Kesimpulan
Dari
huraian-huraian di atas dapat disimpulkan bahawa tokoh-tokoh atau ulama-ulama
yang berafiliasi kepada aliran al-Ashcariyyah telah melakukan
reaktualisasi sama ada dari aspek metodologi
mahupun pada aspek materi ajarannya. Perkembangan metodologi yang terjadi dalam
aliran ini tidak hanya berlaku pada satu zaman atau satu tokoh, tapi setiap
zaman dan tokoh ada sahaja reaktualisasi yang terjadi.
Meskipun harus diakui bahwa zaman yang dekat dengan zaman al-Ashcari hidup jauh lebih mengekspresikan metodologi yang jelas dari pada zaman yang sudah agak jauh dari zaman al-Ashcari. Metodologi al-Ashcariyyah yang diekspresikan oleh Imam al-Baqilani misalnya, lebih jelas ketimbang yang dirumuskan oleh Imam al-Haramayn al-Juwayni. Walaupun harus ditegaskan bahawa, reaktualisasi yang dilakukan oleh tokoh-tokoh aliran ini tetap konsisten mempertahankan frame dasarnya, iaitu al-Ashcariyyah.[1]
Meskipun harus diakui bahwa zaman yang dekat dengan zaman al-Ashcari hidup jauh lebih mengekspresikan metodologi yang jelas dari pada zaman yang sudah agak jauh dari zaman al-Ashcari. Metodologi al-Ashcariyyah yang diekspresikan oleh Imam al-Baqilani misalnya, lebih jelas ketimbang yang dirumuskan oleh Imam al-Haramayn al-Juwayni. Walaupun harus ditegaskan bahawa, reaktualisasi yang dilakukan oleh tokoh-tokoh aliran ini tetap konsisten mempertahankan frame dasarnya, iaitu al-Ashcariyyah.[1]
Berdasarkan kondisi objektif di atas, maka tidak hairan
kalau ada ramai penyelidik dan pengkaji melakukan kategorisasi terhadap
pengikut al-Ashcari menjadi dua kategori, iaitu tokoh al-Mutaqaddimun dan tokoh al-Mutaakhirun. [2]. Kategorisasi ini
berdasarkan kepada tipologi reaktualisasi yang dilakukan oleh tokoh-tokoh tersebut
atas metodologi al-Ashcari dan pandangan-pandangan mereka terhadap berbagai
masalah-masalah teologi seperti perbuatan manusia dan semacamnya. [3]
Khusus di bidang teologi, ahli Sunah
waljamaah adalah kelompok al-Ithbat iaitu kelompok yang
menetapkan sifat-sifat Allah. Kelompok ini dibahagi kepada dua aliran, iaitu Aliran Salafiyyah dan
Khalafiyyah. Aliran Salafiyyah dinisbah kepada Ahmad
ibn Hanbal manakala Aliran Khalafiyyah
dinisbah kepada al-Ashcariyyah. Aliran Salafiyyah dilanjutkan dalam
bentuk yang lebih jelas oleh Ibn Taymiyyah dan muridnya Ibn Qayyim al-Jawziyyah,
manakala Aliran Ashcariyyah
mengalami pengembangan sehingga mencapai puncaknya pada Imam
al-Ghazali, Kesemua aliran pemikiran yang telah disebutkan
berhak menggunakan label ahli Sunah waljamaah serta
label al-firqah al-najiyah (aliran yang selamat).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar