di <i>homebase</i>-nya,
di Warung Kopi (warkop) di Jalan Sungai Limboto, Makassar, kelihatan sekali
kalau Laskar Rasulullah sangat membenci <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 8pt;">9
Data tentang ini disadur dari penelitian Syamsurijal dan M. Irfan Syuhudi (2016)</span><span class="A3"><span style="font-size: 11.0pt;"> </span></span><span style="font-family: "accanthis adf std no2" , serif; font-size: 11pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="Default">
<span class="A3"><span style="font-size: 11.0pt;">Syiah. Pada
setiap meja tamu sengaja ditempel stiker Anti Syiah, sehingga siapa pun yang
duduk di situ pasti akan melihat jelas stiker tersebut. Di beberapa dinding
tembok dan etalase kaca juga ditempeli stiker Anti Syiah. Menariknya, warkop
ini terletak hanya beberapa meter dari Sekretariat FPI Makassar. Sementara itu,
di Sekretariat FPI juga dipasangi baliho yang menunjukkan kebencian mereka
terhadap Syiah. </span></span><span style="font-size: 11.0pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Menurut
Panglima Laskar Rasulullah, Arjuna, mereka membenci Syiah, karena menghina dan
mengkafir-kafirkan tiga sahabat dekat rasulullah, yaitu Abu Bakar, Umar bin
Khattab, dan Usman bin Affan. Hanya Ali bin Abu Talib saja (beserta
keturunannya) yang dipandang sebagai sahabat dekat nabi, dan posisinya sangat
istimewa di mata kelompok Syiah. Dalam perspektif Laskar Rasulullah, Syiah itu
sesat dan tidak termasuk ke dalam golongan Islam. Meskipun di dalam kelompok
Syiah terdapat beragam aliran yang berbeda, dan di antara aliran tersebut ada
juga yang tidak mengkafir-kafirkan Abu Bakar, Umar, dan Usman, namun mereka
tetap membencinya. Untuk menambah wawasan dan referensi terhadap Syiah, mereka
sering merujuk kepada website tertentu dan membaca beberapa buku-buku terkait
Syiah. Dari sinilah pengetahuan Laskar Rasulullah tentang “keburukan” Syiah
terkuak. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">“Kami
sangat mencintai Rasulullah, dan kami tidak ingin ada orang atau kelompok yang
menghina rasulullah. Syiah itu jelas-jelas menghina rasulullah, karena mereka
memandang maqam Ali bin Abu Talib lebih tinggi dari Abu Bakar, Umar, dan Usman.
Padahal, di mata rasulullah, tiga sahabat ini masing-masing memiliki
keistimewaan,” kata Panglima Akomodasi Laskar Rasulullah, Asrul, dengan suara
berapi-api. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Bukti
kebencian beberapa kelompok radikal fundamentalis di Makassar terhadap kelompok
Syiah adalah dengan mendatangi Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulsel sebelum 1
Muharram. Mereka mendesak Ketua MUI Sulsel, KH. Sanusi Baco, menandatangani
pernyataan sikap mereka untuk melarang kelompok Syiah memperingati perayaan
As-Syura. Sempat ada yang merekam kedatangan FUI, FPI, dan Laskar Rasulullah ke
kantor MUI Sulsel, dan kemudian rekaman ini beredar luas di media sosial. Dari
video yang berlangsung beberapa menit itu, puluhan orang duduk satu meja dengan
KH. Sanusi Baco, dan ada juga yang berdiri. Orang-orang ini ada yang pakai
jubah dan pakaian biasa. Dalam tayangan video terlihat, mereka seperti tidak
menghargai KH Sanusi Baco sebagai seorang ulama terpandang. Selama
perbincangan, Kyai Sanusi tampak mendapat intimidasi dan kekerasan semiotik. Di
antara mereka ada yang bersuara keras ketika berbicara, dan ada juga yang
mondar-mandir di dekat KH Sanusi Baco. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Setiap
tahun, kelompok Syiah selalu memperingati perayaan As-Syura di Makassar. Secara
hukum, apa yang dilaksanakan kelompok Syiah ini sebenarnya bersifat legal, karena
telah memperoleh izin dari pemerintah lokal dan pihak keamanan setempat.
Perayaan As-Syura biasanya diadakan di gedung dengan mendatangkan tokoh nasional
Syiah. Salah satu yang pernah ke Makassar dan berceramah adalah pentolan Syiah
Indonesia, Dr. Jalaluddin Rahmat, yang di kalangan kelompok Syiah Indonesia,
akrab disapa Kang Jalal. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Dari
beberapa catatan, kelompok Syiah acap kali mendapat perlakuan kurang simpatik
dan tindakan kekerasan dari kelompok radikal-fundamentalis di Makassar.
Kegiatan yang dilakukan Syiah di depan publik selalu mendapat gangguan dari
kelompok ini. Misalkan, setiap kali mengadakan peringatan Syura di Makassar,
kelompok radikal-fundamentalis ini hampir dipastikan selalu saja bermaksud
mengacaukan dan membubarkan kegiatan tersebut. Pada 2013, misalnya, orang Syiah
diserang ketika menggelar peringatan As-Syura di Wisma Darussalam, Makassar. Di
sela-sela acara, beberapa orang berusaha mengacaukan kegiatan dengan mendesak
masuk ke dalam gedung. Beberapa orang Syiah mengaku dikejar-kejar dan ada juga
yang bahkan kena “bogem mentah” dari orang-orang yang tiba-tiba datang
menyerang itu. Selanjutnya, orang Syiah lagi-lagi mendapat teror dan aksi
kekerasan saat menggelar peringatan As-Syura di Gedung Balai Prajurit (Gedung
Manunggal) pada 2015. Di tengah kegiatan berlangsung, ratusan orang melakukan
demo di depan gedung. Beruntung, aparat keamanan berlaku sigap, sehingga tidak
terjadi perkelahian dan pertumpahan darah. </span><span style="font-family: "accanthis adf std no2" , serif; font-size: 11pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Kemudian,
pada September 2016, ratusan orang yang tergabung di dalam FUI serta FPI
melakukan konvoi di beberapa ruas jalan menolak kehadiran Syiah di Makassar.
Mereka konvoi menggunakan sepeda motor, mobil, serta membawa spanduk yang
intinya menolak Syiah di Indonesia dan di Makassar. Di sepanjang jalan,
beberapa tokoh dari kelompok ini melakukan orasi. Puncaknya, kelompok ini
mendatangi kantor MUI Sulsel dan mendesak Ketua KH Sanusi Baco untuk menandatangani
pelarangan peringatan As-Syura yang akan dilakukan kelompok Syiah. <o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Aksi
penolakan terhadap kelompok Syiah di Makassar sebenarnya telah berlangsung
lama. Sejak kelompok ini diketahui menjejakkan kakinya di Makassar beberapa
tahun lalu, sejak itu pula beberapa kelompok Islam radikal-fundamentalis mulai
melakukan aksi penolakan. Termasuk, menolak kehadiran kelompok mahasiswa Syiah
yang tergabung di dalam Ikatan Jamaah Ahlul Bait (Ijabi). Menurut salah seorang
tokoh muda Syiah di Makassar, aktor yang seringkali berada di belakang
kebencian yang kemudian berlanjut terhadap aksi-aksi demonstrasi Syiah di
Makassar adalah Ustadz Said Samad. Termasuk aksi demonstrasi yang berlangsung
pada September 2016. Ustadz Said Samad adalah tokoh Wahdah Islamiyah di Makassar
dan juga Ketua Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam Indonesia Timur. Pada
beberapa kesempatan, Ustadz Said Samad, ketika diundang pada kegiatan workshop
dan seminar hasil penelitian, ia seringkali “menyerang” kelompok Syiah,
meskipun topik yang dibahas pada acara tersebut bukanlah terkait Syiah. </span><span style="font-family: "accanthis adf std no2" , serif; font-size: 11pt;"><o:p></o:p></span></div>
DR. HAMZAH HARUN AL-RASYID, M.A.http://www.blogger.com/profile/13478867788040025890noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-13766207433678458.post-32354300759871517212018-01-15T06:59:00.001-08:002018-01-15T06:59:32.819-08:00Kasus Demonstrasi terhadap Masjid Al-Khairiyah, di Eks Kampung Texas, Kota Manado <div class="Pa24" style="margin: 2pt 0cm; text-align: right;">
<b><span style="font-size: 11pt;"><i>HAMZAH HARUN AL RASYID, M.A & SAPRILLAH</i></span></b></div>
<div class="Pa24" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 2.0pt; text-align: justify;">
<b><span style="font-size: 11pt;">Kampung Texas </span></b><span style="font-size: 11pt;">merupakan
sebuah perkampungan yang berada di Pesisir Utara Kota manado yang berhadapan
langsung dengan Samudera Pasifik. Perkampungan ini mulai dihuni pada kisaran
tahun 1940-an oleh para pendatang yang berasal dari Gorontalo, Sangir, Sulawesi
Selatan, dan daerah lainnya. Pada tahun 1960-an pasca pemberontakan Permesta
(Perjuangan rakyat Semesta), Kampung ini semakin ramai didatangi </span></div>
<a name='more'></a>oleh pemukim
yang tinggal di lahan tanah milik negara. Kampung Texas terletak di Keluahan
Wenang Utara Kecamatan Wenang, sebagian besar penduduk adalah muslim. Demi
memenuhi kebutuhan ibadat umat muslim yang tinggal di Kampung tersebut, maka
pada tahun 1968 di masa kepemimpinan walikotamadya Manado Rauf Mo’o
didirikanlah sebuah mesjid yang kemudian diberi nama mesjid al-Khairiyah.
Seluruh kampung Texas yang merupakan pemukiman padat penduduk termasuk Mesjid
Al-Khairiyah berlokasi di atas lahan tanah milik negara. <o:p></o:p><br />
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Pada
awal dibangunnya, Mesjid Al-Khairiyah masih berupa bangunan mesjid kecil dengan
luas bangunan 10x10 meter berbahan kayu dan hanya satu lantai. Seiring dengan
perkembangan penduduk maka sedikit demi sedikit dilakukan renovasi atas
bangunan Mesjid Al-Khairiyah hingga seluas 16x20 meter dengan bangunan permanen
dengan tinggi bangunan 2 lantai. Menurut Mursyid, mantan Panglima Brigade
Mesjid Sulawesi Utara yang merupakan penduduk yang lahir dan besar di Kampung
Texas, Mesjid Al-Khairiyah menjadi pusat kegiatan peribadatan dan keagamaan
bagi umat Islam di Kampung Texas. Mesjid tersebut merupakan satu-satunya
bangunan rumah ibadat yang berdiri di Kampung Texas, meski di Kampung Texas
juga bermukim sebagian penduduk yang beragama Kristen, namun di kampung
tersebut tidak ada bangunan gereja maupun rumah ibadat lainnya. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Pada
awal tahun 2000-an dilakukan reklamasi laut di sekitar lokasi Kampung Texas
yang belakangan menjadi kawasan Boulivard yang merupakan pusat kegiatan ekonomi
dan bisnis di Kota Manado. Pada lokasi hasil reklamasi tersebut berdiri
berbagai sentra bisnis seperti ruko, hotel, bahkan 3 mall besar berdiri di
kawasan tersebut, pada tahun 2015 diresmikan jembatan Sukarno yang saat ini
menjadi <i>landmark </i>baru Kota Manado. Akhirnya, kawasan Kampung Texas yang
awalnya berada di pinggir kota berubah menjadi di pusat kota. Oleh pemerintah
Kota Manado yang pada saat itu menjadi walikota adalah Jimmy Rimbarogi, kawasan
pemukiman di sekitar pantai dilakukan penggusuran dan penduduknya direlokasi ke
tempat lain termasuk Kampung Texas. Akibat penggusuran tersebut, seluruh
bangunan yang ada di Kampung tersebut dibongkar, kecuali bangunan Mesjid
Al-Khairiyah. Oleh penduduk setempat tidak dibongkarnya bangunan Mesjid
Al-Khairiyah merupakan hasil negosiasi mereka dengan pemerintah kota. Mereka
bersedia digusur dengan catatan Mesjid Al-Khairiyah tidak dibongkar dan tetap
secara fungsional digunkan sebagai tempat ibadat bagi umat Islam. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Meski
tidak ada lagi penduduk yang bermukim di sekitaran mesjid tersebut, namun
mesjid tetap fungsional digunakan sebagai tempat ibadat oleh para karyawan dan
pedagang serta musafir yang lewat di kawasan Boulivard. Ketika peneliti datang
ke mesjid tersebut dan sempat menunaikan shalat Ashar, tampak jamaah yang
shalat cukup banyak, bahkan ketika shalat Ashar sudah selesai, masih banyak
umat Islam yang dating silih berganti untuk singgah menunaikan shalat. Hingga
pukul 17.00 WITA peneliti menghitung lebih dari 30 orang singgah secara
bergantian untuk menunaikan shalat Ashar di Mesjid Al-Khairiyah. Hal ini
menunjukkan bahwa Mesjid Al-Khairiyah keberadaannya sangat penting untuk
memenuhikebutuhan ruhani umat Islam yang ada di sekitar kawasan tersebut, yang
meski bukan sebagai jamaah mukim. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Dengan
makin ramainya dibangun pertokoan di kawasan tersebut, maka jamaah Mesjid
Al-Khairiyah pun semakin banyak. Di hamper seluruh shalat lima waktu kecuali
Subuh, Mesjid Al-Khairiyah selalu ramai ditempati oleh umat Islam yang
melakukan shalat berjamaah. Pelaksanaan shalat Jumat di mesjid tersebut sudah
tidak mampu lagi menampung jamaah yang sangat banyak hingga membludak keluar bahkan
terkadang ada jamaah yang tidak mendapatkan tempat untuk melaksanakan shalat
Jumat. Hal ini juga terjadi karena Mesjid Al-Khairiyah merupakan satu-satunya
mesjid yang berada pada kawasan pertokoan di sekitar Jembatan Sukarno tersebut.
Melihat fenomena tersebut dan demi memenuhi kebutuhan umat Islam yang ingin
shalat serta tidak mampunya lagi daya tamping mesjid, khususnya ketika shalat
Jumat, maka pengurus mesjid pada tahun 2013 memutuskan untuk memperluas
bangunan mesjid dengan menambah luas bangunan menjadi 1500 meter persegi (50x30
m) dan perencanaan bangunan setinggi 4 lantai. Meski status tanah yang masih
sebagai milik Negara dan tidak ada IMB untuk renovasi bangunan mesjid, rencana
tersebut tetap dilaksanakan dengan membentuk panitia pembangunan mesjid yang
diketuai oleh Jafar Al-Katiri (Anggota DPRD Provinsi Sulawesi Utara yang juga
Ketua DPW PPP Sulut) dan Abdurrahman Musa (seorang pengacara) sebagai
sekertaris. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Pengurus
mesjid dan sebagian elemen pemuda muslim yang dikoordinasi oleh BKPRMI (Badan
koordinasi Pemuda dan Remaja Mesjid Indonesia) Sulawesi Utara tetap melanjutkan
pembangunan perluasan mesjid. Meski mendapat peringatan dari pemerintah kota,
pembangunan mesjid tetap terus berjalan. Hingga kini pembangunan mesjid tetap
berjalan, meski proses renovasi bangunan mesjid tersebut dianggap tidak
mengikuti prosedur yang berlaku, misalnya perizinan IMB. Pengurus mesjid
beralasan, bagaimana mungkin mereka mengurus IMB, sedangkan tanah loaksi mesjid
tersebut telah atas nama pemerintah kota, dan pemerintah kota berniat hendak
membongkar mesjid tersebut. Saat ini lokasi mesjid telah dikelilingi oleh ruko
dan di dekat bangunan mesjid berdiri sebuah rumah yang merupakan rumah dinas
bagi imam mesjid. Rumah dinas imam mesjid tersebut merupakan satu-satunya rumah
yang berdiri di kawasan tersebut. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Pada
tahun 2011, oleh pemerintah kota Manado (pada saat itu walikota Vicky
Lumentut), Mesjid Al-Khairiyah diminta untuk dibongkar, dan pak imam mesjid
(Hariyanto Halid) diminta untuk meninggalkan rumah dinasnya yang berlokasi
dekat dengan bangunan mesjid. Pihak pemerintah kota mempersoalkan bahwa mesjid
tersebut sudah tidak layak lagi berdiri karena tidak memiliki minimal 90
pengguna sebagaimana yang diatur dalam PBM Nomor 9 dan 8 tahun 2006. Tidak
adanya penduduk sebagai jamaah mukim dari mesjid tersebut menjadi hal yang
dipersoalkan oleh Pemkot sehingga berpandangan bahwa mesjid tersebut harus
dibongkar, terlebih lagi kawasan tersebut akan dibangun taman wisata religi.
Namun, permintaan ini tidak digubris oleh pak imam dan orang Islam yang ada di
sekitar, yang meski bukan jamaah mukim, tapi kerap menggunakan mesjid tersebut
untuk menunaikan shalat lima waktu. Secara <i>de jure</i>, mesjid tersebut
memang tidak lagi memiliki jamaah mukimin, karena pemukiman di sekitarnya telah
mengalami relokasi. Namun, mesjid tersebut secara faktual tetap aktif digunakan
bahkan selalu ramai di setiap waktu shalatnya, terlebih di hari Jumat karena
jamaah berasal dari pedagang di sekitar serta karyawan perkantoran, maupun
orang-orang yang sedang berkunjung di kawasan Boulivard. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Pemerintah
kota Manado berencana akan mendirikan taman wisata religi berupa semua miniatur
rumah ibadat (mesjid, gereja, kapel, pura, dan vihara) di lokasi tersebut.
Namun, rencana ini mendapat penolakan keras dari masyarakat Islam kota Manado.
Penolakan tersebut, karena mesjid tersebut tetap berfungsi aktif, bahkan selalu
ramai oleh jamaah di setiap waktu shalat. Kemudian untuk mengadvokasi
keberadaan mesjid tersebut, kalangan pemuda muslim di kota Manado membentuk
Forum Penyelemat Mesjid al-Khairiyah yang diketuai oleh Joko Sutrisno dan
hamdani Rukmana selaku sekertaris. Pembentukan forum tersebut dilakukan pada
bulan Oktober 2013 demi menyikapi sikap pemerintah kota yang hendak membongkar
bangunan mesjid. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Demi
legalitas status mesjid, pengurus mesjid kemudian berinisiatif untuk
mensertifikasi tanah mesjid tersebut atas nama mesjid al-Khairiyah, namun pada
tanggal 12 September 2012, terbit sertifikat tanah mesjid tersebut atas nama
pemerintah Kota, yang di mana dalam gambar tanah di sertifikat tersebut adalah
tanah kosong tanpa bangunan. </span><span style="font-family: "Accanthis ADF Std No2", serif; font-size: 11pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Bermodalkan
sertifikat tanah dari BPN kota Manado, pemerintah Kota mengajukan proposal
pembangunan taman wisata religi kepada Kantor Pusat Kementerian Agama, dan
akhirnya mendapat alokasi dana sebesar 15 milyar. Dana tersebut telah hamper
cair dari APBN Kementerian Agama, namun dana tersebut urung cair dikarenakan,
kemudian diketahui bahwa di atas tanah loaksi pembangunan taman wisata religi
telah berdiri sebelumnya sebuah mesjid padahal di proposal yang diajukan
dilampirkan <i>copy </i>sertifikat tanah yang kosong tanpa bangunan. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Di
lain pihak, panitia pembangunan mesjid tetap melanjutkan pembangunan perluasan
mesjid. Meski mendapat peringatan dari pemerintah kota, pembangunan mesjid
tetap terus berjalan. Bahkan suatu hari, tepatnya di hari Minggu, wakil
walikota Manado dan camat Wenang Utara beserta beberapa jajaran terkait datang
ke loaksi mesjid tersebut untuk meminta penghentian pembangunan mesjid karena
tanah tersebut adalah tanah milik pemerintah Kota dan pembangunan mesjid
tersebut tidak memiliki IMB. Namun kedatangan wakil walikota beserta jajarannya
tidak juga membuat pembangunan mesjid tersebut berhenti. Masalah ini pun
kemudian sempat memanas dan sangat rentan dan berpotensi memicu konflik SARA.
Masalah mesjid ini pun sampai terdengar di kementerian agama pusat, dan pada
bulan September 2013, wakil menteri agama, Bapak Nazaruddin Umar datang ke mesjid
tersebut dan selepas menunaikan shalat Ashar, beliau memberikan sambutan
setelah menunaikan shalat Ashar dan mempermaklumkan bahwa keberadaan mesjid
tersebut tidak boleh diganggu gugat. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Antara
tahun 2013 hingga tahun 2016 tercatat telah terjadi 4 kali demonstrasi yang
dilakukan oleh masyarakat yang mengatasnamakan dirinya Masyarakat Adat Kawanua
Pencinta Toleransi (MAKAPETOR) terhadap pembangunan Mesjid Al- Khairiyah.
Penolakan didasarkan pembangunan mesjid yang telah melampaui <i>space </i>awalnya
sehingga mengambilruang bagi pembangunan miniature rumah ibadah agama lainnya
dalam rangka pembangunan taman wisata religi. Aksi demonstrasi di tahun 2013
dan 2014 masih berlangsung dengan aman meski sempat terjadi sedikit ketegangan.
Pada tanggal 25 Maret tahun 2015 kembali demonstrasi dilakukan guna menuntut
penghentian pembangunan Mesjid Al- Khairiyah yang diperluas. Aksi terbesar
terjadi pada hari Rabu tanggal 26 Oktober 2016. Massa yang berjumlah 300 orang
dari kelompok MAKAPETOR menuntut pembongkaran bangunan liar yang ada di lahan
yang mestinya menjadi taman wisata reigi. Pengurus mesjid dan Brigade Mesjid
Sulawesi Utara yang intens memperjuangkan kelanjutan pembangunan Mesjid
Al-Khairiyah beralasan bahwa tuntutan untuk membangun taman wisata religi di
eks Kampung texas sudah tidak relevan lagi mengingat sudah banyaknya terbangun
ruko, sehingga <i>space </i>untuk membangun taman religi sudah tidak
memungkinkan lagi. Selain itu, terbetik juga asumsi bahwa “sasaran tembak” yang
sebenarnya dari aksi-aksi tersebut adalah eksistensi Mesjid Al-Khairiyah. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Menurut
Imam masjid, sebelum demonstrasi dia mendapatkan surat dari pemerintah kota
tertanggal 24 Oktober 2016. Surat tersebut bernomor 317/D.10/TK/X/2016
ditandatangani oleh J.B. Mailangkay selaku Kepala Dinas Tata Kota Manado.
Surattersebut merupakan kelanjutan dari beberapa surat peringatan sebelumnya
yang telah dilayangkan kepada panitia pembangunan Mesjid Al-Khairiyah.
Sebelumnya pemerintah kota melalui Dinas Tata Kota telah 6 kali melayangkan
surat kepada panitia pembangunan. Diawali dari surat peringatan (1, II, dan
III), masing-masing Nomor 56/D.10/TK/III/2014 tanggal 28 Maret 2014 (Peringatan
I), nomor 169/D.10/TK/VII/2014 tanggal 14 Juli 2014 (peringatan II), dan nomor
240/D.10/TK/X/2015 tanggal 1 Oktober 2015. Selain itu pemkot juga melayangkan
surat nomor 75/D.10/ III/2015 tanggal 24 Maret 2015 perihal kegiatan
menghentikan membangun, dan surat nomor 185/D.10/TK/VI/2015 tanggal 26 Juni
2015 juga tentang perihal menghentikan kegiatan membangun, serta surat nomor
165/D.10/VI/2016 tanggal 7 Juni 2016 perihal penghentian kegiatan membangun dan
peninjauan lapangan petugas Dinas Tata kota terhadap pelaksanaan kegiatan
pembangunan Mesjid Al-Khairiyah di lokasi kawasan pembangunan wisata religi ex
Kampung texas Kelurahan Wenang Utara Kecamatan Wenang. Tak satu pun dari surat
tersebut digubris oleh pengurus dan panitia pembangunan mesjid. Meski telah 6
kali dilayangkan surat dari pemkot namun pembangunan Mesjid Al-Khairiyah tetap
berjalan. Untuk ketujuh kalinya pemerintah kota melalui Dinas Tata Kota
melayangkan surat tertanggal 24 Oktober 2016 namun diterima oleh pengurus dalam
hal ini imam mesjid sendiri pada tanggal 27 Oktober (1 hari setelah aksi
demonstrasi). Isi surat tersebut menyampaikan 3 hal pokok: <i>Pertama, </i>bahwa
luasan pembangunan Mesjid Al-Khairiyah tidak sesuai dengan kesepakatan dengan
pemerintah kota di mana sekarang ini bangunan mesjid telah dibangun pada
separuh luasan lahan ex Kampung texas. <i>Kedua</i>, bahwa akibat pembangunan
ini maka untuk pembangunan bangunan social lainnya seperti gereja, kapel, pura,
dan vihara taman sudah tdak dimungkinkan lagi. <i>Ketiga, </i>Untuk itu
dimintakan agar panitia pembangunanMesjid Al-Khairiyah segera membongkar
sendiri dan menyesuaikan dengan perencanaan pemerintah kota. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Menyikapi
surat-surat yang telah dilayangkan dari pemerintah kota tersebut, utamanya
surat yang terakhir, Imam Mesjid Al-Khairiyah menyatakan sikap bahwa surat
tersebut mencantumkan hal yang tidak benar berkaitan dengan poin nomor satu
tentang kesepakatan dengan pemerintah kota. Menurut pak imam tidak pernah ada
kesepakatan tersebut dengan pemerintah kota. Untuk itu, pak imam tetap
bersikukuh pada sikapnya untuk tetap melanjutkan pembangunan Mesjid
Al-Khairiyah sesuai dengan rancangan sebelumnya dengan laus bangunan 1500 meter
persegi (30x50 m) dengan tinggi bangunan 4 lantai. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Hari
rabu siang tanggal 26 Oktober 2016 merupakan waktu yang direncanakan oleh
kelompok MAKAPETOR untuk melakukan demonstrasi atas bangunan liar yang
terbangun di atas lahan ex Kampung Texas yang sedianya dibangun taman wisata
religi. Rencana demonstrasi tersebut telah dilaporkan ke pihak Kapolresta
Manado, dan melalui informasi yang tersebar di media sosial rencana aksi
tersebut sudah tersebar termasuk di kalangan umat Islam. Sebagian kalangan umat
Islam menanggapi aksi yang akan dilakukan ini sebenarnya “sasaran tembaknya”
adalah eksistensi Mesjid Al-Khairiyah, oleh karena itu sejak pagi berbagai
elemen umat Islam dari berbagai kalangan telah dating ke Mesjid Al-Khairiyah
hingga waktu shalat Dhuhur jumlah umat Islam yang telah bersiaga di Mesjid
Al-Khairiyah telah mencapai ratusan orang. Mereka datang dengan maksud untuk bersiaga
di Mesjid Al-Khairiyah dan bersiap jika sekiranya massa demonstran dari
MAKAPETOR hendak menyerang mesjid. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Joko
Sutrisno mengakui kalau reaksi masyarakat Islam pada demonstrasi tanggal 26
Oktober yang lalu merupakan yang terbesar. Ada ratusan warga muslim dari
berbagai tempat sudah mendatangi masjid sejak pagi hari. Ini karena informasi
yang berkembang ke warga sudah mulai tercium sejak dua hari menjelang
demonstrasi. Surat izin demonstrasi yang ditujukan kepada pihak kepolisian oleh
pihak Makapetor bocor ke media social. Dalam surat itu, tertera catatan yang
menyebutkan ada 10.000 anggota Makapetor yang akan turun ke jalan untuk meminta
pengembalian fungsi lahan eks kampong Texas sebagai taman religi. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Informasi
dari media online baik grup WA maupun Facebook memicu warga muslim untuk
bersiap dan datang ke lokasi masjid untuk “melindungi” masjid dari kemungkinan
terjadinya serangan fisik dari pihak Makapetor. Mursyid dan Joko mengakui bahwa
ratusan warga muslim yang berjaga di masjid Al-Khairiyah bersiap untuk
melakukan kontak fisik jika diperlukan. Mursyid bahkan sudah meminta izin
kepada istrinya untuk merelakan dirinya jika terjadi kemungkinan yang paling
buruk. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Pihak
muslim meyakinkan bahwa kedatangan warga muslim merupakan reaksi spontan dari
apa yang mereka dengar. Tidak ada kelompok radikal yang bermain dalam kasus
ini. Warga muslim berdatangan sebagai bentuk kepedulian mereka terhadap masjid
yang diisukan akan diserang oleh kelompok Makapetor dan sudah tersiar di media
sosial. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Massa
dari kelompok MAKAPETOR sebelum pukul 14.00 wita telah berkumpul untuk
melakukan demonstrasi. Menurut laporan dari Kapolresta Manado, Kombes hisar
Sialagan, massa aksi berjumlah sekitar 300 orang dengan coordinator lapangan
Wellen Kumaunang. Massa pengunjuk rasa terlebih dahulu berkumpul di lapangan
basket Mega Mas manado, kemudian dengan bergerak berjalan kaki menuju ke
kompleks ex Kampung Texas. Pada pukul 14.00 Wita, massa pengunjuk rasa tiba di
depan Mako polresta Manado dan langsung diterima oleh Kapolresta Manado. Saat
diterima oleh Kapolresta Manado, korlap aksi menyampaikan maksud dan tujuan
mereka, yaitu; <i>Pertama, </i>mengharapkan agar Kapolresta Manado dapat
memahami aksi unjuk rasa damai yang dilakukan sehingga mengizinkan mereka untuk
masuk ke lokasi ex Kampung Texas Kelurahan Wenang Utara Kecamatan Wenang Kota
manado. <i>Kedua, </i>Aksi unjuk rasa ini dilakukan karena adanya penyimpangan
dalam pembangunan ex Kampung Texas. <i>Ketiga, </i>mengharapkan Walikota
Manado, Vicky lumentut untuk hadir di lokasi aksi tersebut dalam waktu 30
menit. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Penyampaian
dari korlap aksi tersebut kemudian ditanggapi oleh Kapolresta manado dengan
mengatakan bahwa; <i>Pertama,</i>Kehadiran pihak kepolisian di tempat ini untuk
mengamankan aksi unjuk rasa damai yang dilakukan. <i>Kedua</i>, pihak
kepolisian tidak memiiki wewenang untuk menghadirkan bapak Walikota manado di
tempat ini serta tidak memiliki kapasitas dalam mengambil keputusan. Oleh
karena itu, Kapolresta Manado memberikan solusi kepada pengunjuk rasa untuk
menyampaikan aspirasi mereka langsung ke Pemkot Manado. Tanggapan dari
Kapolresta Manado ini ditanggapi kembali oleh Korlap dengan mengatakan; <i>Pertama,
</i>Memohon sekali kepada pihak Kapolresta untuk mengizinkan mereka masuk ke ex
Kampung Texas. <i>Kedua, </i>Menolak menyampaikan aspirasi di Pemkot Manado
karena sasaran utama adalah ex Kampung Texas serta tuntutan mereka masih sama
dengan tuntutan yang disampaikan pada tanggal 25 Maret 2015 yang lalu namun
tidak ditindak lanjuti oleh Pemkot Manado. Adapun tuntutan pihak pengunjuk rasa
adalah: a) Meminta mengembalikan kembali pembangunan taman religi di ex Kampung
Texas di mana saat ini pembangunanya sudah beralih fungsi. b) Meminta kepada
pemerintah kota untuk mempercepat pembangunan taman wisata religi. c) Meminta
kepada Pemkot Manado untuk membongkar bangunan liar tidak termasuk Mesjid yang
dibangun di lahan ex Kampung Texas karena tidak memiliki IMB serta surat-surat
lainnya. d) Kesepakatan yang telah disepakati dengan Pemkot Manado pada tanggal
28 maret 2015 untuk segera menyelesaikan permasalahan ex Kampung Texas yang
tercanntum dalam 3 poin di atas sampai dengan saat ini tidak dilaksanakan,
malahan bangunan yang berada di ex Kampung Texas sudah semakin besar. Menurut Welen
Kumaunang, permasalahan tersebut tetap terus mereka dengungkan karena sebagai
orang Minahasa harga diri mereka seakan telah terinjak-injak. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Setelah
melakukan negosiasi antra pihak Kapolresta Manado dengan pihak pengunjuk rasa
akhirnya disetujui untukmengizinkan 9 orang perwakilan untuk masuk ke lokasi ex
Kampung Texas. Adapun 9 orang perwakilan tersebut adalah: Welen kumaunang,
Maikel Manoppo, Donny Lasut, Jemmy Monintja, Pdt. J. Sampelan, Pdt. Rocky
Ronoko, Alva Borong, Steven Kambuan, dan Gilby Roeroe. 9 perwakilan tersebut
dengan diantar oleh pihak kepolisian kemudian masuk ke lokasi ex Kampung Texas
untuk melihat bangunan di lokasi tersebut. Saat berada di lokasi tersebut
perwakilan massa berdialog dengan Imam Mesjid Al-Khairiyah, Hariyanto Halid.
Dalam dialog tersebut Imam Mesjid Al-Khairiyah menyatakan bahwa; <i>Pertama, </i>sebagian
tanah di kompleks ex Kampung Texas ini sebagian besar telah dijual oleh pihak
Pemkot Manado kepada pihak swasta untuk dijadikan ruko. <i>Kedua, </i>Tanah di
ex kompleks Kampung Texas ini merupakan tanah negara yang telah ditempati oleh
umat muslim sejak tahun 1968 sehingga sesuai dengan Undang-undang Darurat
Agraria bahwa tanah negara yang telah dihuni selama 20 tahun atau lebih
penghuni di atas tanah tersebut memiliki hak atas tanah tersebut. <i>Ketiga</i>,
Permasalahannya sampai saat ini Pemkot Manado belum juga mengeluarkan
sertifikat atas tanah mesjid tersebut. <i>Keempat, </i>Dengan adanya
pembangunan ruko oeh pihak swasta di samping mesjid mengakibatkan umat Islam
kesulitan untuk beribadah apalagi kalau shalat Jumat karena jumlah umat yang
hadir jumlahnya sangat banyak. <i>Kelima</i>, Pada saat perencanaan pembangunan
taman wisata religi Pemkot Manado yang pada saat itu dipimpin Walikota Jimmy
Rimbarogi tidak menghargai umat Islam karena di tempat tersebut telah berdiri
mesjid yang telah difungsikan untuk kebutuhan ibadah umat Islam. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Pernyataan
imam mesjid tersebut ditanggapi oleh Welen Kumaunang dengan mengatakan bahwa; <i>Pertama,
</i>bahwa Aliansi MAKAPETOR tidak pernah mempermasalahkan berdirinya mesjid di
atas lahan ex Kampung texas namun yang dipermasalahkan adalah beralih fungsinya
pembangunan yang dahulunya ditujukan untuk pembangunan taman wisata religi
namun sampai saat ini belum juga dibangun bahkan sebagian tanah telah dijual
kepada pihak swasta untuk dijadikan ruko. <i>Kedua, </i>Status tanah ini
sebenarnya adalah status quo berdasarkan hasil pertemuan dengan Kapolda Sulut,
namun pembangunan tetap berjalan. <i>Ketga, </i>Jika pak imam mesjid memiliki
bukti-bukti bahwa ada permasalahan di tanah ex Kampung Texas maka mari
bersama-sama untuk mempertanyakan dan melaporkan pihak Pemkot Manado agar
permasalahan ini bisa diselesaikan. <i>Keempat, </i>mari bersama-sama mencari
solusi dari permasalahan ini dan jangan kita saling membenci satu sama lain
yang berujung pada perkelahian. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Setelah
dilakukan dialog kedua belah pihak kemudian sepakat bersama untuk mencari
permasalahan dengan mempertanyakan pembangunan ruko oleh pihak swasta di atas
tanah yang rencananya akan dibangun taman wisata religi. Perwakilan pengunjuk
rasa bersama-sama dengan umat muslim memasang spanduk di lokasi tersebut yang bertuiskan;
“Tanah ini akan Dibangun taman Wisata Religi” dan dilanjutkan dengan foto
bersama. Aksi unjuk rasa ini kemudian ditutup dengan doa yang dibacakan oleh
Welen Kumaunang selaku korlap aksi. Pukul 17.00 Wita massa pengunjuk rasa
membubarkan diri dan kembali berkumpul di titik kumpul semula di kompleks
lapangan basket Mega Mas Manado. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Versi
yang didapatkan dari rilis Kapolresta ini ketika dikonfirmasi dengan saksi
kejadian yaitu Joko Sutrisno selaku mantan Ketua Forum Penyelamat Mesjid
Al-Khairiyah, Mursyid Laiya (Mantan Panglima Brigade Mesjid Sulut) dan Haryanto
Halid (Imam Mesjid Al-Khairiyah) mebantah beberapa hal kronologi tersebut.
Menurut mereka sasaran utama dari aksi tersebut adalah menggugat pembangunan
Mesjid Al-Khairiyah, gugatan terhadap bangunan ruko dan tuntutan atas
pembangunan taman wisata religi tersebut hanyalah alibi untuk menutupi tujuan
mereka yang sebenarnya. Pada saat kejadian massa aksi sudah tidak punya iktikad
baik untuk aksi damai, karena massa aksi sebagian diantaranya membawa senjata
tajam dan berteriak-teriak menuntut pembongkaran Mesjid Al-Khairiyah. Massa
yang dating juga ternyata diketahui banyak diantaranya tidak berasal dari
Manado, melainkan berasal dari luar Manado seperti Bitung, Tomohon, Tondano,
Minsel, dan daerah lain di luar Manado. Mereka juga mempertanyakan klaim
MAKAPETOR yang mengatasnamakan masyarakat adat Minahasa yang merasa memiliki
tanah tersebut, karena jika ditilik dari sejarah wilayah pesisir sebenarnya
merupakan kawasan orang Bantik dan bukan Minahasa yang sebenarnya mereka
bermukim di wilayah pegunungan. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Menurt
ketiga informan tersebut, aksi yang berlangsung bukanlah aksi damai dan hamper
saja terjadi bentrokan antara massa yang dating dan umat Islam yang telah
bersiaga di mesjid. Jika sekiranya aksi tersebut ditujukan sebagai aksi damai,
kenapa mereka memaksa masuk ke lokasi yang <i>notabene </i>adalah lokasi Mesjid
Al-Khairiyah dan mereka memaksa masuk untuk berdialog dengan Imam Mesjid. Hal
ini menunjukkan bahwa arah aksi mereka adalah teror kepada pembangunan Mesjid
Al-Khairiyah. Hampir terjadi bentrokan ketika massa memaksa masuk dan umat
Islam sudah bersiap untuk bentrok fisik jika massa mendekat. Untungnya diantara
kedua kelompok massa tersebut ada barikade aparat sebanyak 3 lapis, sehingga
kedua kelompok massa tidak sempat bertemu. Di tengah ketegangan tersebut,
tiba-tiba seorang anggota kepolisian mengalami “kemasukan” dan berteriak
“Allahu Akbar” berulang kali dengan teriakan yang keras. Kejadian ini
menciutkan nyali massa unjuk rasa. Massa pengunjuk rasa menurut Joko Sutrisno
memaksa untuk memasang spanduk yang bertuliskan “Tanah ini akan Dibangun taman
Wisata Religi” di tembok mesjid, namun hal itu urung dilakukan karena
mendapatkan penentangan yang keras dari umat Islam, sehingga pemasangan spanduk
dialihkan tidak lagi di tembok mesjid. Spanduk tersebut hanya terpasang lebih
dari satu jam karena pada waktu Maghrib spanduk tersebut dilepas oleh jamaah
Mesjid Al-Khairiyah. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Menurut
kesaksian Joko dan Mursyid yang ada di lokasi kejadian menyatakan bahwa aksi
terseut memang dipersiapkan untuk chaos, namun karena adanya barikade aparat
chaos tidak sampai terjadi. Sasaran tembak dari pihak pengunjuk rasa MAKAPETOR
adalah pembangunan Mesjid Al-Khairiyah. Ada problem identitas yang mereka tidak
bisa terima karena di kawasan yang telah menjadi <i>landmark </i>Kota Manado
yaitu Jembatan Soekarno yang sekaligus juga merupakan pusat Kota Manado berdiri
sebuah mesjid yang megah. Hal ini menjadi problematic bagi ikon Manado yang
dikenal sebagai Kota “Seribu Gereja”. Dengan demikian menurut Joko sejatinya
yang diinginkan dari massa unjuk rasa dan dengan memaksakan dibangunnya taman
religi di lokasi tersebut adalah upaya menghilangkan atau setidaknya
mengecilkan Mesjid Al-Khairiyah. Menurut pak imam Haryanto Halid, mereka akan
terus melanjutan pembangunan mesjid apa pun yang terjadi. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Pasca
kejadian aksi massa MAKAPETOR pada Rabu 26 Oktober 2016 marak informasi di
media sosial terkait hal tersebut hingga merembet pada persoalan agama antara
Muslim dan Kristen di manado. Reaksi dari kalangan tokoh muslim Manado sendiri
beragam, ada yang menganggap bahwa aksi unjuk rasa tersebut pada dasarnya
hendak menggugat eksistensi dan pembangunan Mesjid Al-Khairiyah. Meski ada juga
yang beranggapan bahwa inti persoalannya adalah pembangunan mesjid Al-Khairiyah
yang mengambil lahan di samping bangunan awal tanpa izinlah yang memicu
aksi-aksi tersebut. Di Kalangan tokoh muslim Manado memang telah muncul pro dan
kontra terkait pembangunan taman religi di kawasan tersebut, sebagian tokoh
termasuk Imam Mesjid Al-Khairiyah menolak pembangunan taman wisata religi di
lokasi tersebut namun sebagian tokoh Islam yang lain setuju dengan pembangunan
taman wisata religi dengan catatan tidak mengganggu fungsi mesjid selaku tempat
ibadah. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Beberapa
aktivis muslim dari beberapa ormas keislaman dengan difasilitasi oleh Benny
Ramdani selaku Senator dari Sulawesi Utara melakukan pertemuan di Kantor MUI
Sulawesi Utara pada hari Sabtu Malam tanggal 29 Oktober 2016. Dalam pengamatan
peneliti yang hadir dalam pertemuan tersebut, aktivis muslim yang hadir pada
pertemuan itu sebanyak 12 orang. Beragam pandangan muncul dalam pertemuan yang
berlangsung lebih kurang 2 jam tersebut. Benny Ramdani memulai pembicaraan
dengan mengemukakan beberapa poin penting. Menurut Benny, Mesjid Al-Khairiyah
yang telah dibangun sejak tahun 1968 dapat dijadikan situs sejarah kerukunan
dan toleransi di Manado dengan pertanda diterimanya agama Islam sebagai agama
yang dipeluk oleh sebagian penduduk Manado. Benny juga menegaskan bahwa pemerintah
harus pro aktif guna menyelesaikan permasalahan status tanah Mesjid
Al-Khairiyah karena Mesjid Al-Khairiyah tetap harus ada dan fungsional sebagai
tempat iabdah. Lebih lanjut Benny mengatakan perlu adanya komunikasi dan
koordinasi dengan pihak kepolisiaan agar tidak ada lagi aksi demo di lokasi
Mesjid Al-Khairiyah dari massa MAKAPETOR. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Umumnya
peserta rapat memberikan penegasan tentang perlunya persatuan segenap umat
Islam untuk memperjuangkan status legalitas tanah Mesjid Al-Khairiyah dan
pembangunan Mesjid Al-Khairiyah harus tetap terus dilaksanakan. Seluruh peserta
juga menegaskan untuk mencegah berbagai pihak agar tidak mempolitisasi
persoalan terkait Mesjid Al-Khairiyah. Diantara rekomendasi dari pertemuan
tersebut ditindaklanuti dengan mengadakan audiens kepada pihak Kapolda dan
pemerintah provinsi dalam hal ini Wakil Gubernur Sulawesi Utara pada hari Senin
tanggal 31 Oktober 2016. Namun, hingga hari yang dijadwalkan pertemuan tersebut
belum sempat dilakukan. Hingga penelitian ini dilakukan tokoh-tokoh muslim
terus melakukan pembicaraan dan upaya strategis guna menghindari kejadian aksi
massa selanjutnya dan eksistensi serta fungsi Mesjid Al-Khairiyah tetap
bertahan. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Persoalan
Masjid Al-Khairiyah sejatinya adalah persoalan kebijakan. Pasca pengosongan
wilayah pemukiman, pihak Pemerintah Kota berencana membangun taman religi yang
menegaskan ekspresi simbolik dari adagium Sulawesi Utara sebagai wilayah yang
paling rukun di nusantara. Rencana ini mendapat penolakan dari pihak pengurus
Masjid karena taman religi akan mematikan fungsi masjid dari fungsional menjadi
artifisial. Apalagi Imam Masjid Al-Khairiyah pernah melihat <i>masterplan </i>taman
religi dan menilai kurang adil karena gambar gereja lebih besar daripada
bangunan rumah ibadah yang lain. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Atas
rencana itu, pihak masjid melakukan “perlawanan simbolik” menolak ide taman
religi dengan memperluas lahan pembangunan masjid. Panitia pembangunan masjid
dibentuk dan tiang-tiang besar sudah dipancang. Tindakan ini dianggap sebagai <i>show
power </i>dari pihak masjid yang kemudian memicu terjadi gelombang protes dari
warga Manado yang direpresentasi oleh Aliansi Makapapetor. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Keadaan
semakin runyam ketika di area sekitar masjid yang semula menjadi lahan taman
religi sudah berdiri rumah toko (ruko) untuk kepentingan bisnis. Hal ini
semakin memperkuat keinginan pihak masjid untuk tetap melanjutkan pembangunan
karena menganggap rencana pembangunan taman religi hanya konsep belaka, bukan
upaya serius. Bahkan ada yang mengatakan taman religi hanya isu yang menjadi
landasan agar masjid di bongkar dan kepentingan bisnis masuk. Hal ini terlihat
dari sertifikat pemerintah kota atas tanah itu yang menunjukkan kalau tanah di
eks kampun Texas adalah tanah kosong.<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Demontrasi
pihak Makapetor yang mendesak pemerintah kota untuk menertibkan bangunan liar
dipahami oleh pihak masjid sebagai upaya untuk menjadikan masjid sebagai
sasaran. Pihak masjid merasa, Makapetor hanya menjadikan lahan taman religi
sebagai alasan untuk menolak keberadaan atau perluasan pembangunan masjid
Al-Khairiyah. Makapetor dianggap tidak rela apabila di areal yang strategis
(berada di bawah jembatan Soekarno) berdiri sebuah masjid megah. Hal inilah
kemudian memicu “perlawanan” dari pihak muslim terhadap rencana demonstrasi
Makapetor terhadap masjid. </span><span style="font-family: "Accanthis ADF Std No2", serif; font-size: 11pt;"><o:p></o:p></span></div>
DR. HAMZAH HARUN AL-RASYID, M.A.http://www.blogger.com/profile/13478867788040025890noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-13766207433678458.post-49036680950592380402018-01-15T06:47:00.001-08:002018-01-15T06:47:45.106-08:00Kasus Tolikara di Papua <div class="Pa24" style="margin: 2pt 0cm; text-align: right;">
<span style="font-size: 14.6667px;"><b><i>HAMZAH HARUN AL RASYID, M.A & SAPRILLAH</i></b></span></div>
<div class="Pa24" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 2.0pt; text-align: justify;">
<b><span style="font-size: 11pt;">Hari raya </span></b><span style="font-size: 11pt;">idul
fitri pada bulan Juli 2015, masyarakat Indonesia dikagetkan dengan berita
terbakarnya musala tempat umat Islam di Kabupaten Tolikara melakukan ibadah
salat idul fitri. Ada dua versi yang berkembang, versi pertama menyebutkan
bahwa kelompok radikal Kristen dari denominasi GIDI (Gereja Injili di
Indonesia) </span></div>
<a name='more'></a>memang sengaja membakar masjid. Versi kedua menyebutkan bahwa mereka
hanya membakar kios yang kemudian merembet ke musala. Persoalannya adalah
musala itu terbakar. Musala adalah simbol dari agama Islam. <o:p></o:p><br />
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Hasil
<i>fact finding </i>tim peneliti Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI (Sabara,
2015) menjelaskan kronologi kasus Tolikara, sebagai berikut:</span><span class="A3"><span style="font-size: 11.0pt;"> </span></span><span style="font-family: "Accanthis ADF Std No2", serif; font-size: 11pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa3" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">a.
Pagi hari pada tanggal 17 Juli 2015 sekitar jam 07.00 WIT, ketika saat shalat
Id berlangsung, datang sekitar lima ratusan pemuda GIDI memaksa agar shalat Id
dibubarkan sambil menyampaikan kata-kata tidak senonoh : “tidak boleh shalat di
sini anjing” dan “babi” yang disertai dengan pelemparan batu kepada jamaah
shalat Id. (wawancara dengan Kapolres Tolikara dan Kyai Abu Mawakib, Ketua MUI
Tolikara, tanggal 22 Juli 2015). Menurut versi Lettu Inf TNI Wahyudi Hendra,
Komandan Pos Pengamanan Daerah Rawan (Pos Pam Rawan) mengaku, pada takbir kedua
sudah mendengar suara massa yang memprovokasi dengan melempar atap seng kios
dan teriakan-teriakan hentikan shalat. Mendengar itu, Lettu Wahyudi langsung
meninggalkan shalat sambil mengajak pasukan lainnya yang tengah shalat.Wahyudi
langsung memerintahkan memperkuat anggota TNI yang tengah berjaga bersama
Brimob dan anggota polisi Polres. Sementara itu, Kapolres meninggalkan shalat
saat takbir ke-7. Bahkan Kapolres meminta agar Imam menhentikan Shalat. “Pak
Ustadz, sudah hentikan nggak usah dilanjutkan.” Kapolres langsung balik kanan
dan langsung menugaskan anggota polisi untuk mengamankan ibu-ibu dan anak-anak
ke belakang kantor Koramil. Menurut Kapolres, massa yang pertama mendesak masuk
dari titik pertama berjumlah 150 orang. Massa dari titik ini melakukan
penyerangan pelemparan batu. Kapolres bersama 10 orang petugas gabungan dari
Polisi, Brimob, dan TNI mencoba menghalau massa sambil bernegosiasi dengan
massa. “Saya Kapolres, mohon jangan melempar.” Massa berhasil dihalau
(Wawancara dengan Kapolres, tanggal 22 Juli 2015) <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa3" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">b.
Sementara, massa dari titik kedua mulai merangsek masuk jalan samping Koramil.
Kapolres beranjak ke titik massa kedua, “Dikhawatirkan massa itu akan menerobos
masuk ke arah lapangan Koramil.” Kapolres kembali melakukan negosiasi dengan
memegang megaphone yang dibawa oleh massa yang ingin menghentikan shalat Id.
“Saya Kapolres, saya sudah koordinasi dengan Bupati dan Presiden GIDI.” <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa3" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">c.
Massa dari arah lain masih melakukan pelemparan. Menurut pengakuan Kapolres,
dia harus berlari ke setiap sudut dari mana arah massa datang, untuk mencoba
menghentikan pergerakan massa. Tapi massa tetap tidak bergeming, pelemparan
tetap terjadi kepada jama’ah shalat Id. Meski demikian, massa tidak dapat
mendekati area shalat karena ada pagar berduri (lokasi shalat bertempat di
halaman Koramil dan sedikit di bawah jalan sehingga mudah menjadi sasaran
pelemparan). <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa3" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">d.
Menurut pengakuan Kapolres lebih lanjut, ketika sedang mencoba menghalau massa,
tiba-tiba dari arah timur kompleks Koramil, terdengar suara tembakan (dari
aparat keamanan). Dari laporan Kapolres, tembakan pertama diarahkan ke udara
untuk memberikan peringatan kepada massa yang tidak menggubris. Akhirnya aparat
melepaskan tembakan ke tanah hingga mengakibatkan 12 orang luka. Salah satu
dari korban luka ini kemudian diketahui meninggal dunia. Kapolres yang masih
menghalau gelombang massa di titik pertama mengaku mendapatkan pukulan di dada
kiri. Bahkan, Kapolres menyaksikan, Bupati yang datang menghalau massa itu
diabaikan, bahkan sempat terdorong desakan massa. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa3" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">e.
Setelah jatuhnya korban, sekelompok massa dari arah timur membakar kios hingga
merembet ke masjid. Versi korban pemilik kios menyebut bahwa kios penjual
bensin sengaja terlebih dahulu dibakar dengan tujuan agar api ikut membakar
masjid. Api semakin mudah menjalar ke bangunan dan kios lainnya karena di
lokasi tidak ada fasilitas pemadam kebakaran (Wawancara dengan salahsatu
pemilik kios yang terbakar). <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa3" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">f.
Ketika Tim melakukan konfirmasi ke Pendeta Dorman Wandikbo. Dia menyampaikan
kronologis yang berbeda terhadap insiden Tolikara. Menurut penjelasannya :
“Sejumlah peserta KKR melakukan protes lantaran pengeras suara atau TOA yang
digunakan dalam shalat Idul Fitri itu mengganggu acara yang juga tengah digelar
oleh pemuda GIDI. Kedatangan massa GIDI ke lokasi shalat Id adalah dengan
maksud baik untuk berdialog / bernegosiasi. Namun, mereka disambut oleh
tembakan aparat yang membuat situasi menjadi kacau, terlebih setelah diketahui
adanya satu orang meninggal dunia akibat rentetan tembakan tersebut. Akibatnya,
warga kemudian membakar kios di sekitar lokasi. Namun, api merembet ke mushalla
karena terbuat dari kayu dan berdekatan dengan kios”. Untuk itu Presiden GIDI
menyampaikan permintaan maaf kepada umat Islam (Wawancara dengan Dorman
Wandikbo, Presiden GIDI, tanggal 20 Juli 2013). <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa26" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 5.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Kasus pembakaran
musala adalah puncak dari relasi umat Islam dan Kristen khususnya denominasi
GIDI. Orang Kristen GIDI mengklaim Tolikara sebagai wilayah suci mereka, dimana
kelompok lain harus hidup berdasarkan aturan yang mereka buat. Ini tercermin
dari menyebarnya surat edaran yang berisi poin-poin yang menyudutkan umat
Islam. Isi surat edaran tersebut: 1) umat Islam dilarang shalat ied dan
merayakan hari raya di kabupaten Tolikara. 2) umat muslimah dilarang memakai
jilbab di Tolikara. 3) Pelarangan pendirian Gereja selain gereja GIDI. Tiga
maklumat ini sejatinya adalah bentuk arogansi dari denominasi Kristen GIDI
terhadap umat lain, bukan hanya kepada umat Islam belaka tetapi juga kepada
denominasi diluar GIDI. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Hasil
<i>fact finding </i>tim peneliti Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama
(Sabara, 2015) tentang kasus Tolikara menyimpulkan bahwa:</span><span class="A3"><span style="font-size: 11.0pt;"> </span></span><span style="font-family: "Accanthis ADF Std No2", serif; font-size: 11pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa3" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">1.
Akar permasalahan adalah klaim GIDI atas tanah Tolikara sebagai tanah suci
mereka, sehingga mereka tidak membolehkan adanya kelompok agama lain maupun
denominasi Kristen lain yang eksis dan mendirikan tempat ibadah di Tolikara.
Klaim dan ekses dari klaim tersebut telah melanggar Pasal 29 ayat 2 UUD 1945
yang menjamin kebebasan beragama dan beribadah bagi seluruh rakyar Indonesia. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa3" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">2.
Acara Kebaktian Kebangunan Ruhani (KKR) Pemuda GIDI yang dilangsungkan di
Tolikara pada tanggal 15- 19 2015 Juli dan bertepatan dengan hari raya Idul
Fitri dan beredarnya surat pelarangan dari GIDI wilayah Toli merupakan pemicu
langsung dari kerusuhan di hari Idul Fitri. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa3" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">3.
Presiden GIDI dan Bupati Tolikara selaku ketua Panitia KKR Pemuda GIDI harus
bertanggungjawab atas kerusuhan yang terjadi. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa3" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">4.
Bangunan tempat ibadah umat Islam yang dibakar atau ikut terbakar adalah
masjid. Pembakaran rumah ibadah tersebut dilakukan dengan adanya unsur
kesengajaan dari pihak GIDI. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa3" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">5.
Penembakan yang dilakukan oleh pihak keamanan merupakan tembakan peringatan
dengan tujuan untuk melumpuhkan massa, karena situasi massa yang semakin
beringas dan tidak terkendali. </span><span style="font-family: "Accanthis ADF Std No2", serif; font-size: 11pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa3" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">6.
Tidak benar jika dikatakan penyebab kerusuhan karena umat Islam menyelenggarakan
takbiran dan shalat Idul Fitri dengan menggunakan pengeras suara yang
mengganggu kenyamanan warga setempat. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa3" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">7.
GIDI merupakan kelompok agama yang ekslusif yang melarang kelompok agama lain
untuk eksis dan menjalankan ibadah serta menampilkan simbol-simbolnya di
Tolikara yang mereka klaim sebagai tanah suci. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa3" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">8.
GIDI memiliki hubungan dengan zionis Israel dan OPM. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa3" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">9.
Perda yang dijadikan landasan oleh GIDI untuk melakukan pelarangan pendirian
rumah ibadat agama lain dan penggunaan simbol-simbol keagamaan lain tidak jelas
keberadaannya. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa3" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">10.
Kerusuhan di Karubaga kabupaten Tolikara pada hari Idul Fitri tanggal 17 juli
2015 bukanlah kerusuhan berlatar belakang murni agama. Agama hanya menjadi
kamuflase dari akar masalah yang sebenarnya, yaitu kepentingan zionis dan OPM.
Oleh karena itu, konflik Karubaga harus dipandang bukan sebagai masalah agama,
melainkan masalah Kedaulatan dan Keutuhan NKRI. <o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="Pa3" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">11.
Radikalisme keagamaan yang ditunjukan oleh GIDI di Tolikara terkait dengan
konteks sosial politik yang mempengaruhinya. Sehingga sikap intoleransi
keagamaan yang ditunjukan oleh oknum GIDI Tolikara yang menjadi peserta KKR
bukanlah representasi GIDI secara keseluruhan. Buktinya anggota GIDI di
berbagai daerah di Indonesia hidup rukun dengan pemeluk agama lainnya. </span><span style="font-family: "Accanthis ADF Std No2", serif; font-size: 11pt;"><o:p></o:p></span></div>
DR. HAMZAH HARUN AL-RASYID, M.A.http://www.blogger.com/profile/13478867788040025890noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-13766207433678458.post-48633777020576411982018-01-15T06:42:00.000-08:002018-01-15T06:42:12.651-08:00Pemuda dan Radikalisme Agama <div class="Pa24" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 2.0pt; text-align: justify;">
<b><span style="font-size: 11pt;">Ada temuan </span></b><span style="font-size: 11pt;">menarik
dari penelitian Tim Peneliti Bidang Kehidupan Keagamaan (2016), bahwa ada
segelintir siswa yang menyatakan diri bersedia untuk ikut dalam gerakan
radikalisme agama, bahkan secara vulgar ada sekitar 10% siswa yang menyatakan
bersedia melakukan bom bunuh diri. Riset yang mengambil sampel di lima kota di
Kawasan Timur Indonesia, yaitu Samarinda, Makassar, Ambon, Palu, dan Kendari.
Temuan riset </span></div>
<a name='more'></a>menunjukkan bahwa gejala siswa yang siap melakukan bom bunuh diri
terjadi di semua kota, dengan peta sebagai berikut: <o:p></o:p><br />
<table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoNormalTable" style="border-collapse: collapse; border: none; margin-left: -5.4pt; mso-padding-alt: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-table-layout-alt: fixed;">
<tbody>
<tr style="height: 15.4pt; mso-yfti-firstrow: yes; mso-yfti-irow: 0;">
<td style="border: none; height: 15.4pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 73.4pt;" valign="top" width="98">
<div align="center" class="Pa30" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: center;">
<b><span style="font-size: 11pt;">Kota
</span></b><span style="font-size: 11pt;"><o:p></o:p></span></div>
</td>
<td style="border: none; height: 15.4pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 73.4pt;" valign="top" width="98">
<div align="center" class="Pa30" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: center;">
<b><span style="font-size: 11pt;">Sangat
Bersedia </span></b><span style="font-size: 11pt;"><o:p></o:p></span></div>
</td>
<td style="border: none; height: 15.4pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 73.4pt;" valign="top" width="98">
<div align="center" class="Pa30" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: center;">
<b><span style="font-size: 11pt;">Bersedia
</span></b><span style="font-size: 11pt;"><o:p></o:p></span></div>
</td>
<td style="border: none; height: 15.4pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 73.4pt;" valign="top" width="98">
<div align="center" class="Pa30" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: center;">
<b><span style="font-size: 11pt;">Jumlah
Responden </span></b><span style="font-size: 11pt;"><o:p></o:p></span></div>
</td>
</tr>
<tr style="height: 7.35pt; mso-yfti-irow: 1;">
<td style="border: none; height: 7.35pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 73.4pt;" valign="top" width="98">
<div class="Pa7" style="margin-bottom: 2.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Palu <o:p></o:p></span></div>
</td>
<td style="border: none; height: 7.35pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 73.4pt;" valign="top" width="98">
<div align="center" class="Pa30" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: center;">
<span style="font-size: 11pt;">3
<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td style="border: none; height: 7.35pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 73.4pt;" valign="top" width="98">
<div align="center" class="Pa30" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: center;">
<span style="font-size: 11pt;">14
<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td style="border: none; height: 7.35pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 73.4pt;" valign="top" width="98">
<div align="center" class="Pa30" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: center;">
<span style="font-size: 11pt;">220
<o:p></o:p></span></div>
</td>
</tr>
<tr style="height: 7.35pt; mso-yfti-irow: 2;">
<td style="border: none; height: 7.35pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 73.4pt;" valign="top" width="98">
<div class="Pa7" style="margin-bottom: 2.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Ambon <o:p></o:p></span></div>
</td>
<td style="border: none; height: 7.35pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 73.4pt;" valign="top" width="98">
<div align="center" class="Pa30" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: center;">
<span style="font-size: 11pt;">10
<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td style="border: none; height: 7.35pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 73.4pt;" valign="top" width="98">
<div align="center" class="Pa30" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: center;">
<span style="font-size: 11pt;">29
<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td style="border: none; height: 7.35pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 73.4pt;" valign="top" width="98">
<div align="center" class="Pa30" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: center;">
<span style="font-size: 11pt;">220
<o:p></o:p></span></div>
</td>
</tr>
<tr style="height: 7.35pt; mso-yfti-irow: 3;">
<td style="border: none; height: 7.35pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 73.4pt;" valign="top" width="98">
<div class="Pa7" style="margin-bottom: 2.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Kendari <o:p></o:p></span></div>
</td>
<td style="border: none; height: 7.35pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 73.4pt;" valign="top" width="98">
<div align="center" class="Pa30" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: center;">
<span style="font-size: 11pt;">4
<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td style="border: none; height: 7.35pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 73.4pt;" valign="top" width="98">
<div align="center" class="Pa30" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: center;">
<span style="font-size: 11pt;">17
<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td style="border: none; height: 7.35pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 73.4pt;" valign="top" width="98">
<div align="center" class="Pa30" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: center;">
<span style="font-size: 11pt;">220
<o:p></o:p></span></div>
</td>
</tr>
<tr style="height: 7.35pt; mso-yfti-irow: 4;">
<td style="border: none; height: 7.35pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 73.4pt;" valign="top" width="98">
<div class="Pa7" style="margin-bottom: 2.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Makassar <o:p></o:p></span></div>
</td>
<td style="border: none; height: 7.35pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 73.4pt;" valign="top" width="98">
<div align="center" class="Pa30" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: center;">
<span style="font-size: 11pt;">5
<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td style="border: none; height: 7.35pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 73.4pt;" valign="top" width="98">
<div align="center" class="Pa30" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: center;">
<span style="font-size: 11pt;">17
<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td style="border: none; height: 7.35pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 73.4pt;" valign="top" width="98">
<div align="center" class="Pa30" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: center;">
<span style="font-size: 11pt;">220
<o:p></o:p></span></div>
</td>
</tr>
<tr style="height: 7.35pt; mso-yfti-irow: 5;">
<td style="border: none; height: 7.35pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 73.4pt;" valign="top" width="98">
<div class="Pa7" style="margin-bottom: 2.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Samarinda <o:p></o:p></span></div>
</td>
<td style="border: none; height: 7.35pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 73.4pt;" valign="top" width="98">
<div align="center" class="Pa30" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: center;">
<span style="font-size: 11pt;">1
<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td style="border: none; height: 7.35pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 73.4pt;" valign="top" width="98">
<div align="center" class="Pa30" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: center;">
<span style="font-size: 11pt;">14
<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td style="border: none; height: 7.35pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 73.4pt;" valign="top" width="98">
<div align="center" class="Pa30" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: center;">
<span style="font-size: 11pt;">220
<o:p></o:p></span></div>
</td>
</tr>
<tr style="height: 7.4pt; mso-yfti-irow: 6; mso-yfti-lastrow: yes;">
<td colspan="3" style="border: none; height: 7.4pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 220.3pt;" valign="top" width="294">
<div align="center" class="Pa30" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: center;">
<b><span style="font-size: 11pt;">Jumlah
</span></b><span style="font-size: 11pt;"><o:p></o:p></span></div>
</td>
<td style="border: none; height: 7.4pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 73.4pt;" valign="top" width="98">
<div align="center" class="Pa30" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: center;">
<b><span style="font-size: 11pt;">1100
</span></b><span style="font-size: 11pt;"><o:p></o:p></span></div>
</td>
</tr>
</tbody></table>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<br /></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Data
pada tiga tabel diatas menunjukkan bahwa fenomena “persetujuan” terhadap ajakan
bom bunuh diri sebagai bagian dari jihad tersebar di semua kota, semua jurusan
(kecuali bahasa, dan kesmas/SMK), dan semua jenis sekolah. Yang menarik adalah
jumlah tertinggi dari responden yang siap ikut bom bunuh diri ada di Kota
Ambon. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Temuan
riset ini patut diberi perhatian yang cukup serius. Mengingat jumlah kelompok
radikal tidak terlalu membutuhka jumlah yang sangat besar. Bibit atau potensi
radikalisme yang berbasis agama senantiasa ditemukan dalam setiap komunitas termasuk
di sekolah. Temuan riset ini juga menunjukkan adanya similiaritas dengan temuan
riset Wahid Institute (2015) yang mensinyalir adanya potensi radikalisme di
kalangan siswa hingga mencapai angka 7%. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Persetujuan
ini tentu bersifat persepsional, belum bersifat faktual. Tetapi, gejala respon
positif terhadap radikalisme bisa dipahami bahwa potensi radikalisme agama akan
terus menerus terjadi di negeri ini apabila gerakan <i>zero tolerance </i>terhadap
radikalisme agama tidak menjadi agenda utama. Selalu ada orang yang menyatakan
bersedia untuk melakukan tindakan kekerasan atas nama agama, bahkan hingga
titik yang paling radikal yaitu bom bunuh diri. Doktrin agama yang penetratif
bisa saja mentransformasi data persepsional ini menjadi data faktual. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Gejala
“permissif” terhadap radikalisme di kalangan kaum pelajar memang bukanlah
temuan riset yang baru. </span><span style="font-family: "Accanthis ADF Std No2", serif; font-size: 11pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Riset
Wahid Institute (2015) yang mensinyalir adanya potensi radikalisme di kalangan
siswa hingga mencapai angka 7%. Penelitian dari LaKIP yang dilakukan dalam
kurun waktu oktober 2010-januari 2011 pada 59 sekolah swasta dan 41 sekolah
negeri di Jabodetabek menunjukkan; hampir 50 % pelajar setuju dengan kekerasan,
14,2 % setuju dengan aksi terorisme dan 84,8 % juga setuju dengan penegakan
Syariat Islam. Gejala yang sama juga ditunjukkan oleh Penelitian Maarif
Institute. Dalam penelitian yang berjudul Pemetaan Problem Radikalisme di
Kalangan SMU Negeri di 4 Daerah, menunjukkan kecenderungan menguatnya
Radikalisme di kalangan siswa (Fanani, 2013). <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Gejala
ini bisa dipicu sejauh ini oleh bebasnya akses informasi melalui internet yang
memudahkan para siswa mendapatkan informasi yang terkait dengan isu keagamaan.
Sebagai parameter, seorang anak muda di Bombana (Sulawesi Tenggara) yang
membakar sebuah gereja karena terdorong dari hasil bacaan buku yang berisi
semangat jihad. Aksi pembakaran gereja ini tidak berlanjut karena warga
mengetahuinya dan menangkap sang pelaku. Refleksi personal terhadap buku bacaan
ini memunculkan spririt untuk melakukan tindakan-tindakan radikal seperti
membakar Gereja. Pun, perencana bom panci yang ditangkap oleh pihak Kepolisian
Bekasi mengakui terinspirasi dari bacaan internet. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Belum
ditemukan bukti signifikan yang mengindikasikan adanya kelompok radikal yang
secara sistematis memengaruhi sistem pembelajaran keagamaan di tingkat siswa
SMA. Artinya, gejala radikalisme yang muncul dalam persepsi “sedikit” siswa adalah
bentuk inisiasi personal atau keyakinan personal akibat dari pergulatan dengan
informasi keagamaan yang mudah terakses melalui jaringan internet. Seperti
pengakuan salah seorang siswa di salah satu sekolah di Makassar. “Kalau untuk
membela Islam, saya mau (melakukan) bom bunuh diri. Saya kira (bom bunuh diri)
itu tidak ada masalah dalam Islam. Biar bisa masuk surga <i>toh” </i>(Syamsurijal
dan Irfan Syuhudi, 2016). <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Terlepas
dari apa faktor yang memengaruhi perspektif para siswa tentang radikalisme
agama, sikap permissif terhadap radikalisme agama adalah sikap dasar keagamaan
yang bisa menimbulkan persoalan. Memang tidak ada korelasi bahwa siswa yang
menjawab “bersedia atau sangat bersedia ikut bom bunuh diri” akan benar-benar
melakukan tindakan tersebut. Namun, gejala ini cukup memberi penjelasan kepada
kita bahwa “pasar” gerakan radikalisme agama selalu tersedia setiap saat. <o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Fenomena
ini terlihat jelas di Indonesia. Sejak tahun 2000-2016, selalu saja ada
peristiwa bom bunuh diri yang terjadi. Kasus terakhir adalah bom di depan salah
satu gereja di Samarinda yang dilakukan oleh seorang eks narapidana dengan
kasus yang serupa. Kewaspadaan dan tindakan pencegahan terhadap segala bentuk
radikalisme agama tetap harus menjadi prioritas dan perhatian penting dari
pemerintah. </span><span style="font-family: "Accanthis ADF Std No2", serif; font-size: 11pt;"><o:p></o:p></span></div>
DR. HAMZAH HARUN AL-RASYID, M.A.http://www.blogger.com/profile/13478867788040025890noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-13766207433678458.post-52064544153568154012018-01-15T06:36:00.000-08:002018-01-15T06:36:16.305-08:00Analisis Berbagai Kasus Kekerasan dan Demonstrasi Atas Nama Agama<div class="Pa24" style="margin: 2pt 0cm; text-align: right;">
<span style="font-size: 14.6667px;"><b><i>HAMZAH HARUN AL RASYID, M.A & SAPRILLAH</i></b></span></div>
<div class="Pa24" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 2.0pt; text-align: justify;">
<b><span style="font-size: 11pt;">Kasus-kasus gerakan </span></b><span style="font-size: 11pt;">kekerasan
atau demonstrasi diatas adalah potret dari gerakan sosial keagamaan yang
direkam oleh media massa. Di luar itu, masih banyak kasus lain yang tidak
mendapatkan porsi pemberitaan oleh media massa tetapi merefleksikan adanya
problem keagamaan berbasis ideologi purifikasi dan radikal.</span></div>
<a name='more'></a> <o:p></o:p><br />
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Berbagai
kasus kekerasan berbasis agama diatas menunjukkan setidaknya tiga hal, <i>pertama.
</i>Kasus konflik Poso merupakan satu-satunya konflik berbasis agama yang
menyisakan kelanjutan kekerasan berbasis agama, setidaknya hingga kematian
Santoso pada tanggal 18 juli 2016. Militan sipil eks konflik Poso terus menerus
melakukan gerakan perlawanan terhadap pihak kepolisian. Konflik Ambon dan ATM
(Aralle, Tabulahan, dan Mambi) di Sulawesi Barat sejauh ini tidak melahirkan
militansi sipil seperti yang terjadi di Poso. Ekses yang tersisa di Ambon
adalah segregasi pemukiman warga Muslim dan Kristen. Sedangkan di ATM, konflik
yang terjadi tahun 2002-2004 tidak menyisakan ekses apa-apa. Situasi kehidupan
masyarakat di Aralle, Tabulahan, dan Mambi berjalan normal. Kasus Poso
mencerminkan adanya relasi gerakan radikalis internasional dengan gerakan Poso.
Ini yang menyebabkan gerakan Poso seperti mendapatkan nyawa untuk terus
melakukan perjuangan, meski hubungan sosial antar masyarakat pascakonflik sudah
berjalan dengan normal. Pasca kematian Abu Warda atau Santoso, disinyalir ada
perintah dari ISIS di Suriah untuk melakukan aksi balas dendam. Dalam sebuah
wawancara dengan VOA (Voice of America) Indonesia, Ali Fauzi, mantan anggota
Jamaah Islamiyah, menyatakan bahwa ada perintah ada perintah khusus dari
pimpinan kelompok teroris dunia Negara Islam Irak Suriah (ISIS) di Suriah agar
seluruh kelompok militan di Indonesia segera melakukan aksi balas dendam atas
kematian Santoso (dikutip dari www. VOAindonesia.com, diakses tanggal 16
Januari 2017). Lebih jauh, Ali Fauzi mengatakan bahwa kematian Santoso bukan
akhir dari gerakan terorisme di Indonesia. Berikut hasil petikan wawancaranya: <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa25" style="margin-bottom: 5.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 19.0pt; margin-top: 2.0pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 10pt;">Kalau kita konstruksi
tentang terorisme di Indonesia, mulai dari bom Bali 1, kemudian eksekusi
dilakukan oleh Pemerintah. Imam Samudra, Amrozi dan Mukhlas dieksekusi. Lalu
muncul dokter Azhari, lalu muncul lagi pemimpin baru Noordin M Top. Noordin M
Top ini tewas tertembak di Solo muncul lagi penggantinya. Saya pikir pasca tewasnya
Santoso ini juga akan ada pengganti dari Santoso. Entah itu dari Sulawesi atau
dari Jawa saya belum bisa sebutkan. Tetapi yang jelas kebiasaannya jika leader
pemimpin ini tewas akan muncul berikutnya.</span><span class="A3"><span style="font-size: 11.0pt;"> </span></span><span style="font-family: "Accanthis ADF Std No2", serif; font-size: 11pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Nalar
Ali Fauwzi tentang kesinambungan generasi pemimpin gerakan radikalisme agama di
Indonesia relatif benar. Kematian Santoso boleh jadi bukan menjadi penanda dari
akhir gerakan radikalisme di Indonesia, khususnya di Kawasan Timur Indonesia.
Pola yang terjadi selama ini menunjukkan indikasi ke arah tersebut. Apalagi,
jika asumsi tentang adanya keterkaitan gerakan radikalisme internasional
memiliki keterkaitan dengan gerakan radikalis nasional, maka akan muncul
kembali personal yang akan ditokohkan sebagai pimpinan gerakan baru. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Pendekatan
militer menjadi solusi tepat dalam menghadapi gerakan radikal sistemati seperti
gerakan MIT pimpinan Santoso. Ini karena gerakan radikal Santoso melakukan
perlawanan bersenjata dan menjadikan pihak keamanan, khususnya densus 88
sebagai musuh bebuyutannya. Pendekatan militer yang komprehensif bisa
memperlemah (kalau tidak bisa mematikan) akselerasi gerakan radikal tersebut.
Meski tidak ada jaminan gerakan MIT akan hilang, tetapi dengan meninggalnya
Santoso, kelompok MIT butuh waktu panjang untuk merehabilitasi atau melakukan
rekrutan baru untuk memperkuat jaringan mereka. Pendekatan militer yang terus
menerus dilakukan bisa memberi jaminan terhadap gejala perlawanan radikal. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<i><span style="font-size: 11pt;">Kedua,
</span></i><span style="font-size: 11pt;">kekerasan (beragama) yang terkait dengan politik. Eskalasi sosial
biasanya memang selalu menghangat setiap ada even politik. Kepentingan para
aktor politik biasanya saling berbenturan satu sama lain yang membentuk sosial <i>disorder.
</i>Agama biasanya menjadi “sumbu penghangat” yang mudah dimainkan. Sebagai
contoh riil adalah konflik di Mamasa. Konflik ini basisnya adalah pengaturan
wilayah pasca pemekaran kabupaten Polmas menjadi Kabupaten Polewali Mandar dan
Kabupaten Mamasa. Konflik kepentingan tapal batas ini kemudian berubah menjadi
konflik besar ketika isu agama mulai dimainkan. Dan, secara kebetulan dua kubu
yang sedang bertikai tentang tapal batas memang berbeda secara keyakinan
beragama. Karena agama berada pada domain yang paling penting dalam setiap
individu beragama, konflik ini pun meluas dari konflik tapal batas menjadi
konflik identitas keagamaan (Idham, 2009). </span><span style="font-family: "Accanthis ADF Std No2", serif; font-size: 11pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Politik
adalah ruang dimana ketegangan sosial bisa berubah eskalasi hingga pada
konflik. Kasus demonstrasi 411 dan 212 tidak bisa dilepaskan dari konteks
politik pemilukada Jakarta. Gerakan untuk menjegal Ahok sebagai <i>next
gubernur </i>sudah mulai terjadi sejak lama. Gerakan ini menemukan momentum
yang tepat ketika Ahok melakukan <i>split tangue </i>(kesalahan berbicara)
ketika pidato di Kepulauan Seribu. Isu ini berkembang cepat menjadi isu
nasional yang kemudian melahirkan gerakan demonstrasi berbasis agama terbesar
dalam sejarah manusia. Ada jutaan manusia berkumpul di Jakarta untuk mendesak
percepatan hukum kepada Ahok yang diduga melakuka penistaan ajaran agama Islam.
Posisi Ahok sebagai gubernur dan calon gubernur menjadi instrument penting
dalam peningkatan skala penolakan. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<i><span style="font-size: 11pt;">Ketiga,
</span></i><span style="font-size: 11pt;">konflik berbasis rumah ibadah. Fenomena sosial di Indonesia
menunjukkan bahwa rumah ibadah adalah sumber konflik yang paling rentan di
Indonesia. Di hampir semua wilayah pernah merasakan ketegangan yang bersumber
dari rumah ibadah. Kasus Pembakaran Masjid Tolikara, Kasus Masjid Al-Khairiyah
Manado, Kasus demonstrasi gereja Toraja yang disebutkan diatas adalah contoh
kasus yang direkam oleh media massa lokal dan nasional. Kasus rumah ibadah
tampaknya akan menjadi “sumber” konflik yang berkepanjangan. Polanya pun
relatif seragam. Di wilayah mayoritas muslim, gereja akan kesulitan berdiri. Di
wilayah yang mayoritas Kristen, masjid atau musala akan mendapatkan perlawanan.
<o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Penolakan
atau konflik berbasis rumah ibadah adalah salah satu potret ironi kerukunan
antar umat beragama di Indonesia. Rumah ibadah (khususnya kelompok minoritas)
menjadi titik yang sangat sensitif dan bisa merubah wajah kerukunan seketika,
dari rukun menjadi tidak rukun. Ini sekaligus menunjukkan bahwa endapan
kesadaran spritual (sebagian) warga Indonesia masih dipenuhi kecurigaan dan
ketidaksiapan hidup berdampingan. Masyarakat bisa menerima orang berbeda agama
di lingkungannya tetapi tidak bisa menerima (gedung) rumah ibadahnya.</span><span class="A3"><span style="font-size: 11.0pt;"> </span></span><span style="font-family: "Accanthis ADF Std No2", serif; font-size: 11pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<i><span style="font-size: 11pt;">Pertama,
</span></i><span style="font-size: 11pt;">Masyarakat mengalami sindrom mayoritas dimana mereka merasa
memiliki “kuasa” untuk menentukan posisi kelompok minoritas sesuai dengan
kehendak mereka. Mereka berhak menentukan tidak boleh ada gedung agama lain
yang berhadapan langsung dengan masjid. Masjid dan gereja menjadi simbol
pertentangan yang terus menerus direproduksi. Begitupula, di daerah mayoritas
Kristen. Keberadaan masjid dianggap bisa “mengganggu” simbol daerahnya.
Pengaturan ketat perlu dilakukan agar bangun rumah ibadah tidak bebas berdiri.
Misalnya, surat pernyataan gereja-gereja di pegunungan Jayawijaya (Tim Peneliti
Badan Litbang dan Diklat RI, 2016) sebagai berikut: <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa3" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">a.
Seluruh denominasi gereja di Kabupaten Jayawijaya meminta pemerintah daerah
Kabupaten Jayawijaya untuk mencabut/membatalkan ijin mendirikan Masjid Agung
Baiturahman Wamena. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa3" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">b.
Panitia Pembangunan Masjid Baiturahman Harus Menghentikan Pekerjaan
Pembangunan. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa3" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">c.
Menutup Mushola/Masjid yang tidak memiliki ijin atau menyalahgunakan ijin
tempat usaha tetapi menjadikan Mushola/Masjid, sebagaimana yang diatur oleh SKB
dua menteri. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa3" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">d.
Dilarang Membangun Mushola dan Masjid Baru di Kabupaten Jayawijaya.</span><span style="font-family: "Accanthis ADF Std No2", serif; font-size: 11pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa3" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">e.
Dilarang menggunakan Toa (pengeras suara) saat sholat karena mengganggu
ketenangan dan kenyamanan masyarakat. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa3" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">f.
Demi keharmonisan, kenyamanan, dan keamanan agar dapat dilaksanakan dengan
penuh rasa tanggung jawab. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa26" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 5.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Surat pernyataan
diatas menunjukkan adanya relasi mayoritas yang timpang. Kelompok gereja merasa
memiliki Papua sehingga (juga) berhak untuk mengatur hidup orang lain, terutama
umat Islam. Larangan merehabilitasi masjid, larangan menggunakan Toa adalah
“hak internal” yang tidak boleh dilakukan karena dianggap “mengganggu” warga
mayoritas. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Hal
ini pun terjadi di masyarakat mayoritas Muslim. Misalnya kasus penolakan warga
Temindung terhadap gereja Injili di Samarinda. Warga menolak karena letak
gedung tersebut berhadapan langsung dengan masjid (hanya dipisahkan oleh jalan
raya). Warga khawatir gedung serba guna itu nantinya akan berfungsi sebagai
‘tempat kegiatan ibadah’. Penolakan ini menjadi <i>legitimated </i>karena
gedung tersebut mulai dibangun tanpa surat IMB (Ijin Mendirikan Bangunan) dari
pemerintah. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Penolakan
warga ini menjadi ‘panas’ karena pihak GKII tetap bersikukuh melanjutkan
pembangunan. Mereka menganggap bahwa pembangunan gedung serba guna adalah hak
bagi anak bangsa yang tidak bertentangan dengan Pancasila </span><span style="font-family: "Accanthis ADF Std No2", serif; font-size: 11pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">dan
UUD 1945. Hal tersebut bisa terlihat dari pernyataan resmi yang dikeluarkan
oleh Badan Pengurus Gereja Kemah Injil Indonesia Kalimantan Timur yang
menegaskan bahwa gedung serba guna yang akan dibangun tersebut akan digunakan “sebagaimana
fungsi dari sebuah gedung serba guna yang telah diatur oleh peraturan
pemerintah berdasarkan Pancasila dan UUD 1945”. Maksudnya, sebagaimana layaknya
gedung serba guna yang lain. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Warga
setempat bersedia menerima pembangunan gedung tersebut dengan beberapa
persyaratan yang dibuat dalam bentuk surat pernyataan tertulis namun tidak
disetujui oleh pihak GKII (Saprillah, 2014), sebagai berikut: <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa3" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -19.0pt;">
<i><span style="font-size: 11pt;">a.
Gedung serbaguna yang akan atau telah didirikan merupakan bangunan dua lantai
dengan peruntukan lantai pertama merupakan kantor gereja kemah Injil Indonesia
Wilayah Kalimantan Timur dan lantai 2 merupakan aula serba guna. </span></i><span style="font-size: 11pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa3" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -19.0pt;">
<i><span style="font-size: 11pt;">b.
Adapun aula serba guna pada lantai kedua diperuntukan kegiatan internal Gereja
Kemah Injil wilayah Kalimantan Timur seperti rapat, seminar, resepsi
pernikahan, dan tidak diperuntukkan untuk kegiatan ibadah maupun yang terkait
dengan ibadah. </span></i><span style="font-size: 11pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa3" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -19.0pt;">
<i><span style="font-size: 11pt;">c.
Aula serba guna pada lantai kedua juga bersifat terbuka sehingga dapat diakses
oleh masyarakat sekitar baik untuk kegiatan olah raga maupun kegiatan umum
dengan seijin dan sepengetahuan pengelola gedung serba guna ataupun seijin dan
sepengetahuan ketua RT 19.</span></i><span style="font-family: "Accanthis ADF Std No2", serif; font-size: 11pt;"> <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa3" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -19.0pt;">
<i><span style="font-size: 11pt;">d.
Pengelola gedung serba guna tidak diperkenankan memelihara anjing dikarenakan
letaknya yang berhadapan persis di depan masjid. </span></i><span style="font-size: 11pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa3" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -19.0pt;">
<i><span style="font-size: 11pt;">e.
Pengelola gedung serba guna maupun jamaah yang akan memanfaatkan gedung serba
guna wajib mematuhi kebiasaan yang berlaku di masyarakat sekitar, terhadap
kebiasaan masjid yang berhadapan dengannya, dan juga terhadap kegiatan masjid
sebagai sentral ibadah. </span></i><span style="font-size: 11pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa3" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -19.0pt;">
<i><span style="font-size: 11pt;">f.
Pengelola gedung serba guna maupun jamaah yang akan memanfaatkan gedung
serbaguna wajib menjaga kedamaian, kenyamanan, dan ketentraman yang selama ini
sudah terjalin di lingkungan sekitar. </span></i><span style="font-size: 11pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa3" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -19.0pt;">
<i><span style="font-size: 11pt;">g.
Gedung serba guna secara keseluruhan pada lantai pertama maupun pada lantai
kedua tidak akan pernah dikemudian hari mengalami alih fungsi menjadi tempat
peribadatan. </span></i><span style="font-size: 11pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa3" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -19.0pt;">
<i><span style="font-size: 11pt;">h.
Apabila dikemudian hari ditemukan adanya alih fungsi menjadi tempat peribadatan
melalui bukti yang kuat berupa kesaksian atas nama Tuhan, dokumentasi foto,
maupun dokumentasi video dari warga, maka serta merta warga yang bersangkutan
secara langsung tanpa kekerasan fisik dapat meminta kepada pengelola gedung
serba guna untuk menghentikan kegiatan peribadatannya dengan sepengetahuan
pengurus masjid dan ketua RT 19. </span></i><span style="font-size: 11pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa3" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -19.0pt;">
<i><span style="font-size: 11pt;">i.
Pada poin 8, pihak pengelola wajib mengindahkan tegurannya dengan tidak akan
mengulanginya di kemudian hari. Namun apabila tetap mengulanginya maka pengurus
masjid At-Taubah yang akan langsung menegur keras berupa surat peringatan atas
nama pengurus dan perwakilan kaum muslimin setempat agar tidak mengulanginya
lagi dengan sepengetahuan ketua RT. 19. </span></i><span style="font-size: 11pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa3" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -19.0pt;">
<i><span style="font-size: 11pt;">j.
Jika pada poin 9 juga tetap dilanggar, maka ketua RT 19 wajib mengeluarkan
surat teguran terakhir dengan sepengatahuan pengurus masjid dan lurah Temindung
permai. </span></i><span style="font-size: 11pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa3" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -19.0pt;">
<i><span style="font-size: 11pt;">k.
Jika pada poin 10 masih tetap dilanggar, maka warga maupun yang mewakilinya
akan menyegel dan membongkar bangunan gedung tersebut secara paksa. </span></i><span style="font-size: 11pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa3" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -19.0pt;">
<i><span style="font-size: 11pt;">l.
Adapaun pelanggaran terhadap poin 3,4,5, dan 6 dapat ditempuh melalui teguran,
musyawarah mufakat, dan penyegelan tanpa pembongkaran bangunan sebagai jalan
terakhir apabila teguran dan musyawarah mufakat tidak didengar dan
dilaksanakan. </span></i><span style="font-size: 11pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa26" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 5.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Klausul ini (sangat
wajar) ditolak oleh pihak GKII karena memang menyudutkan mereka. Klausul ini
dibuat oleh kelompok lain dengan mengatasnamakan organisasi mereka. Kebebasan
mereka sebagai unit sosial yang mandiri menjadi terpenjara oleh sistem yang
dibuat atas nama kepentingan kelompok tertentu. Misalnya klausul tentang “tidak
bolehnya gedung tersebut digunakan untuk kepentingan ibadah” tentu saja sangat
sulit karena bagaimana pun juga, GKII adalah organisasi gereja yang
berorientasi kegiatan keagamaan. Menyetujui klausul diatas sama saja bunuh diri
bagi mereka. Klausul diatas dibuat untuk “menghalangi” </span><span style="font-family: "Accanthis ADF Std No2", serif; font-size: 11pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa26" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 5.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">gedung tersebut
digunakan untuk kegiatan keagamaan. Di lain pihak, keengganan pihak GKII
menyetujui klausul tersebut semakin membenarkan dugaan pihak warga muslim kalau
GKII memang berencana menjadikan gedung tersebut sebagai “pseudo” gereja. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Dalam
konteks rumah ibadah, penolakan tidak hanya terjadi antara kelompok berbeda
agama (misalnya Islam dan Kristen yang banyak terjadi di Indonesia), tetapi
juga dalam internal agama. Beberapa denominasi di Bontang sempat melakukan
protes kepada pihak FKUB setempat yang memberi izin pembangunan rumah ibadah
kepada Saksi Yehova. Bagi Kristen, saksi Yehova tidak dianggap sebagai bagian
dari Kristen karena menyimpang dari ajarang Kristen. Penyegelan masjid
Ahmadiyah pun pernah terjadi di Bulukumba (Sulawesi Selatan tahun 2006 dan
2010), di Makassar (Sulawesi Selatan tahun 2011), dan Samarinda (Kalimantan
Timur tahun 2013). Sebagaimana diketahui bahwa Ahmadiyah dianggap sebagai
aliran menyimpang dalam Islam. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Penolakan
terhadap masjid Salafi pun sudah terjadi di Samarinda. Alasan penolakan
sebagaimana tertuang dalam surat tersebut adalah</span><span class="A10"><span style="font-size: 6.0pt;">10</span></span><span style="font-size: 11pt;">: <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 8pt;">10
</span><span style="font-family: Garamond, serif; font-size: 8pt;">Dikutip dari dokumen surat penolakan warga yang ditujukan
kepada Yayasan Minhajussunnah, 2014</span><span class="A3"><span style="font-size: 11.0pt;"> </span></span><span style="font-family: "Accanthis ADF Std No2", serif; font-size: 11pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa3" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -19.0pt;">
<i><span style="font-size: 11pt;">a.
Masjid yang akan dibangun sangat dekat dengan masjid yang sudah ada yaitu
Masjid Al-Musyawarah, yang jaraknya tidak sampai 90 meter. </span></i><span style="font-size: 11pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa3" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -19.0pt;">
<i><span style="font-size: 11pt;">b.
Sangat berpotensi terjadinya persaingan yang tidak sehat diantara masjid yang
jaraknya sangat berdekatan. Misalnya persaingan pengeras suara atau sound
system yang akhirnya mengganggu warga sekitar. </span></i><span style="font-size: 11pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa3" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -19.0pt;">
<i><span style="font-size: 11pt;">c.
Peruntukan masjid menurut hemat kami (warga, pen) bukan diutamakan untuk warga
sekitar tetapi diperuntukkabn bagi kelompok jamaah salafi yang tempat
tinggalnya jauh dari wilayah masjid. Mengapa kami berpendapat begini? Mengingat
karena warga asli sekitar bahkan sesepuh warga tidak dilibatkan dalam
kepanitiaan pembangunan masjid. </span></i><span style="font-size: 11pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa3" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -19.0pt;">
<i><span style="font-size: 11pt;">d.
Jika dipandang agama lain selain Islam, seperti terjadi kotak-kotak atau
kelompok-kelompok dalam agama Islam itu sendiri (tidak ada persatuan dan
kesatuan dalam agama Islam). </span></i><span style="font-size: 11pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa3" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -19.0pt;">
<i><span style="font-size: 11pt;">e.
Panitia seharusnya mengedepankan “etika” dalam membangun masjid yang mempunya
jarak yang sangat berdekatan atau sebagai bakal masjid baru, seyogyanya panitia
pembangunan permisi atau meminta izin kepada pengurus masjid yang terlebih
dahulu sudah ada, apalagi jaraknya sangat berdekatan, serta pihak yayasan dan
panitia pembangunan tidak pernah melakukan sosialisasi atau pemberitahuan
terlebih dahulu dengan warga sekitar, tapi ternyata bangunan sudah menjadi
pancangan yang siap dibangun. Dalam hal ini, dari awal pembangunannya saja sudah
tidak benar dan melanggar aturan-aturan, tata krama, sopan santun serta etika.
Dan kami berkeyakinan kedepannya pasti akan tidak benar dan mungkin malah lebih
parah lagi. Sehingga kami takut akan terjadi gesekan-gesekan dengan warga
sekitar yang pada akhirnya menimbulkan konflik. </span></i><span style="font-size: 11pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa26" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 5.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Kelima tuntutan
penolakan ini disertai dengan permintaan untuk tidak melanjutkan pembangunan
disertai dengan ancaman, <i>apabila pihak yayasan memaksakan kehendaknya untuk
meneruskan rencana pembangunan masjid tersebut, maka kami sebagai ketua-ketua
RT tidak bertanggungjawab, jika seluruh warga kami melakukan anarkisme (untuk
menghentikan pembangunan dengan paksa atau kekerasan). </i><o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Penolakan
terhadap masjid yang akan dibangun oleh kelompok Minhajussunnah (berdasarkan
dokumen penolakan tersebut) bermuara pada dua hal; <i>pertama</i>, perbedaan
ideologi keagamaan. Pascareformasi, perkembangan kelompok Islam Salafi memang
sangat pesat. Baik sebagai kelompok pengajian yang bersifat non-organisasi
maupun salafi yang berorientasi organisasi modern. Kehadiran kelompok salafi
dengan membawa cara beragama dan tampilan fisik yang berbeda dengan masyarakat
Islam nusantara memunculkan narasi pertentangan. Baik secara simbolik maupun
dialogis. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Masyarakat
Islam Kaltim sebagaimana yang dijelaskan pada bagian awal tulisan ini adalah
salah satu genre Islam nusantara. Islam yang merupakan campuran harmonis antara
teks Islam dan kebudayaan lokal (dalam hal ini kebudayaan Banjar dan Kutai).
Bersamaan dengan itu, kelompok Islam Salafi yang berkembang belakangan datang
dengan semangat puritanistik. Islam dimurnikan dari pengaruh-pengaruh tradisi.
Sebisa mungkin ‘kembali’ ke teks primer, Alquran dan hadits. Dua titik ini pada
gilirannya memicu munculnya pertentangan. Bukan hanya pertentangan simbolik
tetapi juga identitas. Bagi warga setempat, minhajussunnah yang (dianggap)
salafi berbeda dengan mereka. Ini sangat jelas terlihat pada tuntutan nomer 3,
dimana kata salafi diassosiasikan sebagai sesuatu yang asing, karenanya
dipertentangkan dengan kata “penduduk asli”. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<i><span style="font-size: 11pt;">Kedua,
</span></i><span style="font-size: 11pt;">pertentangan identitas keagamaan ini diperparah dengan hilangnya
sikap saling menghargai antar kelompok. Kelompok <i>minhajussunnah </i>tidak
melibatkan tokoh masyarakat sekitar dalam musyawarah pembangunan masjid. Secara
formal, hal itu tidak harus dilakukan. Mengingat masjid yang akan dibangun
diatas tanah wakaf milik salah seorang anggota yayasan Minhajussunnah. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Penolakan
(dari kelompok mayoritas) ini tentu saja bukan bagian dari implementasi ajaran
agama tetapi bagian dari ciri khas kelompok mayoritas terhadap kelompok minoritas.
Salah satu rujukan yang baik tentang ciri khas mayoritas adalah teori Walls,
sebagai berikut: <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa3" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">1.
Sekelompok orang yang bersikap bahwa mereka lebih superior terhadap kelompok
etnik yang dianggap inferior. </span><span style="font-family: "Accanthis ADF Std No2", serif; font-size: 11pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa3" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">2.
Mereka percaya bahwa kelompok minoritas adalah kelompok “yang lain” karena itu
harus dipisahkan bahkan harus disingkirkan. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa3" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">3.
Mereka merasa diri sebagai kelompok yang paling berkuasa, mempunyai status
sosial yang tinggi, dan karena itu mereka harus dihormati. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa3" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">4.
Mereka selalu memiliki rasa takut dan selalu curiga bahwa kelompok minoritas
selalu berencana menggerogoti faktor-faktor yang menguntungkan kelompok
dominan. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa26" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 5.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Ciri kelompok
mayoritas berdasarkan kategori Walls diatas sangat sesuai dengan apa yang
dilakukan oleh kelompok warga yang menolak pembangunan rumah ibadah umat lain.
Warga mengatasnamakan diri sebagai kelompok mayoritas yang berhak menentukan
kehadiran orang lain dalam lingkungan sosial mereka. Tentu saja, sikap ini
menjadi preseden buruk bagi umat beragama. Ajaran Islam tentang perdamaian,
keadilan, dan kesetaraan menjadi terkoreksi. Simbol formal lebih dikedepankan
ketimbang subtansi ajaran Islam yang <i>rahmatan lil alamin. </i>Bagaimana
mungkin bisa menjadi rahmat bagi orang lain dengan sikap yang superior dan
penuh curiga seperti itu? Begitu pula, ajaran kasih dalam tradisi Kristiani.
Bagaimana implementasi kasih itu bisa berjalan dengan baik apabila warga lain
dilarang untuk menjalankan ajaran agamanya. </span><span style="font-family: "Accanthis ADF Std No2", serif; font-size: 11pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<i><span style="font-size: 11pt;">Kedua,
</span></i><span style="font-size: 11pt;">masyarakat (ternyata) belum siap untuk hidup berdampingan secara
simbolik. Penolakan terhadap gereja di tengah pemukiman muslim menunjukkan
adanya endapan kecurigaan dalam nalar masyarakat yang bersifat laten.
Pengaturan sosial sedang bergerak kearah keterpisahan bukan penyatuan.
Identitas berbangsa mengalami proses subordinasi. Kesatuan sosial tidak bisa
dirayakan karena agama dijadikan sebagai simbol perbedaan. Simbol agama
tertentu tidak bisa dianggap sebagai bagian dari properti sosial yang
‘dimiliki’ bersama-sama tetapi milik ‘individu’ yang harus dipisahkan dari
‘individu’ lainnya (Bryan S Turner, 2003:280). Kelompok mayoritas-lah yang
berhak untuk menentukan dimana, kapan, dan bagaimana kelompok yang lain hidup.
Dalam konteks ini, agama telah menjadi bagian dari pertentangan sosial. <o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
Fenomena ini tentu
saja bertentangan dengan tujuan dasar dan falsafah bangsa Indonesia. Bangsa ini
dihadirkan dan diimajinasikan sebagai bangsa yang satu, dengan tujuan yang
sama. Agama, etnisitas, dan budaya yang beragam menjadi elemen sosial yang
diikat dalam kesatuan ide yang kita sebut Pancasila. Salah satu ide dasarnya
adalah persatuan. Agama di Indonesia harus menjadi bagian dari ide integrasi
itu, bukan sebaliknya. <span style="font-family: "Palatino Linotype", serif;"><o:p></o:p></span></div>
DR. HAMZAH HARUN AL-RASYID, M.A.http://www.blogger.com/profile/13478867788040025890noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-13766207433678458.post-21327330543657650822018-01-15T05:56:00.000-08:002018-01-15T05:56:27.556-08:00Membaca Perspektif Publik terhadap Radikalisme Agama<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 2pt; text-align: right;">
<b><i>HAMZAH HARUN AL RASYID, M.A & SAPRILLAH</i></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; mso-line-height-alt: 11.05pt; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "algerian"; font-size: 59pt;">“O</span><i><span style="font-family: "palatino linotype" , serif;">rang luar saja yang heboh, kita disini biasa-biasa saja!” </span></i><span style="font-family: "palatino linotype" , serif;">Ini ungkapan cuek seorang warga Kota Palu menanggapi peristiwa
penangkapan terduga jaringan teroris di Parigi Moutong Sulawesi Tengah yang di-<i>blow
up </i>secara aktif oleh media massa nasional dan lokal baik elektronik maupun
cetak. Ungkapan ini bisa dimaknai bahwa penangkapan kelompok </span></div>
<a name='more'></a>yang dianggap
jaringan Santoso itu tidak sampai mengganggu ‘ketentraman publik’. Bisa pula
dimaknai bahwa masyarakat tidak memiliki kepekaan yang tinggi terhadap
keberadaan jarigan teroris di tengah-tengah mereka. Atau bisa pula dimaknai,
bahwa beberapa lapisan masyarakat telah memiliki tingkat kematangan psikologis
untuk tidak cepat panik terhadap kemunculan jaringan teroris.<span style="font-family: "accanthis adf std no2" , serif;"><o:p></o:p></span><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "palatino linotype" , serif;">Mengapa warga Palu tetap tenang dan cenderung cuek? Salah satu
faktornya adalah pola respon publik terhadap fenomena teror yang semakin matang
akibat dari frekwensi kejadian yang cukup tinggi. Terorisme dalam beberapa
kasus percobaan (bom bunuh diri dan penembakan aparat) tidak berhasil memancing
amarah publik untuk saling menyalahkan apalagi saling menyerang. Meski bom yang
meledak di Palu (pasca konflik Poso) sengaja diarahkan kepada simbol agama
Kristen (Gereja dan Pasar Maesa) tetapi hal tersebut tidak dapat memancing
reaksi publik Kristen. Di Poso pun serupa. Kasus bom bunuh diri di depan Kantor
Polsek Poso beberapa waktu yang lalu malah menjadi tontonan warga sekitar.
Publik mulai memahami dan menyadari bahwa gerakan terorisme pasca konflik
komunal tahun 2000 telah bergeser menjadi konflik vertikal dimana polisi
khususnya Densus 88 menjadi musuh utama para teroris. Fenomena seperti ini
tentu berbeda ketika eskalasi konflik masih tinggi di tahun 2000. Setiap
peristiwa bom disikapi oleh dua pihak (Muslim dan Kristen) dengan mempersiapkan
diri untuk siap siaga berperang.</span><span style="font-family: "palatino linotype" , serif; font-size: 6pt;">11 </span><span style="font-family: "palatino linotype" , serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "palatino linotype" , serif;">Di luar Palu, berita penangkapan ini –meminjam istilah warga
diatas- memang ‘heboh’. Selain karena diberitakan secara aktif dan ekslusif
seluruh media massa nasional (termasuk media lokal), juga karena sikap Presiden
SBY yang <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "palatino linotype" , serif; font-size: 8pt;">11 </span><span style="font-family: "palatino linotype" , serif; font-size: 8.5pt;">Diolah dari hasil wawancara dari berbagai sumber</span><span style="font-family: "accanthis adf std no2" , serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "palatino linotype" , serif;">langsung melakukan rapat terbatas dengan kementerian yang terkait
guna membahas persoalan fenomena ISIS di Indonesia. Ini karena empat orang yang
tertangkap adalah WNA yang beretnik Uighur (Mongolia) tetapi dengan paspor
Turki. Artinya, ada masalah besar dalam soal keimigrasian dan pertahanan
nasional yang kelihatannya sangat mudah dimasuki oleh kelompok teroris dari
luar negeri. Presiden SBY mengkhawatirkan situasi keamanan nasional dan
mengingatkan seluruh masyarakat Indonesia untuk tidak terlena terhadap fenomena
ISIS. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "palatino linotype" , serif;">Peringatan SBY memang penting karena sebelum kejadian penangkapan
itu, berbagai lapisan masyarakat yang ditemui meyakini kalau kelompok radikal
seperti ISIS tidak ada dan tidak bisa berkembang di Kota Palu. Ada berbagai
alasan yang dikemukakan. Ada alasan keagamaan, bahwa nalar dominan masyarakat
Palu atau Sulawesi Tengah adalah nalar Islam moderat yang mengedepankan
perdamaian, dengan Pesantren Al-Khaerat sebagai rumah produksinya yang paling
utama. Ada pula alasan kultural, bahwa orang Kaili (sebagai suku lokal utama di
Kota Palu) tidak mudah terpengaruh dengan hal-hal seperti. Atau alasan faktual,
bahwa sejak peristiwa bom Maesa tahun 2011 tidak ada lagi kejadian serupa atau
kejadian yang mengaitkannya dengan kelompok teroris di Kota Palu hingga
munculnya penangkapan jaringan teroris itu. Perspektif lain dari kalangan
akademisi adalah bahwa isu terorisme di Sulawesi Tengah lebih cenderung
berorientasi pada permainan perspektif ketimbang faktual. Ada penyederhanaan persepsi
yang terus menerus direproduksi oleh negara dan media massa. Poso –mengutip
istilah Tahmidi, Sosiolog Universitas Tadulako Palu- menjadi semacam <i>outlet </i>dimana
terorisme menjadi pajangan yang paling populer dan menarik. Menyebut Poso
berarti menyebut ketidakamanan, kekerasan, konflik, dan terorisme tentunya,
atau ketika fenomena terorisme global seperti ISIS mulai meningkat eskalasinya,
semua mata melirik ke Sulawesi Tengah sebagai tempat yang harus diwaspadai.
Simplifikasi yang terus menerus ini membawa warga Sulawesi Tengah pada titik
jenuh. Akibatnya, isu terorisme dianggap sebagai hal yang biasa.</span><span style="font-family: "palatino linotype" , serif; font-size: 6pt;">12 </span><span style="font-family: "palatino linotype" , serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "palatino linotype" , serif;">Hal yang senada diungkapkan oleh RS, salah seorang wartawan koran
nasional yang berdomisili di Kota Palu. Menurutnya, ada semacam kejenuhan yang
dirasakan oleh masyarakat Sulawesi Tengah khususnya masyarakat Palu dan Poso
dalam melihat persoalan terorisme. Mereka mulai apatis dan menganggap ada
“permainan” di balik semua ini. Ketidakmampuan aparat keamanan menangkap
gembong teroris Santoso membuat sebagian kalangan bertanya, <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "palatino linotype" , serif; font-size: 8pt;">12 Diolah dari hasil wawancara dengan Tahmidi,
aktivis sosial dan dosen Sosiologi Universitas Tadulako, tanggal 18 September
2014 di Kota Palu.</span><span style="font-family: "accanthis adf std no2" , serif;"> <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "palatino linotype" , serif;">tentang apakah terorisme benar sulit diselesaikan, apakah Santoso
sedemikian hebatnya hingga tidak bisa tertangkap atau sengaja dipelihara untuk
kepentingan tertentu? Yang jelas hingga saat ini, keberadaan Santoso di hutan
Poso tetap dianggap sebagai bahaya dan Sulawesi Tengah (khususnya Poso) tetap
sebagai ‘kawah candradimuka’ bagi terorisme di Indonesia, khususnya kawasan
Timur Indonesia. Karenanya, Sulawesi Tengah harus terus diamati, diawasi, dan
dijadikan sebagai daerah operasi intelejen.</span><span style="font-family: "palatino linotype" , serif; font-size: 6pt;">13 </span><span style="font-family: "palatino linotype" , serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "palatino linotype" , serif;">Itulah mungkin sebabnya, kita tidak menemukan parade deklarasi penolakan
terhadap kehadiran ISIS di Indonesia dilakukan oleh komunitas muslim Sulawesi
Tengah sebagaimana yang dilakukan oleh beberapa kelompok masyarakat Indonesia
lainnya. Contoh yang paling dekat adalah deklarasi penolakan ISIS yang
dilakukan oleh FDUI (Forum Daulat Ukhuwah Islamiyah) di Mamuju Sulawesi Barat
(14 Agustus 2014), Forum Persaudaraan Imam Masjid Sulawesi Utara (30 Agustus
2014) dan deklarasi penolakan yang dilakukan oleh beberapa komponen organisasi
Islam di Kab. Gowa Sulawesi Selatan (September 2014). Masyarakat Sulawesi
Tengah tampak lebih tenang menghadapi isu ISIS meski potensi <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "palatino linotype" , serif; font-size: 8pt;">13 Diolah dari hasil wawancara dengan RS (nama
sengaja dirahasiakan), pada tanggal 18 September 2014 di Kota Palu. Tentu saja
patut untuk melihat kembali persepsi publik terhadap situasi Poso setelah
keberhasilan Pihak TNI-Pori membunuh Santoso dan mengeliminir gerakan Santoso
pada tahun 2015. </span><span style="font-family: "accanthis adf std no2" , serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "palatino linotype" , serif;">pengembangan ISIS jauh lebih besar di wilayah mereka ketimbang
wilayah lain di Kawasan Timur Indonesia. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "palatino linotype" , serif;">Tertangkapnya tujuh orang (4 orang diantaranya WNA berpaspor
Turki) yang diduga jaringan MIT (Mujahidin Indonesia Timur) pimpinan Santoso
yang juga dianggap sebagai salah satu jaringan ISIS di Indonesia pada hari
Sabtu, 13 September 2014 di Kabupaten Parigi Moutong, disusul dengan
penangkapan A seorang yang dianggap penggalang dana di salah satu kos di Jl.
Tangkasi Kelurahan Birobuli Selatan, Palu Selatan dan satu lagi di Desa
Tinggede (Kab. Sigi) seharusnya menjadi peringatan bagi warga Palu dan sekitarnya.
Bahwa kegiatan terorisme ada di sekitar mereka dan bukan <i>imajiner. </i>Apalagi,
tiga orang WNI yang tertangkap adalah warga Kota Palu dan Donggala yang
sehari-hari bekerja sebagai guru, petani, dan sopir mobil rental. Hal itu
mengindikasikan bahwa jaringan kelompok radikal masih aktif merekrut sel-sel di
Kota Palu. Tidak menutup kemungkinkan masih ada sel jaringan lain yang menyebar
di Kota Palu dan sekitarnya. Sistem kerja para kelompok teroris selama ini
dalam bentuk sel-sel yang terpisah. Beberapa kelompok bisa saja saling tidak
mengenal. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "palatino linotype" , serif;">Dugaan bahwa terorisme adalah permainan persepsi ketimbang faktual
harus segera dikesampingkan atau diendapkan dulu. Kita tidak bisa membiarkan
diri untuk menggunakan teori konspirasi karena itu sangat sulit untuk dibuktikan.
Faktanya, jaringan kelompok teroris masih ada di sekitar kita. Jaringannya
bukan orang luar –sebagaimana keyakinan banyak orang- tetapi orang Palu yang
sehari-hari hidup dan bekerja di Palu dan sekitarnya. Mereka terlihat seperti
orang-orang “lugu” yang seharusnya tidak layak menjadi bagian dari gerakan
terorisme. Fakta lain, bahwa kelompok teroris internasional pun ‘menjadikan’
Poso sebagai tempat yang baik untuk membangun jaringan dan konsolidasi bersama.
Kedatangan 4 WNA itu memberi indikasi yang kuat terhadap dugaan itu. Termasuk
penangkapan dan penembakan jaringan teroris di Dompu yang ditengarai sebagai
bagian dari jaringan Santoso. Salah satu terduga yang terlibat disana adalah
orang yang diduga melakukan penembakan di pos polisi di Poso beberapa waktu
yang lalu. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "palatino linotype" , serif;">Jaringan kelompok radikal memang bekerja dengan sangat rapi. Tidak
mudah untuk dideteksi. Bahkan orang-orang terdekat pun tidak menyadari dan
tidak menduga keterlibatan seseorang dari kerabat atau kolega mereka. Misalnya,
S (salah seorang yang tertangkap) adalah seorang guru olah raga di SLB Negeri 1
Kota Palu. Dia dikenal sebagai orang yang baik. Sebagai guru, dia dikenal
penyayang, sabar, dan kerap mengajak anak muridnya ke rumah. Dia juga punya metode
pembelajaran olahraga yang spesifik dalam mengajari anak muridnya yang memang <i>difabel.
</i>Sebagai anak, dia dikenal sebagai anak yang taat dan berbakti. Dia sering
mencuci baju orang tuanya dan setiap hari mengantar adiknya ke sekolah (Radar
Sulteng, 18-19/9). Seluruh citra yang dilekatkan kepada S adalah citra orang
baik. Citra yang –dalam pandangan publik- tidak memungkinkan untuknya terlibat
dalam kasus kekejahatan apalagi kejahatan yang luar biasa (<i>extraordinary
crime</i>) seperti terorisme. Sebenarnya hal ini tidak mengherankan, terorisme
di Indonesia berkaitan dengan spirit keislaman. Orang-orang yang selama ini
tertangkap sebagai terduga teroris dalam berbagai kasus di Indonesia adalah
orang-orang yang secara sosial baik. Mereka orang yang taat beragama dan
karenanya menampilkan akhlak yang sangat baik. Semangatnya adalah jihad.
Tujuannya adalah perbaikan nilai dan norma Islam yang dianggap sudah melenceng.
Kekeliruan utama mereka ada pada cara pandang terhadap negara, pemerintah, modernitas,
dan metode tindakannya. Mereka menghalalkan kekerasan sebagai cara untuk
mencapai tujuan. Mereka menghalalkan perampokan dan pencurian untuk mendukung
logistik perjuangan. Di titik ini, mereka dipandang secara pejoratif sebagai
pelaku kejahatan. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "palatino linotype" , serif;">Ada fakta lain yang menarik dalam kasus jaringan Santoso yang
tertangkap itu. S misalnya tampil biasa sebagaimana masyarakat umum Kota Palu.
Dia tidak berjanggut dan bercelana cingkrang. Dua identitas yang seringkali
dialamatkan kepada kelompok terorisme Islam sebagai refleksi nyata dari cara
pandang keagamaan yang simbolis. <i>Perfomance </i>S yang “tidak Islamis”
menunjukkan beberapa hal. <i>Pertama, </i>ada politik permainan tanda baru yang
sedang dimainkan kepentingannya tentu untuk penyamaran. Identitas berjanggut
dan celana cingkrang adalah tanda yang mudah dikenali dan mudah dikaitkan
dengan terorisme. Karenanya, mereka tampil seperti masyarakat pada umumnya agar
tidak mudah tercurigai. <i>Kedua, </i>boleh jadi S cs hanyalah kurir yang tidak
mendapatkan indoktrinasi keagamaan yang ketat. Dia hanya memainkan peran
tertentu untuk kepentingan para jaringan teroris di Poso. Contoh ini dengan
mudah dilihat pada IC, supir mobil yang ikut tertangkap. Orang ini sehari-hari
dikenal sebagai penjual miras selain sebagai supir rental mobil. Tentu agak
sulit membayangkan dia sebagai bagian dari gerakan Islamis. Bisa jadi, dia
hanya bekerja untuk mengantar WNA tadi dengan bayaran tertentu. Ini semuanya
terpulang kepada hasil investigasi pihak kepolisian yang -sampai saat
penelitian ini dilakukan- masih terus berproses.</span><span style="font-family: "palatino linotype" , serif; font-size: 6pt;">14 </span><span style="font-family: "palatino linotype" , serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "palatino linotype" , serif;">Ketiga, bahwa identitas janggut, celana cingkrang, dan juga cadar
seharusnya dipahami lebih proporsional. Tiga simbol ini memang melekat kepada
kelompok Islamis di Indonesia tetapi itu harus dipahami sebagai ekspresi
beragama bukan simbol dari kekerasan <i>ansich</i>. Bagaimana pun juga,
identitas itu didasarkan pada teks hadits nabi. Hanya saja mengalami
simplifikasi akibat dari perilaku sebagian kelompok Islamis radikal. Simbol itu
mengalami pergeseran makna dari ekspresi keagamaan yang bersumber dari teks <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "palatino linotype" , serif; font-size: 8pt;">14 </span><span style="font-family: "palatino linotype" , serif; font-size: 8.5pt;">Diolah dari hasil wawancara dengan RS.</span><span style="font-family: "accanthis adf std no2" , serif;"> <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "palatino linotype" , serif;">primer ke simbol kaum Islamis, bahkan dalam satu fase menjadi
simbol kaum teroris. Cara pandang ini harus segera diubah karena bisa membangun
sentimen negatif terhadap orang-orang yang bercelana cingkrang dan berjanggut.
Sebagai contoh yang baik adalah JT (Jamaah Tablig). JT adalah kelompok janggut
dan bercelana cingkrang yang paling mendapatkan respon positif dari masyarakat.
JT tidak dicitrakan sebagai kelompok yang membahayakan. Mereka hanya fokus
mengajak orang beribadah. Mereka tidak hirau dengan hiruk pikuk politik dan isu
global. Konsistensi mereka pun mendapatkan apresiasi yang baik dari masyarakat.
Kalaupun ada penolakan, itu hanya pada dua hal; sistem <i>khuruj </i>(meninggalkan
rumah dengan durasi waktu tertentu untuk berdakwah) yang dianggap bertentangan
dengan nilai “tanggung jawab” seorang muslim terhadap keluarga dan kebiasaan
hidup <i>nomaden </i>yang abai pada masalah kebersihan, terutama kebersihan
masjid tempat mereka tinggal<i>. </i><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "palatino linotype" , serif;">Kelompok teroris bekerja dengan memanfaatkan kelemahan sistem
pengawasan pemerintah kota terhadap rumah kos. Rumah kos yang berkembang dengan
cepat di Kota Palu menjadi tempat yang ‘aman’ bagi jaringan teroris untuk
‘merekrut’ anggota baru atau setidaknya menempatkan jaringan untuk kepentingan
tertentu misalnya pasokan logistik. Salah seorang jaringan teroris yang
ditangkap di rumah kos di Jalan Tangkasi Kelurahan Birobuli Selatan, Palu
Selatan diduga sebagai salah seorang pelaku curanmor yang sudah lama beroperasi
di Palu. Dia menjadi <i>fai </i>(penyokong dana) bagi kelompok teroris yang
bersembunyi di Poso (Radar Sulteng, 17/9). Artinya, kota Palu menjadi lahan
subur untuk mendapatkan sumber dana. Rumah kos yang mudah diakses tanpa sistem
pengawasan administrasi menjadi tempat singgah yang paling tepat. Sebagai
contoh rumah kos Pak W. Para jaringan teroris sudah satu bulan menyewa rumah
kos tersebut tetapi Pak W tidak tahu siapa dan darimana orang tersebut.
Artinya, sikap acuh Pak W menyebabkan para jaringan teroris bisa ‘hidup tenang’
selama sebulan sebelum penangkapan tujuh orang rekannya di Parigi Moutong. Artinya,
kalau penangkapan itu belum terjadi bisa diduga para jaringan teroris ini masih
tinggal lama di rumah kos tanpa diketahui identitas, asal, dan kepentingannya
tinggal di Kota Palu. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "palatino linotype" , serif;">Publik Sulawesi Tengah memang harus waspada mengingat penangkapan tujuh
orang tersebut lebih bersifat “kebetulan” ketimbang pencarian yang mendalam.
Berita media lokal menunjukkan bahwa penangkapan orang itu karena kesalahannya
sendiri. Konstruksi informasi menunjukkan bahwa penangkapan para jaringan
teroris lebih pada ketidaktenangan mereka menghadapi razia polisi. Gestur
mereka yang tiba-tiba berhenti dan berbalik arah tentu saja menimbulkan
kecurigaan. Apalagi Densus 88 sebelumnya telah memberikan informasi tentang
mobil Avanza merah yang bergerak tengah malam ke arah Poso via Parimo. Ini menunjukkan
bahwa kelompok teroris ini adalah kelompok amatir. Mereka mudah panik dan
menghindar. Mereka sama sekali tidak memperkirakan kalau gelagat seperti itu
justeru memancing kecurigaan. Perhatikan petikan berita berikut ini: <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 10.05pt; margin-bottom: 5.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 19.0pt; margin-top: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "palatino linotype" , serif; font-size: 10pt;">Kapolres Parimo AKBP
Novia Jaya mengatakan awalnya Polres Parimo melakukan razia rutin. Saat
melakukan razia, sebuah mobil Avanza bernomor polisi B 1925 UKY yang
mencurigakan berhenti sejenak beberapa meter dari lokasi razia. Kecurigaan
polisi muncul karena tiba-tiba langsung berbalik arah dan langsung kabur. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 10.05pt; margin-bottom: 5.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 19.0pt; margin-top: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "palatino linotype" , serif; font-size: 10pt;">Lanjut Novia Jaya,
melihat mobil berbalik arah para petugas langsung melakukan pengejaran. Bahkan
pihak kepolisian sempat melepaskan tembakan tiga kali ke arah mobil tadi, namun
mobil berwarna merah itu terus melaju. Polisi akhirnya menemukan mobil tersebut
di Desa Marantele sekitar pukul 03.00 dinihari (Radar Sulteng, 14/9/2104) <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 5.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "palatino linotype" , serif;">Perhatikan pula petikan
berita selanjutnya: <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 10.05pt; margin-bottom: 5.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 19.0pt; margin-top: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "palatino linotype" , serif; font-size: 10pt;">Boy Rafli (Karopenmas
Divhumas Polri): Penangkapan berawal saat Tim Survellence Densus 88 membuntuti
sebuah mobil Avanza merah yang keluar dari rumah kos di Jalan Banteng, Touwa
Palu pada Jumat tengah malam. Setelah yakin mobil itu mengarah ke Poso via
Parimo, Tim langsung berkoordinasi dengan Polres setempat untuk menggelar
razia. (Radar Sulteng, 16/9/2014) <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 5.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "palatino linotype" , serif;">Ada dua hal yang patut
diperhatikan dari konteks penangkapan ini. <i>Pertama, </i>Poso sebagai tujuan
sangat mudah menimbulkan kecurigaan. Tim survaillence Densus 88 menghubungi Polres
Parimo setelah yakin mobil Avanza Merah yang keluar tengah malam itu menuju
Poso. Sebagaimana yang telah didiskusikan sebelumnya, Poso memiliki citra yang
spesifik terkait dengan gerakan terorisme. Motif tujuan-lah yang menyebabkan
tim survellence mengambil kesimpulan, bukan orangnya. Artinya, orang diatas
mobil avanza tersebut tidak tercurigai sebagai jaringan teroris. Kalau mobil
tersebut tidak menuju Poso, boleh jadi penangkapan ini belum terjadi. <i>Kedua,
</i>karena penangkapan itu bersifat ‘kebetulan’, diyakini kelompok sel jaringan
teroris yang lain masih ada di Palu dan sedang bersembunyi. Informasi dari
seorang penduduk menyebutkan kalau orang yang menyewa kos pak W ada enam orang.
Mereka menyewa dua kamar. Setiap pagi dua kamar itu ramai pengunjung. Namun
yang tertangkap setelah penangkapan di Parimo hanya ada dua orang. Selebihnya
masih kabur. Yang mengkhawatirkan adalah sel jaringan lain yang tidak terhubung
secara langsung dengan kelompok sel yang tertangkap ini. kelemahan sistem
pengawasan penduduk yang datang dan pergi khususnya di rumah kontrakan menjadi
titik yang paling rawan. Artinya, kelompok sel yang tertangkap ini adalah
kelompok sel amatir yang tidak memperhitungkan secara cermat dan detil yang
memungkinkan mereka tertangkap. Termasuk rute Sulawesi Selatan-Palu-Parimo-Poso
adalah rute yang sangat rawan. Mereka bisa memanfaatkan rute Sulsel langsung ke
Poso tanpa melalui Palu. Padahal, mereka masuk ke Palu melalui jalur darat
bukan udara. <o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 11.05pt; margin-bottom: 2.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-family: "palatino linotype" , serif;">Cara penangkapan jaringan teroris Sulawesi Tengah berbeda dengan
konstruksi penangkapan Jaringan teroris di Dompu, NTB (Nusa Tenggara Barat).
Kelompok ini memang diburu oleh Densus 88. Orang-orang yang terlibat memang
sebelumnya sudah masuk dalam DPO. Penggerebekan dimulai ketika Densus 88
menangkap seorang buronan yang terlibat di bom Poso. Dia juga seorang yang
pernah ikut latihan militer di Poso bersama Santoso. Dari sini, Densus
melakukan pengembangan, lalu melakukan operasi ke Desa OO Dompu dan Desa Sai.
Proses penangkapan pun terkesan alot. Para tersangka teroris melakukan
perlawanan hingga meninggal dunia. <o:p></o:p></span></div>
DR. HAMZAH HARUN AL-RASYID, M.A.http://www.blogger.com/profile/13478867788040025890noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-13766207433678458.post-83178645739875573082018-01-15T05:46:00.000-08:002018-01-15T05:46:46.486-08:00Media Massa dan Isu Terorisme <div class="Pa24" style="margin: 2pt 0cm; text-align: right;">
<span style="font-size: 14.6667px;"><b><i>HAMZAH HARUN AL RASYID, M.A & SAPRILLAH</i></b></span></div>
<div class="Pa24" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 2.0pt; text-align: justify;">
<b><span style="font-size: 11pt;">Adegan pembuka </span></b><span style="font-size: 11pt;">film
Robocop 2014 yang berlatar suatu tempat di Kota Teheran menggambarkan satu
kelompok jaringan teroris berwajah Timur Tengah yang secara sengaja melakukan
bom bunuh diri dengan menyerang polisi robot yang sedang berpatroli agar dapat
diliput oleh media massa. “Tujuan kita bukan untuk membunuh mereka. Tujuan kita
mati di depan televisi”, “Jangan bergerak sebelum aku perintahkan. Aku harus
pastikan mereka merekamnya!”. Kalimat itu diucapkan oleh Arash pimpinan teroris
sebelum mereka melakukan aksi. Robot pertama yang diserang adalah robot yang
sedang direkam oleh kamera.</span></div>
<a name='more'></a> <o:p></o:p><br />
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Pesan
dari adegan pembuka film ini adalah media massa—khususnya televisi- menjadi
instrumen yang sangat penting tidak hanya bagi negara, publik tetapi juga
pelaku terorisme. Bagi para teroris, media massa menjadi tempat untuk
menjelaskan kepada dunia bahwa mereka masih ada, tidak habis. Para martir yang
siap mati selalu <i>ready stock. </i>Media menjadi arena para teroris memainkan
‘politik penghadiran’ untuk dua kepentingan, memancing amarah publik internasional
dan memancing solidaritas baru dari kelompok Islamis radikal yang tersebar di
seluruh dunia. Ini terlihat dari meningkatnya dukungan pemuda Eropa terhadap
gerakan ISIS. “Orang-orang menonton insiden di Suriah dari televisi. Mereka
menyaksikan tangisan perempuan dan anak-anak untuk membantu. Kami baru saja
mengalami hal ini di Gaza. Perasaan ketidakadilan di Timur Tengah mempengaruhi
pemuda di Eropa secara negatif,” kata Dr Omer El-Hamdoon, presiden Asosiasi
Muslim Inggris (dikutip dari World Bulletin). Media telah berhasil
membangkitkan semangat solidaritas seagama yang kuat. Munculnya milisi sipil
dari Indonesia yang bergabung dengan gerakan muslim Afganistan, Al-Qiyadah,
Palestina, dan Moro di Filipina Selatan adalah bagian dari ekspresi solidaritas
yang dipicu dari pemberitaan media massa. Reaksi demonstrasi pembakaran bendera
Yahudi setiap kali terjadi perang di Palestina adalah efek instan dari
pemberitaan media massa. Tentu saja ada efek yang baik, misalnya dengan munculnya
sukarelawan seperti MER-C yang bekerja untuk kepentingan kemanusiaan. Kelompok
ini selain bekerja untuk kesehatan, sesekali mereka menjadi pioner perdamaian.
Menariknya, karena kelompok relawan ini tidak bekerja untuk kepentingan
ideologi dan agama tertentu tetapi untuk misi kesehatan dan kemanusiaan.
Karenanya, kelompok relawan seperti ini muncul tidak hanya dari umat Islam
tetapi juga umat Kristen. Artinya, solidaritas Palestina tidak melulu dirasakan
dan diaktualisasikan oleh umat Islam. Kita tentu tidak lupa aksi Cristiano
Ronaldo yang menolak menukar kaos bajunya dengan pemain Israil sebagai bagian
dari solidaritas simbolik terhadap Palestina, termasuk ketika dia mendonasikan
sebagian gajinya untuk anak-anak Palestina. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Pola
pemanfaatan media sudah menjadi trend gerakan Islamis radikal di seluruh dunia,
termasuk di Indonesia. Media yang menjadi favorit kelompok teroris saat ini
adalah media <i>You Tube. </i>Misalnya video detik-detik eksekusi para sandera
oleh algojo ISIS setiap mengeksekusi wartawan atau aktivis kemanusiaan dari
Amerika dan Eropa. Setidaknya sudah ada empat orang sandera yang dieksekusi dan
disebarkan melalui media you tube. Pesannya jelas; perlawanan terhadap Amerika
dan sekutu Eropa-nya! ISIS juga sangat rajin mengunggah semangat perlawanan dan
solidaritas sesama muslim dengan meredusir beberapa firman Tuhan. Mereka dengan
sangat intens melakukan propaganda melalui media Youtube kepada pemuda Eropa.
Kelompok teroris lokal seperti MIT pun sering menggunakan media serupa untuk
memberi seruan kepada umat Islam untuk melakukan perlawanan terhadap terorisme.
Media ini menjadi sangat efektif karena bersifat personal. Dimanapun dan
kapanpun bisa mengakses dan mengunggah. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Pun,
popularitas ISIS di Indonesia dimulai dari media You Tube. Sebagian besar
masyarakat Indonesia mulai <i>aware </i>dengan ISIS ketika media nasional
memberitakan seorang lelaki bernama Abu Muhammad al-Indonesia dikelilingi
beberapa orang berwajah Melayu bersenjata lengkap mengunggah video di <i>You
Tube </i>pasca Idul Fitri tahun 2014 lalu yang isinya mengajak seluruh muslim
untuk bergabung dengan gerakan jihad ISIS. Sejak itu, perbincangan tentang ISIS
mulai menjadi perbincangan nasional dan dengan cepat menjadi idiom publik. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Kehadiran
media massa baik nasional maupun lokal atau media sosial yang sedang <i>trend </i>sangat
penting. Media memberi kesadaran kepada warga untuk selalu ‘terjaga’, bahwa
gerakan terorisme masih ada dan aktif. Informasi yang disuguhkan kepada
masyarakat menjadi hal yang penting. Pemberitaan media massa tentang ISIS
menimbulkan efek resistensi yang besar di Indonesia. Publik di beberapa tempat
melakukan perlawanan secara simbolik terhadap ISIS baik dengan cara menghapus
grafiti ISIS di Solo, Jawa Tengah hingga deklarasi penolakan ISIS di beberapa
wilayah. Artinya, media berhasil membangun kesadaran untuk melakukan perlawanan
terhadap gejala terorisme. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Tentu
harus dengan frekwensi yang lebih proporsional. Pemberitaan yang terlalu besar
dan terlalu intensif justeru melahirkan anomali bagi masyarakat khususnya
masyarakat luar. Para pengguna dan pembaca media di luar Sulawesi Tengah
misalnya membangun perspektif berdasarkan informasi yang diterima dan lalu
memberi kesan yang spesifik dan simplistik. Poso bagi masyarakat luar sangat
menakutkan. Tentu saja ini berbeda dengan masyarakat yang setiap hari ada di
Poso. Bagi mereka, Poso tetaplah kampung yang indah, meski pernah menyimpan
luka kemanusiaan yang mendalam. Logika itu juga terjadi ketika media massa
setiap hari memotret peristiwa demonstrasi mahasiswa Makassar yang selalu
berakhir anarkis memberi kesan yang spesifik terhadap mahasiswa Makassar dan
dikaitkan dengan budaya Makassar yang dikesankan sangat maskulin. Padahal, bagi
warga Makassar, fenomena itu sangat kecil dan tidak mempengaruhi rasa keamanan
atau kenyamanan menjadi warga Makassar. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Di
Sulawesi Tengah, media lokal Radar Sulteng sangat aktif memberitakan peristiwa
terorisme setiap hari sejak tanggal 11 September-19 September 2014. Bersamaan
dengan tragedi 9/11 tahun 2001, Radar Sulteng memuat artikel berjudul <i>Terorisme
tidak punya tempat dalam Islam. </i>Isinya mereproduksi keyakinan sebagian
besar warga muslim Indonesia bahwa terorisme bukan bagian dari ajaran Islam.
Merespon kedatangan Toni Blair ke Indonesia, Radar Sulteng menurunkan dua
berita terkait yaitu, <i>SBY Bahas ISIS dengan Tony Blair </i>dan <i>TNI Akan
Turun Ke Pesantren dan Sekolah Cegah Merembetnya Paham ISIS. </i><o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Peristiwa
penangkapan tujuh orang yang terduga teroris di Parimo pada menjadi berita
utama di halaman depan Radar Sulteng selama lima hari berturut-turut. Berita
yang dimaksud yaitu <i>Densus Tangkap WNA Asal Turki (14/9), Dicurigai Terlibat
Kelompok MIT, Tujuh Orang yang diamankan Densus di Desa Marantele (15/9),
Densus Geledah Kos-Kosan di Jalan Tangkasi, Ditemukan GPS dan Peta dalam Tas
Rombongan WNA yang ditangkap di Parimo, Bekuk Terduga Teroris Internasional,
Polres Palu Tingkatkan Keamanan Pasca Penangkapan WNA di Parimo (16/9), Polri
Masih terus mendalami WNA (17/9), Polisi Ungkap Penggalang Dana satu dari lima
warga yang diamankan Densus (18/9). </i><o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Radar
Sulteng dalam kurun waktu itu juga sering mereproduksi berita internasional
yang memang disediakan di rubrik internasional seperti <i>Jerman Melarang
Pemajangan Simbol ISIS, 10 Negara Arab Siap Gabung Perangi IS </i>(14/9), <i>Jihadi
Jhon Memenggal Lagi (16/9), 40 Negara Bersatu Menyerang ISIS (17/9), AS
Bombardir Sarang ISIS (18/9), Video ke-4, ISIS mendadak lunak (21/9). </i><o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Berita-berita
Radar Sulteng yang terkait dengan jaringan teroris yang tertangkap di Parimo
dan di rumah kontrakan kota Palu diproduksi dengan menggunakan perspektif ‘kepolisian’.
Radar Sulteng memosisikan diri sebagai penyambung lidah pihak kepolisian.
Karenanya, judul berita ditampilkan dengan aktor utama pihak kepolisian. Kita
tidak menemukan berita yang mengeksplorasi atau menganalisis siapa tiga orang
WNI itu. Informasi yang didapatkan memang tidak banyak. Selain karena ketiga
WNI itu masih berada dalam penahanan pihak kepolisian dan belum didampingi
pengacara. Sehingga akses media ke subyek terduga masih tertutup. Pihak
keluarga pun enggan memberi keterangan lebih banyak karena masih sangat trauma
dan tidak percaya. Keterangan tentang S hanya bisa ditemukan dari koleganya di
SLB Negeri Batia, Palu. Informasi ini diselipkan di dalam berita yang berjudul <i>Polisi
Ungkap Penggalang Dana satu dari lima warga yang diamankan Densus (18/9). </i><o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Yang
menarik adalah penggunaan idiom penyebutan kelompok itu. Radar Sulteng tidak
sekalipun menggunakan term ISIS di judul beritanya. Istilah yang digunakan
hanya dua yaitu “teroris internasional” dan “jaringan MIT (Mujahidin Indonesia
Timur)”. MIT adalah organisasi sayap radikal yang dipimpin Santoso. Berita
pertama yang diturunkan pasca tertangkapnya tujuh orang terduga teroris hanya
menyebutkan “WNA Turki” tanpa embel apa-apa. Bandingkan media elektronik
nasional yang langsung menggunakan idiom ISIS ketika menyiarkan penangkapan
tujuh orang tersebut di running text meski belakangan idiom ISIS semakin hilang
digantikan dengan idiom “teroris”. TV One misalnya menggunakan secara jelas
idiom ISIS dengan menulis berita “7 orang diduga anggota ISIS tertangkap oleh
Densus 88 di Parigi Moutong, Sulawesi Tengah” di <i>running text </i>di salah
satu program berita pagi-nya, pada hari Sabtu 13/9. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Media
lokal tampaknya cukup hati-hati karena pemeriksaan WNA itu memang tidak
dilakukan di Polda Sulteng melainkan di Mako Brimob Kelapa Dua Jakarta. Ini
juga dipengaruhi oleh sikap kepolisian lokal yang juga hati-hati mengaitkan
ketujuh orang tersebut dengan jaringan ISIS. Perhatikan petikan berita berikut:
<o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa25" style="margin-bottom: 5.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 19.0pt; margin-top: 2.0pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 10pt;">Disinggung keterlibatan
mereka dengan ISIS, (Plh. Kabid Humas Polda Sulteng, AKBP) Utoro (Saputro)
kembali menegaskan bahwa pihak kepolisian masih terus melakukan pendalaman
terhadap para terduga tersebut. Termasuk 4 orang WNA. Karena pada saat
diamankan petugas tidak menemukan senpi (senjata api –pen) maupun
lambang-lambang maupun adanya bendera bergambar ISIS dari mobil yang digunakan
para terduga ini (Radar Sulteng, 15/9). <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Media
lokal sepertinya tidak terlalu meyakini keterkaitan antara ISIS dan tujuh orang
yang tertangkap itu karena lemahnya indikasi ke arah sana. Tidak ada satupun
barang bukti yang berkaitan dengan simbol ISIS ditemukan di mobil yang
ditumpangi oleh para terduga. Media lokal di Sulteng hanya ‘menemukan’
keterkaitan yang erat dengan MIT-nya Santoso. Selain karena tujuh orang yang
ditangkap itu memang sedang menuju Poso (tempat Santoso) juga karena S (salah
seorang WNI yang tertangkap) adalah orang yang diduga pernah menyembunyikan
Mokhtar (DPO Poso) dan A yang tertangkap di rumah kontrakannya adalah pencari
logistik untuk Santoso. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Frame
berbeda ditunjukkan oleh media berskala nasional. Meski belum mendapatkan
penjelasan yang proporsional tentang keterkaitan para WNI dan empat WNA
tersebut dengan ISIS, tetapi mereka sudah memasang istilah ISIS di judul
beritanya, misalnya media online Tempo.co yang menurunkan berita: <i>Terduga
anggota ISIS pernah Nyantri di Tebuireng (17/9)</i>, Liputan6.com menurunkan
berita: <i>4 orang terduga ISIS di Palu diduga kelompok Teroris Santoso (17/9).
</i>Berita Kompas.com juga menurunkan berita: <i>Satu WNI Terduga ISIS di Poso
Jebolan Pesantren Keluarga Gus Dur. </i><o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Harian
media nasional yang terlalu cepat menuding keterlibatan jaringan teroris yang
tertangkap itu memang patut dipertanyakan. Pasalnya, penjelasan tentang ini
tidak memiliki argumentasi yang kuat, misalnya berita Liputan6. com sebagai
berikut: <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa25" style="margin-bottom: 5.0pt; margin-left: 19.0pt; margin-right: 19.0pt; margin-top: 2.0pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 10pt;">Tim Densus 88 Antiteror
juga menggeledah kontrakan yang ditempati terduga anggota Islamic State of Iraq
and Syria (ISIS), di1lawesi Tengah, Sabtu 13 September 2014 lalu. (Liputan6
News 16/9). <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa26" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 5.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Konstruksi berita
yang ditampilkan sama sekali tidak memuat argumen yang memadai tentang
keterkaitan WNI yang tertangkap sebagai jaringan ISIS. Padahal, setiap
penyebutan terduga selalu dikaitkan dengan ISIS baik dalam bentuk singkatan
maupun dalam bentuk kepanjangannya, Islamic State of Iraq and Syiria.
Pernyataan dari pihak kepolisian pun tidak ada yang dikutip. Lalu darimana
media massa menyimpulkan ini? Tentu saja, ini tidak terlepas dari fenomena ISIS
sebagai rising star gerakan radikal Islam yang menggantikan Al-Qiyadah
Islamiyah. ISIS yang mengglobal dengan gejala simbolik di Indonesia serta
penjelasan “yang masih kurang meyakinkan” dari pihak kepolisian menggiring
media massa, khususnya nasional untuk terjebak dalam penyederhanaan gerakan
terorisme Indonesia dengan ISIS. Hasilnya, meski pihak kepolisian belum
memberikan pernyataan resmi, tetapi media massa dengan segera mengaitkan ini
dengan ISIS. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Hal
lain yang menarik dalam dinamika media lokal dalam merespon fenomena ISIS
adalah frame dalam menampilkan berita internasional. Radar Sulteng cenderung
memberitakan ISIS sebagai obyek yang diperangi karena perangai mereka yang
sadis dalam membunuh sandera, termasuk menampilkan semangat dunia untuk
bersama-sama memerangi ISIS. Perspektif yang digunakan tetap sama, perspektif
keamanan. Sedangkan satu media kecil yang beroplah 2000 bernama MAL (Majalah
Al-Khaerat) menampilkan berita tentang ISIS dalam perspektif sosiologis. Berita
yang berjudul “Kala Pemuda Eropa Berjuang Bersama ISIS” (13/9) ini direproduksi
dari laman World Buletin menceritakan tentang ketertindasan dan ketidakadilan
yang dirasakan pemuda muslim Eropa sebagai alasan utama yang mendorong mereka
menyambut baik tawaran berjuang bersama ISIS. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Sebagai
media yang berbasis Islam, MAL membangun frame perspektif yang berbeda dalam
melihat ISIS. Bahwa ISIS adalah idiom ‘pembebasan’ baru yang membangkitkan
gairah perlawanan pemuda muslim Eropa. MAL ingin mengingatkan kepada kita bahwa
semangat Islamisme tidak muncul dari keinginan untuk melakukan kejahatan tetapi
untuk memperjuangkan nilai yang dianggap benar. Ketidakadilan negara yang
melahirkan alienasi dan ketertindasan dapat dengan mudah memunculkan semangat
perlawanan. Fenomena Islamisme di Indonesia muncul dengan memanfaatkan situasi
ketidakadilan sosial yang dilakukan oleh negara (baca; orde baru) terhadap
warganya, termasuk dengan menyebarnya paham sekuler dan liberal. <o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal">
Tampilan berita ini tidak berarti MAL memberi dukungan kepada
gerakan ISIS atau mencoba membangun sentimen keagamaan sebagai alat untuk
‘membenarkan’ kehadiran ISIS. Berita lain yang dilansir menampilkan sisi buruk
ISIS seperti berita <i>Jihadis Inggris Buka Tempat Pelacuran. </i>Inti berita
adalah bahwa pejuang jihadis Inggris yang bergabung bersama ISIS membuka tempat
pelacuran yang disediakan kepada para jihadis (13/9).<o:p></o:p></div>
DR. HAMZAH HARUN AL-RASYID, M.A.http://www.blogger.com/profile/13478867788040025890noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-13766207433678458.post-58801614943186997872018-01-15T05:37:00.000-08:002018-01-15T05:37:06.609-08:00Zero Tolerance to Terorisme dan Radikalisme Agama; Membangun Aksi Merawat Harapan <div class="Pa24" style="margin: 2pt 0cm; text-align: right;">
<span style="font-size: 14.6667px;"><b><i>HAMZAH HARUN AL RASYID, M.A & SAPRILLAH</i></b></span></div>
<div class="Pa24" style="margin-bottom: 2.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 2.0pt; text-align: justify;">
<b><span style="font-size: 11pt;">Terorisme adalah </span></b><span style="font-size: 11pt;">isu
global yang bagaimanapun juga harus mendapatkan respon yang serius dari
berbagai kalangan. Kita harus mengembangkan sikap <i>zero tolerance to
terorism. </i>Sikap sebagian warga Kota Palu yang menanggapi dingin kehadiran
jaringan teroris di tengah mereka adalah sikap yang bisa menumbuh-suburkan
kecambah terorisme di sana. Toh, publik juga tidak peduli mereka ada atau
tidak, dan bahkan dianggap “biasa”.</span></div>
<a name='more'></a> <o:p></o:p><br />
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Para
jaringan teroris bisa leluasa untuk tetap membangun sel-selnya dan
melanggengkan idiom kekerasan, yang sewaktu-waktu bisa meledak. Ini terlihat
dari ‘lemahnya’ kesadaran para pemilik rumah kos untuk berpartisipasi dalam
pelaporan penghuni baru. Padahal, ini bukan kejadian pertama. Pelaku bom Pasar
Maesa tahun 2011 lalu pun pernah “nge-kos” di salah satu rumah di Jl. Anoa,
Kelurahan Tatura Utara, Palu Selatan.</span><span class="A10"><span style="font-size: 6.0pt;">15 </span></span><span style="font-size: 11pt;">Seharusnya kejadian itu
memberi kesadaran kepada pemerintah lokal untuk membuat aturan dan kepada
setiap pemilik kos untuk berpartisipasi aktif. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Sejauh
ini respon berbagai pihak dalam hal kemunculan gerakan terorisme khususnya ISIS
di dunia dan lebih spesifik di beberapa wilayah Indonesia. Di Sulawesi Tengah,
IAIN <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 8pt;">15
</span><span class="A15"><span style="font-size: 8.5pt;">Diolah dari hasil
wawancara dengan Sudin, Lurah Tatura Utara Kec. Palu Selatan.</span></span><span class="A3"><span style="font-size: 11.0pt;"> </span></span><span style="font-family: "Accanthis ADF Std No2", serif; font-size: 11pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="Default">
<span class="A3"><span style="font-size: 11.0pt;">Palu menggelar
diskusi ilmiah tentang gerakan ISIS yang menghadirkan Prof. Azyumardi Azra di
gedung Auditarium pada tanggal 8 Agustus 2014. PKUB Kanwil Kementerian Agama
Sulawesi Tengah juga menggelar kegiatan tentang pemetaan kelompok aliran
sempalan dan radikal di Sulawesi Tengah pada akhir Agustus 2014. Di Kampus
Untad (Universitas Tadulako) Palu –meski tidak spesifik ditujukan sebagai
respon akademik terhadap fenomena ISIS-, forum pembekalan mahasiswa baru
dimanfaatkan oleh pihak TNI untuk menambah wawasan kebangsaan para mahasiswa
baru. Salah satu poin yang diungkapkan oleh pihak TNI adalah para mahasiswa
jangan cepat mudah terpengaruh oleh gerakan terorisme seperti ISIS (Radar
Sulteng 19/9). </span></span><span style="font-size: 11.0pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Di
Makassar, reaksi kampus juga terlihat cukup aktif. Di kampus UIN Alauddin Makassar
pernah digelar seminar sehari yang bertema <i>Selamatkan Indonesia dari ISIS </i>dengan
menghadirkan pihak BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme) pada 27
Agustus 2014<i>. </i>Seminar ini kerja sama kampus dengan Kanwil Kementerian
Agama Provinsi Sulawesi Selatan. PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia)
Metro Makassar, salah satu organisasi mahasiswa Islam pun menggelar acara
serupa dengan kegiatan diskusi bertajuk, <i>Ideologi transnasional dan ancaman
terhadap Identitas Kebangsaan, </i>pada tanggal 17 september 2014. Reaksi yang
sama juga terlihat di Polman, Sulawesi Barat. Sebuah LSM Muqim Patappulo
bekerja sama dengan Kesbangpol Kab. Polman melaksanakan diskusi sehari dengan
tema <i>deradikalisasi agama </i>pada tanggal 04 September 2014. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Reaksi
akademis yang terjadi di berbagai tempat menunjukkan besarnya perhatian publik
terhadap ‘bahaya’ kelompok Islamis, terutama yang berorientasi radikal seperti
ISIS. Ini tentu tidak terlepas dari memori masa lalu, tentang tindakan kaum
Islamis yang tidak hanya membahayakan ideologi bangsa tetapi juga merenggut
nyawa anak bangsa. Meski cenderung artifisial, tetapi respon akademik tetap
dibutuhkan untuk memelihara ‘kewaspadaan’ terhadap fenomena radikalisme agama
yang terus menerus ada. Orang kampus diharapkan lebih proaktif untuk
menginisiasi kampanye perdamaian, untuk mendukung upaya <i>zero tolerance </i>terhadap
gerakan terorisme dan radikalisme agama. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Program
pemerintah lokal dalam merespon gerakan terorisme cukup baik. Pada medio tahun
2013, Pemkot Palu bekerjasama dengan BNPT (Badan Nasional Penanggulangan
Terorisme) melakukan bimtek (bimbingan teknik) penanggulangan terorisme kepada
seluruh perangkat kelurahan se-kota Palu. Ini melengkapi operasi yustisi yang
rutin dilakukan setiap enam bulan sekali di tingkat kelurahan. Operasi yustisi
selain untuk kerapian administrasi kewargaan juga dimaksudkan untuk mempersempit
ruang gerak jaringan teroris di Kota Palu.</span><span class="A10"><span style="font-size: 6.0pt;">16 </span></span><span style="font-size: 11pt;">Peran strategis para dai
lokal yang setiap saat menjadi juru bicara perdamaian dalam perspektif agama
Islam pun menjadi elemen penting. Forum Imam yang diinisiasi oleh KUA Kecamatan
Palu Selatan (Khaerollah) meski di satu sisi untuk ‘menadah’ program keagamaan
pemerintah kota, tetapi di sisi lain forum ini menjadi instrumen yang sangat
strategis dimanfaatkan sebagai kekuatan <i>civil society </i>untuk menangkal
penyebaran paham radikalisme agama di tingkat lapisan masyarakat yang paling
bawah. Yang tak boleh terlupakan, peran kultural Perguruan Al-Khaerat yang
sangat kuat mewarnai pentas keagamaan di Sulawesi Tengah (ini akan dibahas
lebih lanjut pada bagian keempat). <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Beberapa
elemen keagamaan masyarakat Gowa melakukan deklarasi penolakan ISIS. Deklarasi
ini disponsori oleh MUI. Pembaca deklarasi oleh pimpinan Pesantren Bahrul Ulum,
Kab. Gowa. Meski di Gowa tidak ditemukan indikasi adanya jaringan ISIS, tetapi
itu tidak menyurutkan sikap elemen organisasi agama yang ada di Gowa untuk
bersikap memberi penolakan. Ancaman radikalisme agama di Gowa memang cukup kuat
karena di tempat ini ada banyak kelompok aliran yang bermunculan seperti
An-Nadzir, Bahai, dan Gafatar. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 8pt;">16
</span><span class="A15"><span style="font-size: 8.5pt;">Diolah dari hasil
wawancara dengan Dwi dan Hisham, Lurah dan Sekretaris Lurah Birobuli Selatan,
Palu Selatan.</span></span><span style="font-family: "Accanthis ADF Std No2", serif; font-size: 11pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Respon
massif dari berbagai elemen masyarakat yang mengindikasikan penolakan yang kuat
terhadap potensi radikalisme adalah kekuatan sipil besar yang patut dipelihara.
Sebagaimana yang disebutkan Azyumardi Azra, bahwa ‘militan ISIS memang bisa
merekrut sebagian kecil masyarakat Indonesia namun di sisi lain penolakan
terhadap gerakan ini juga sangat besar”. Perkiraan Azyumardi Azra tidaklah
salah. Gerakan terorisme di Indonesia adalah gerakan yang sangat kecil.
Pengikut dan jaringannya pun tidak banyak dalam hal kuantitas. Jaringan ISIS
yang direkrut menjadi pejuang di Suriah hanya berjumlah 30 orang lebih.
Jaringannya di Indonesia yang secara terang-terangan mendukung pun bersifat
sporadis. Malah, penolakan terhadap gerakan ISIS di Indonesia misalnya sangat
besar. Tidak hanya berasal dari kelompok Islam moderat tetapi juga dari
kelompok Islamis. FPI misalnya secara tegas menyatakan penolakan terhadap
gerakan terorisme ISIS. Beberapa anggota MMI (Majelis Mujahidin Indonesia) pun
menyatakan penolakan terhadap gerakan ISIS karena dianggap keluar dari garis
perjuangan yang benar. Hal ini dipengaruhi oleh pernyataan Syaikh Abu Abdullah
Asy-Syami (Mujahidin, mantan anggota ISIS) yang menyatakan bahwa ISIS adalah
sempalan Al-Qaeda pimpinan Jabhal Nusro, yang perjuangannya tidak sejalan
dengan Al- Qaeda.</span><span class="A10"><span style="font-size: 6.0pt;">17 </span></span><span style="font-size: 11pt;">Artinya,
membayangkan gerakan terorisme akan memperoleh dukungan yang luas tentu
mustahil. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Akan
tetapi, pendekatan kuantitas tidak bisa dipakai untuk melihat dan lalu
mengembangkan sikap seolah-olah kegiatan terorisme tidak mengancam kehidupan
kita baik dalam level mikro misalnya keamanan masyarakat maupun dalam level
makro seperti ancaman terhadap ideologi kesatuan dan ketahanan nasional.
Persoalan terorisme bukan persoalan jumlah tetapi soal kemampuan mereka
merekrut dan mengindoktrinasi orang untuk melakukan bom bunuh diri. Satu bom
yang dilakukan satu dua orang memiliki efek yang sangat besar. Rentetan kasus
bom yang terjadi dalam satu dasawarsa hanya dilakukan oleh beberapa orang saja,
tetapi efeknya sangat besar dalam merubah wacana dunia terhadap Indonesia,
khususnya Islam. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Apalagi,
potensi radikalisme agama tidak akan pernah habis akibat dari pemahaman
keagamaan dan situasi politik yang tidak terkendali dengan baik. Hasil
penelitian tim peneliti Balitbang Agama Makassar (2016) yang menyatakan ada
sejumlah kecil siswa SMA yang menyatakan dukungan terhadap kekerasan atas nama
agama adalah <i>early warning </i>yang harus disikapi dengan kerja keras hingga
berada pada titik <i>zero tolerance to radicalism. </i><o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 8pt;">17
Dikutip dari makalah KABINDA Provinsi Sulawesi Barat 2014<o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<span style="font-size: 11pt;">Program
<i>zero tolerance to radicalism </i>bisa dilakukan dengan tiga cara. <i>Pertama,
</i>gerakan sistematik dan bersifat <i>directing program </i>seperti yang
dilakukan oleh BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme) tetap penting
untuk dilakukan. Perang melawan radikalisme agama melalui program
deradikalisasi agama menjadi sangat penting untuk dilakukan. Peristiwa
kekerasan berbasis agama tidak pernah berhenti karena ada kelompok berbasis
agama yang memang memiliki agenda kekerasan seperti ini. Penting untuk diingat
bahwa kekerasan berbasis agama ini “dikuatkan” dengan legitimasi jihad. Para
pelaku kekerasan atas nama agama tidak pernah menganggap perilaku mereka sebagai
sebuah kesalahan, tetapi bagian dari membela dan menjernihkan ajaran Islam,
bahkan dalam level tertentu, segala perilaku mereka dianggap sebagai bagian
dari jihad. Kematian atas jihad adalah kehormatan. <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<i><span style="font-size: 11pt;">Kedua,
</span></i><span style="font-size: 11pt;">peta dakwah sangat penting untuk dirumuskan di setiap wilayah.
Perumusan peta dakwah mendesak untuk dilakukan oleh kementerian agama dalam
konteks mendeteksi setiap potensi gerakan radikalisme berbasis agama hingga di
wilayah terkecil. Ini karena gerakan terorisme (khususnya) yang bekerja di bawah
tanah biasanya memanfaatkan kelengahan warga terhadap kehadiran mereka. Peta
dakwah dimulai dengan melakukan pemetaan <o:p></o:p></span></div>
<div class="Pa11" style="margin-bottom: 2.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<i><span style="font-size: 11pt;">Ketiga,
</span></i><span style="font-size: 11pt;">promosi Islam damai secara terus menerus. Meski semua agama
berpotensi melahirkan radikalisme agama sebagaimana yang dijelaskan pada bab
sebelumnya tetapi gerakan radikalisme Islam di Indonesia patut mendapat
perhatian karena gerakan ini selalu menghadirkan kejutan-kejutan termasuk
keberlanjutan generasinya. Setiap tahun selalu saja ada ancaman bom terjadi
(terakhir terjadi di Samarinda, pada penghujung tahun 2016). Promosi wacana
keislaman yang damai menjadi sangat penting melalui pelatihan di tingkat kampus
dan sekolah. <o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal">
Balai Litbang Agama tahun 2016 menginisiasi program promosi Islam
damai dengan membuat modul pelatihan Islam Nusantara yang ditujukan bagi
mahasiswa. Modul ini secara sederhana bertujuan untuk merekonstruksi model
keislaman yang dipromosikan oleh ulama terdahulu yang menyelaraskan budaya dan
agama. Budaya Indonesia yang memiliki sisi unik tidak dihilangkan begitu saja
tetapi diisi dengan semangat keislaman. Modul ini juga bertujuan untuk
menguatkan semangat nasionalisme dengan bahasa agama. <o:p></o:p></div>
DR. HAMZAH HARUN AL-RASYID, M.A.http://www.blogger.com/profile/13478867788040025890noreply@blogger.com0