Senin, 15 Januari 2018

Gerakan Anti Syiah9

HAMZAH HARUN AL RASYID, M.A & SAPRILLAH
Beberapa organisasi Islam, seperti kelompok Wahdah Islamiyah dan Salafi, yang tergabung di dalam Forum Umat Islam (FUI) di Makassar, memusuhi dan menolak kehadiran kelompok Syiah di Tanah Sulsel. Belakangan, muncul lagi kelompok yang terang-terangan membenci kelompok Syiah di Makassar, yakni Laskar Rasulullah.

Kebencian mereka terhadap Syiah tidak hanya ditunjukkan secara verbal, melainkan juga melalui ruang usaha. Ketika berdiskusi dengan Laskar Rasulullah di homebase-nya, di Warung Kopi (warkop) di Jalan Sungai Limboto, Makassar, kelihatan sekali kalau Laskar Rasulullah sangat membenci
9 Data tentang ini disadur dari penelitian Syamsurijal dan M. Irfan Syuhudi (2016)
Syiah. Pada setiap meja tamu sengaja ditempel stiker Anti Syiah, sehingga siapa pun yang duduk di situ pasti akan melihat jelas stiker tersebut. Di beberapa dinding tembok dan etalase kaca juga ditempeli stiker Anti Syiah. Menariknya, warkop ini terletak hanya beberapa meter dari Sekretariat FPI Makassar. Sementara itu, di Sekretariat FPI juga dipasangi baliho yang menunjukkan kebencian mereka terhadap Syiah.
Menurut Panglima Laskar Rasulullah, Arjuna, mereka membenci Syiah, karena menghina dan mengkafir-kafirkan tiga sahabat dekat rasulullah, yaitu Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Usman bin Affan. Hanya Ali bin Abu Talib saja (beserta keturunannya) yang dipandang sebagai sahabat dekat nabi, dan posisinya sangat istimewa di mata kelompok Syiah. Dalam perspektif Laskar Rasulullah, Syiah itu sesat dan tidak termasuk ke dalam golongan Islam. Meskipun di dalam kelompok Syiah terdapat beragam aliran yang berbeda, dan di antara aliran tersebut ada juga yang tidak mengkafir-kafirkan Abu Bakar, Umar, dan Usman, namun mereka tetap membencinya. Untuk menambah wawasan dan referensi terhadap Syiah, mereka sering merujuk kepada website tertentu dan membaca beberapa buku-buku terkait Syiah. Dari sinilah pengetahuan Laskar Rasulullah tentang “keburukan” Syiah terkuak.
“Kami sangat mencintai Rasulullah, dan kami tidak ingin ada orang atau kelompok yang menghina rasulullah. Syiah itu jelas-jelas menghina rasulullah, karena mereka memandang maqam Ali bin Abu Talib lebih tinggi dari Abu Bakar, Umar, dan Usman. Padahal, di mata rasulullah, tiga sahabat ini masing-masing memiliki keistimewaan,” kata Panglima Akomodasi Laskar Rasulullah, Asrul, dengan suara berapi-api.
Bukti kebencian beberapa kelompok radikal fundamentalis di Makassar terhadap kelompok Syiah adalah dengan mendatangi Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulsel sebelum 1 Muharram. Mereka mendesak Ketua MUI Sulsel, KH. Sanusi Baco, menandatangani pernyataan sikap mereka untuk melarang kelompok Syiah memperingati perayaan As-Syura. Sempat ada yang merekam kedatangan FUI, FPI, dan Laskar Rasulullah ke kantor MUI Sulsel, dan kemudian rekaman ini beredar luas di media sosial. Dari video yang berlangsung beberapa menit itu, puluhan orang duduk satu meja dengan KH. Sanusi Baco, dan ada juga yang berdiri. Orang-orang ini ada yang pakai jubah dan pakaian biasa. Dalam tayangan video terlihat, mereka seperti tidak menghargai KH Sanusi Baco sebagai seorang ulama terpandang. Selama perbincangan, Kyai Sanusi tampak mendapat intimidasi dan kekerasan semiotik. Di antara mereka ada yang bersuara keras ketika berbicara, dan ada juga yang mondar-mandir di dekat KH Sanusi Baco.
Setiap tahun, kelompok Syiah selalu memperingati perayaan As-Syura di Makassar. Secara hukum, apa yang dilaksanakan kelompok Syiah ini sebenarnya bersifat legal, karena telah memperoleh izin dari pemerintah lokal dan pihak keamanan setempat. Perayaan As-Syura biasanya diadakan di gedung dengan mendatangkan tokoh nasional Syiah. Salah satu yang pernah ke Makassar dan berceramah adalah pentolan Syiah Indonesia, Dr. Jalaluddin Rahmat, yang di kalangan kelompok Syiah Indonesia, akrab disapa Kang Jalal.
Dari beberapa catatan, kelompok Syiah acap kali mendapat perlakuan kurang simpatik dan tindakan kekerasan dari kelompok radikal-fundamentalis di Makassar. Kegiatan yang dilakukan Syiah di depan publik selalu mendapat gangguan dari kelompok ini. Misalkan, setiap kali mengadakan peringatan Syura di Makassar, kelompok radikal-fundamentalis ini hampir dipastikan selalu saja bermaksud mengacaukan dan membubarkan kegiatan tersebut. Pada 2013, misalnya, orang Syiah diserang ketika menggelar peringatan As-Syura di Wisma Darussalam, Makassar. Di sela-sela acara, beberapa orang berusaha mengacaukan kegiatan dengan mendesak masuk ke dalam gedung. Beberapa orang Syiah mengaku dikejar-kejar dan ada juga yang bahkan kena “bogem mentah” dari orang-orang yang tiba-tiba datang menyerang itu. Selanjutnya, orang Syiah lagi-lagi mendapat teror dan aksi kekerasan saat menggelar peringatan As-Syura di Gedung Balai Prajurit (Gedung Manunggal) pada 2015. Di tengah kegiatan berlangsung, ratusan orang melakukan demo di depan gedung. Beruntung, aparat keamanan berlaku sigap, sehingga tidak terjadi perkelahian dan pertumpahan darah.
Kemudian, pada September 2016, ratusan orang yang tergabung di dalam FUI serta FPI melakukan konvoi di beberapa ruas jalan menolak kehadiran Syiah di Makassar. Mereka konvoi menggunakan sepeda motor, mobil, serta membawa spanduk yang intinya menolak Syiah di Indonesia dan di Makassar. Di sepanjang jalan, beberapa tokoh dari kelompok ini melakukan orasi. Puncaknya, kelompok ini mendatangi kantor MUI Sulsel dan mendesak Ketua KH Sanusi Baco untuk menandatangani pelarangan peringatan As-Syura yang akan dilakukan kelompok Syiah.

Aksi penolakan terhadap kelompok Syiah di Makassar sebenarnya telah berlangsung lama. Sejak kelompok ini diketahui menjejakkan kakinya di Makassar beberapa tahun lalu, sejak itu pula beberapa kelompok Islam radikal-fundamentalis mulai melakukan aksi penolakan. Termasuk, menolak kehadiran kelompok mahasiswa Syiah yang tergabung di dalam Ikatan Jamaah Ahlul Bait (Ijabi). Menurut salah seorang tokoh muda Syiah di Makassar, aktor yang seringkali berada di belakang kebencian yang kemudian berlanjut terhadap aksi-aksi demonstrasi Syiah di Makassar adalah Ustadz Said Samad. Termasuk aksi demonstrasi yang berlangsung pada September 2016. Ustadz Said Samad adalah tokoh Wahdah Islamiyah di Makassar dan juga Ketua Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam Indonesia Timur. Pada beberapa kesempatan, Ustadz Said Samad, ketika diundang pada kegiatan workshop dan seminar hasil penelitian, ia seringkali “menyerang” kelompok Syiah, meskipun topik yang dibahas pada acara tersebut bukanlah terkait Syiah. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PENULIS BUKU KEKERASAN ATAS NAMA AGAMA

H. HAMZAH HARUN AL-RASYID. Lahir 30 juli 1962. Alumni Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) ini memperoleh gelar: • Sarjana Muda (BA) 1987,...