ABSTRAK
Pendidikan
merupakan salah satu unsur yang sangat penting terhadap pembentukan karakter
dan pembangunan peradaban suatu bangsa. Setidaknya ada tiga faktor
pembentukan sebuah peradaban yaitu;
pandangan hidup (worldview),
ilmu pengetahuan (science) dan pendidikan (education). Kaitan antara ketiga
faktor tersebut merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Selain dari pada
itu, dalam dunia pendidikan modern ada dua system pendidikan yang popular yang
saling berkompetisi untuk mewarnai kehidupan moderen yaitu; pendidikan Barat
dan pendidikan Islam. Kenyataannya kalangan umat Islam memberi respon yang
berbeda-beda terhadapnya. Isu ini banyak menarik komunitas pendidikan baik sebagai
teoritisi (penggagas) maupun praktisi atau penyelenggara pendidikan. Nampaknya
ada kesenjangan yang sangat menganga antara harapan dan kenyataan dalam dunia
pendidikan[1].
Secara teori, dunia pendidikan diharapkan untuk memberi kontribusi dalam
membangun peradaban sebuah bangsa, namun kenyataannya pendidikan sering dituduh
sebagai biang keladi dari semua krisis yang melanda bangsa saat ini. Krisis
kemiskinan, kebodohan, kemorosotan akhlak, dan penganiayaan tidak hanya terkait
dengan ekonomi dan politik tetapi sangat erat kaitannya dengan dunia
pendidikan. Sayyed al-Naquib al-Attas menyebut corruption of knowledge sebagai
sumber dari segala krisis yang ada. Permasalahan yang sering muncul dalam
konteks ini adalah benarkah system “pendidikan barat” memiliki kontribusi nyata
dalam menciptakan krisis multidimensi dalam kehidupan moderen? Seberapa jauh
peranan yang diperankan oleh system pendidikan Islam dalam menyelesaikan krisis
kehidupan moderen saat ini?
Key word:
Pendidikan Islam, Pendidikan Sekular, kehidupan moderen.
[1] Keterangan lebih lanjut lihat Maimun al-Aqsa,
Falsafah pendidikan Islam dan falsafah pendidikan barat: suatu analisis
perbandinganBrunei : Jabatan Pendidikan Sastera dan Sains
Kemasyarakatan, Institut Pendidikan Sultan Hassnal Bolkiah, Universiti Brunei
Darussalam, [199-].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar