HAMZAH HARUN AL RASYID, M.A & SAPRILLAH
Beberapa organisasi Islam,
seperti kelompok Wahdah Islamiyah dan Salafi, yang tergabung di dalam Forum
Umat Islam (FUI) di Makassar, memusuhi dan menolak kehadiran kelompok Syiah di
Tanah Sulsel. Belakangan, muncul lagi kelompok yang terang-terangan membenci
kelompok Syiah di Makassar, yakni Laskar Rasulullah.
Kebencian
mereka terhadap Syiah tidak hanya ditunjukkan secara verbal, melainkan juga
melalui ruang usaha. Ketika berdiskusi dengan Laskar Rasulullah di homebase-nya,
di Warung Kopi (warkop) di Jalan Sungai Limboto, Makassar, kelihatan sekali
kalau Laskar Rasulullah sangat membenci
9
Data tentang ini disadur dari penelitian Syamsurijal dan M. Irfan Syuhudi (2016)
Syiah. Pada
setiap meja tamu sengaja ditempel stiker Anti Syiah, sehingga siapa pun yang
duduk di situ pasti akan melihat jelas stiker tersebut. Di beberapa dinding
tembok dan etalase kaca juga ditempeli stiker Anti Syiah. Menariknya, warkop
ini terletak hanya beberapa meter dari Sekretariat FPI Makassar. Sementara itu,
di Sekretariat FPI juga dipasangi baliho yang menunjukkan kebencian mereka
terhadap Syiah.
Menurut
Panglima Laskar Rasulullah, Arjuna, mereka membenci Syiah, karena menghina dan
mengkafir-kafirkan tiga sahabat dekat rasulullah, yaitu Abu Bakar, Umar bin
Khattab, dan Usman bin Affan. Hanya Ali bin Abu Talib saja (beserta
keturunannya) yang dipandang sebagai sahabat dekat nabi, dan posisinya sangat
istimewa di mata kelompok Syiah. Dalam perspektif Laskar Rasulullah, Syiah itu
sesat dan tidak termasuk ke dalam golongan Islam. Meskipun di dalam kelompok
Syiah terdapat beragam aliran yang berbeda, dan di antara aliran tersebut ada
juga yang tidak mengkafir-kafirkan Abu Bakar, Umar, dan Usman, namun mereka
tetap membencinya. Untuk menambah wawasan dan referensi terhadap Syiah, mereka
sering merujuk kepada website tertentu dan membaca beberapa buku-buku terkait
Syiah. Dari sinilah pengetahuan Laskar Rasulullah tentang “keburukan” Syiah
terkuak.
“Kami
sangat mencintai Rasulullah, dan kami tidak ingin ada orang atau kelompok yang
menghina rasulullah. Syiah itu jelas-jelas menghina rasulullah, karena mereka
memandang maqam Ali bin Abu Talib lebih tinggi dari Abu Bakar, Umar, dan Usman.
Padahal, di mata rasulullah, tiga sahabat ini masing-masing memiliki
keistimewaan,” kata Panglima Akomodasi Laskar Rasulullah, Asrul, dengan suara
berapi-api.
Bukti
kebencian beberapa kelompok radikal fundamentalis di Makassar terhadap kelompok
Syiah adalah dengan mendatangi Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulsel sebelum 1
Muharram. Mereka mendesak Ketua MUI Sulsel, KH. Sanusi Baco, menandatangani
pernyataan sikap mereka untuk melarang kelompok Syiah memperingati perayaan
As-Syura. Sempat ada yang merekam kedatangan FUI, FPI, dan Laskar Rasulullah ke
kantor MUI Sulsel, dan kemudian rekaman ini beredar luas di media sosial. Dari
video yang berlangsung beberapa menit itu, puluhan orang duduk satu meja dengan
KH. Sanusi Baco, dan ada juga yang berdiri. Orang-orang ini ada yang pakai
jubah dan pakaian biasa. Dalam tayangan video terlihat, mereka seperti tidak
menghargai KH Sanusi Baco sebagai seorang ulama terpandang. Selama
perbincangan, Kyai Sanusi tampak mendapat intimidasi dan kekerasan semiotik. Di
antara mereka ada yang bersuara keras ketika berbicara, dan ada juga yang
mondar-mandir di dekat KH Sanusi Baco.
Setiap
tahun, kelompok Syiah selalu memperingati perayaan As-Syura di Makassar. Secara
hukum, apa yang dilaksanakan kelompok Syiah ini sebenarnya bersifat legal, karena
telah memperoleh izin dari pemerintah lokal dan pihak keamanan setempat.
Perayaan As-Syura biasanya diadakan di gedung dengan mendatangkan tokoh nasional
Syiah. Salah satu yang pernah ke Makassar dan berceramah adalah pentolan Syiah
Indonesia, Dr. Jalaluddin Rahmat, yang di kalangan kelompok Syiah Indonesia,
akrab disapa Kang Jalal.
Dari
beberapa catatan, kelompok Syiah acap kali mendapat perlakuan kurang simpatik
dan tindakan kekerasan dari kelompok radikal-fundamentalis di Makassar.
Kegiatan yang dilakukan Syiah di depan publik selalu mendapat gangguan dari
kelompok ini. Misalkan, setiap kali mengadakan peringatan Syura di Makassar,
kelompok radikal-fundamentalis ini hampir dipastikan selalu saja bermaksud
mengacaukan dan membubarkan kegiatan tersebut. Pada 2013, misalnya, orang Syiah
diserang ketika menggelar peringatan As-Syura di Wisma Darussalam, Makassar. Di
sela-sela acara, beberapa orang berusaha mengacaukan kegiatan dengan mendesak
masuk ke dalam gedung. Beberapa orang Syiah mengaku dikejar-kejar dan ada juga
yang bahkan kena “bogem mentah” dari orang-orang yang tiba-tiba datang
menyerang itu. Selanjutnya, orang Syiah lagi-lagi mendapat teror dan aksi
kekerasan saat menggelar peringatan As-Syura di Gedung Balai Prajurit (Gedung
Manunggal) pada 2015. Di tengah kegiatan berlangsung, ratusan orang melakukan
demo di depan gedung. Beruntung, aparat keamanan berlaku sigap, sehingga tidak
terjadi perkelahian dan pertumpahan darah.
Kemudian,
pada September 2016, ratusan orang yang tergabung di dalam FUI serta FPI
melakukan konvoi di beberapa ruas jalan menolak kehadiran Syiah di Makassar.
Mereka konvoi menggunakan sepeda motor, mobil, serta membawa spanduk yang
intinya menolak Syiah di Indonesia dan di Makassar. Di sepanjang jalan,
beberapa tokoh dari kelompok ini melakukan orasi. Puncaknya, kelompok ini
mendatangi kantor MUI Sulsel dan mendesak Ketua KH Sanusi Baco untuk menandatangani
pelarangan peringatan As-Syura yang akan dilakukan kelompok Syiah.
Aksi
penolakan terhadap kelompok Syiah di Makassar sebenarnya telah berlangsung
lama. Sejak kelompok ini diketahui menjejakkan kakinya di Makassar beberapa
tahun lalu, sejak itu pula beberapa kelompok Islam radikal-fundamentalis mulai
melakukan aksi penolakan. Termasuk, menolak kehadiran kelompok mahasiswa Syiah
yang tergabung di dalam Ikatan Jamaah Ahlul Bait (Ijabi). Menurut salah seorang
tokoh muda Syiah di Makassar, aktor yang seringkali berada di belakang
kebencian yang kemudian berlanjut terhadap aksi-aksi demonstrasi Syiah di
Makassar adalah Ustadz Said Samad. Termasuk aksi demonstrasi yang berlangsung
pada September 2016. Ustadz Said Samad adalah tokoh Wahdah Islamiyah di Makassar
dan juga Ketua Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam Indonesia Timur. Pada
beberapa kesempatan, Ustadz Said Samad, ketika diundang pada kegiatan workshop
dan seminar hasil penelitian, ia seringkali “menyerang” kelompok Syiah,
meskipun topik yang dibahas pada acara tersebut bukanlah terkait Syiah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar