Untuk menguji kesuksesan
sebuah gerakan atau misi dakwah, maka unsur zaman merupakan isu penting yang
menarik dibicarakan. Kita dapat mengatakan bahawa kejayaan atau kesuksesan
dakwah sangat tergantung pada kemampuan seorang dai atau gerakan dakwah
memahami konstruk zaman dengan berbagai karakater dan problematikanya. Pada
konteks ini, dapat dikatakan bahawa kejayaan dakwa di masa lalu disebabkan oleh
adanya gerakan dakwah telah berjaya memahami karakter zamannya. Yang pasti
adalah kondisi dan karakter zaman awal Islam sangat jauh berbeza dengan zaman sekarang yang kemudian
disebut dengan era global. Era sekarang adalah era revolusi informasi dan
komunikasi, era kemajuan sains dan tekhnologi.
Tantangan dakwah yang amat
kompleks dewasa ini dapat dilihat dari minimal dari tiga perspektif, yaitu:
Pertama, perspektif prilaku
(behaviouristic perspective). Salah satu tujuan dakwah adalah terjadinya
perubahan prilaku (behaviour change) pada masyarakat yang menjadi obyek dakwah
kepada situasi yang lebih baik. Tampaknya, sikap dan prilaku (behaviour)
masyarakat dewasa ini hampir dapat dipastikan lebih banyak dipengaruhi oleh keadaan
sekitarnya.
Kedua, tantangan dakwah dalam
perspektif transmisi (transmissional perspective). Dakwah dapat diertikan sebagai proses penyampaian atau
transmisi ajaran agama Islam dari da’i sebagai sumber kepada masyarakat dakwah
sebagai penerima. Ketika ajaran agama ditrasmisikan kepada masyarakat yang
menjadi obyek, maka peranan media sangat menentukan. Ziauddin Sardar
mengemukakan bahawa abad informasi ternyata
telah menghasilkan sejumlah besar problem. Menurutnya, bagi dunia Islam,
revolusi informasi menghadirkan cabaran khusus
yang harus diatasi, agar umat Islam dapat memanfaatkannya untuk mencapai tujuan dakwah[1].
Ketiga, cabaran dakwah perspektif interaksi. Ketika
dakwah dilihat sebagai bentuk komunikasi yang khas (komunikasi Islami), maka
dengan sendirinya interaksi sosial akan terjadi, dan di dalamnya terbentuk
norma-norma tertentu sesuai pesan-pesan dakwah. Yang menjadi cabaran dakwah
dewasa ini, adalah bahawa pada saat yang sama masyarakat yang menjadi obyek
dakwah pasti berinteraksi dengan pihak-pihak lain atau masyarakat sekitarnya
yang belum tentu membawa pesan yang baik, bahkan mungkin sebaliknya.
[1]
Sardar, Ziauddin, Information and The Muslim World: A Strategy for The
Twenty-First Century, diterjemahkan oleh Priyono dengan judul Tantangan Dunia
Islam Abad 21 Menjangkau Informasi. Cet. VII; Bandung: Mizan, 1996, h. 16-17.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar