Islam adalah agama universal.
Karakter universaliti Islam digambarkan
dan dilukiskan dalam banyak ayat al-Quran. Ia dihadirkan untuk memberi
inspirasi (hidayah) bagi semua manusia yang
hidup di muka bumi agar mereka
menikmati kehidupan yang penuh dengan kebahagian hakiki dan abadi. Disamping
menyeruh orang-orang beriman, al-Quran sering sekali menyeruh manusia. Dengan
demikian, manusia semuanya menjadi komuniti Qur’ani. Hal ini
dilukiskan oleh banyak penulis arab dengan menyebutnya sebagai “ Alamiyyatul
Islam”.
Dari realiti diatas, umat Islam kemudian diperintahkan untuk
menyampaikan pesan-pesan Islam yang terkandung dalam al-Quran. Perintah ilahi
ini kemudian dipopulerkan dengan istilah kewajiban berdakwah. Berdakwah dalam
Islam bukan hanya sebagai kewajiban tapi
ia juga merupakan sebuah ajaran normatif-universal karena ia
satu-satunya kanal untuk menyampaikan pesan-pesan kebaikan.
Sebagai sesebuah ajaran
normatif, sebagaimana halnya ajaran-ajaran kebaikan lainnya, aktiviti atau
gerakan dakwah tidak selamanya menuai sukses dan berjalan mulus, namun ia selalu menghadapi berbagai cabaran dan tentangan,
oleh kerana itu, gerakan dakwah mesti selalu siap menghadapi setiap cabaran dan
tentangan yang menghadangnya, terutama sekali di era yang serba kompleks saat
ini, era dimana skat-skat (batas-batas) wilayah sudah tidak menjadi penghalang
bagi komuniti dunia untuk saling berjejaring dan saling mempengaruhi dan inilah
yang disebut dengan era globalisasi. Oleh
yang demikian,
boleh dikata saat ini kita sedang menyaksikan pertarungan antara Universaliti Islam vs globalisasi dunia (Alamiyyatul Islam Amam
Aulamat al-Dunya).
Artikel ini akan memfokuskan
diri pada bagaimana setiap muslim harus membangun kesadaran dalam diri bahwa
tugas dan peran suci yang harus diembannya adalah menarik hati setiap orang
baik yang sudah mendeklarasikan dirinya sebagai muslim atau yang belum (
non-muslim) untuk ber-Islam dengan baik dan benar. Peran strategis ini akan
mengalami kendala dan hambatan yang luar biasa
bila seorang dai tidak mampu membangun asumsi yang benar berkaitan dengan karakter-karakter manusia
moderen yang sudah terglobalkan.
Manusia moderen adalah komuniti yang baharu yang jauh berbeza dengan komuniti muslim yang hidup
di zaman awal-awal Islam. Oleh kerana itu, gerakan dakwah harus menempuh cara, metode,
strategi baru yang mampu berjalan seiring dengan perkembangan dunia global yang
sangat dinamis. Dengan demikian, dakwah tidak hanya dilakukan melalui
cara-cara klasik tapi juga melalui media moderen yakni dengan cara mengemukakan
kandungan dakwa melalui tulisan, buku, majalah dan internet. Dengan demikian,
seorang dosen, guru, ilmuan adalah bagian dari gerakan dan misi dakwah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar