Senin, 15 Januari 2018

Demonstrasi di Gereja Toraja 8

HAMZAH HARUN AL RASYID, M.A & SAPRILLAH
Pada September 2016, salah satu kelompok Islam “garis keras”, Front Pembela Islam, berdasarkan informasi yang dilansir media lokal, menyerbu Gereja Toraja Bontomarannu di Jalan Cenderawasih, Makassar. Ormas yang terbentuk di era reformasi ini menuding, gereja di Jalan Cenderawasih tidak mengantongi izin
mendirikan bangunan (IMB), serta memalsukan tanda tangan jamaah gereja dan tanda tangan persetujuan warga di sekitar gereja (Wawancara, Panglima FPI Makassar, Abdur Rahman, 11 Oktober 2016, di Makassar).
8 Data tentang ini diambil dari penelitian Syamsurijal dan Irfan Syuhudi (2016).
Sementara itu, pada waktu yang berbeda, Gereja Toraja di Jalan Bawakaraeng dilempari batu orang tak dikenal ketika jemaat tengah melaksanakan ibadah Minggu, pukul 21.30 Wita, 25 September 2016. Sebanyak 15 orang berpakaian hitam-hitam mendatangi gereja pada saat jemaat tengah beribadah. Tidak ada korban jiwa dalam insiden ini. Namun, aparat keamanan belum menemukan pelaku dari pelemparan batu yang nyaris memecahkan kaca jendela gereja tersebut.
Kendati aksi tersebut tidak sampai menimbulkan korban jiwa, namun informasi penyerbuan rumah ibadat ini menyebabkan ketegangan di kalangan umat Kristen. Karena itu, sebelum terjadi peristiwa susulan yang dapat mengancam kerukunan antarumat beragama di Makassar, pemerintah langsung terjun ke lapangan. Wali Kota Makassar, Ramadani “Danny” Pomanto, langsung mempertemukan pengurus Gereja Toraja dengan FPI, yang ikut dihadiri Tripika, Danramil, dan Kapolsek Mamajang. Pertemuan ini menghasilkan, antara lain, kedua pihak sepakat untuk bersama-sama menjaga keamanan tetap aman, dan tidak terpancing provokasi yang bisa menyebabkan perpecahan antara sesama warga, dan pembangunan gereja akan dievalusi kembali. Pemerintah berharap kejadian ini tidak terulang kembali, dan mengajak semua warga untuk bersama-sama menjaga keamanan Makassar.
Selain pemerintah, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulawesi Selatan, organisasi masyarakat (ormas) Islam, dan aktivis mahasiswa Kristen, langsung bersuara. Semua sepakat mengecam aksi yang mengancam kerukunan antarumat beragama di kota ini. Ketua MUI Sulsel, KH Sanusi Baco, misalkan, mengimbau masyarakat untuk tidak terprovokasi. Seluruh umat manusia harus saling menjaga satu sama lain, kendati terdapat perbedaan agama. “Muslim yang hakiki harus menjaga keamanan antar umat beragama. Meski terdapat perbedaan agama, kita harus saling menjaganya agar tidak ada konflik yang terjadi di masyarakat,” kata Sanusi Baco, seperti dikutip di http://news.rakyatku.com/read/ 21944/2016/09/25/-meski-beda-agama-kita-tetap-satu-, yang diakses 14 Oktober 2016. Dari kalangan ormas Islam, Ketua Muhammadiyah Sulsel, Ambo Asse, seperti dilansir di http:// news.rakyatku.com/read/21952/2016/09/26/ini-tanggapan-muhammadiyah-terkait-kisruh-gereja-toraja, pada 14 Oktober 2016, menyatakan, penyerangan terhadap rumah ibadat tak dibenarkan dalam ajaran agama. Bahkan, ia menganggap hal tersebut melanggar aturan.
Panglima FPI Makassar, Abdur Rahman, menjelaskan, sebelum mendatangi gereja di Jalan Cenderawasih, beberapa warga mendatangi markasnya di Jalan Sungai Limboto, Makassar. Warga melapor, bahwa bunyi suara yang ditimbulkan dari pembangunan gereja itu dianggap mengganggu penduduk yang tinggal di sekitar gereja. Ketika warga mendatangi pengurus gereja dan mengeluhkan bunyi suara-suara itu, pengurus gereja malah dinilai bersikap arogan. Hal inilah yang membuat warga kecewa dan kemudian mengadu ke FPI. Atas laporan warga, beberapa anggota FPI kemudian mendatangi gereja tersebut.

Menurut Abdur Rahman, meski yang terlibat dalam aksi secara formal adalah FPI, namun tidak berarti bahwa tidak ada kelompok anak muda terdidik dalam aksi ini. FPI menurutnya juga di dukung oleh mahasiswa-mhasiswa muslim dari beberapa peguruan tinggi. Kelompok mahasiswa ini adalah mereka yang menjadi bagian dari sayap FPI di kampus yang bernama Front Mahasiswa Pembela Islam. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PENULIS BUKU KEKERASAN ATAS NAMA AGAMA

H. HAMZAH HARUN AL-RASYID. Lahir 30 juli 1962. Alumni Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) ini memperoleh gelar: • Sarjana Muda (BA) 1987,...