Aliran-Aliran Teologi Dalam Islam
Syi’ah: Tokoh dan Pandangannya
1. Lahirnya Syi’ah
Setelah wafat Rasul, muncul sekelompok jamaah kaum Muslmin dengan pendapatnya, bahwa Ali lebih berhak menjadi Khalifah dari yang lain-lain. Menurut mereka, bahwa Abu Bakar, Umar dan Usman telah merampas hak “imamah” yang suci itu dari Ali.
Politik Usman dalam memerintah yang nampaknya terlalu mengutamakan Bani Umaiyah, membuka jalan bagi pengikut-pengikut Ali untuk menggerakkan manusia untuk menentang Usman dan mengembalikan Khilafah pada Ali.
Dengan hasutan dari Abdullah bin Saba’, Abu Zar Al-Ghiffary menyalakan api pemberontakan. Ibnu Saba’ yang telah menjelajah seluruh penjuru daerah-daerah Islam untuk mengajak ummat berpihak Ali. Akhirnya sampai ke Mesir, di mana dia mempropagandakan faham politiknya itu dengan memberi bungkus agama.
Abdullah Bin Saba’ mengirim para propagandanya ke segala penjuru Islam untuk mengembangkan dakwah bagi Ali, bahkan kemudian Abdullah Bin Saba’ menyelundupkan ke dalam gerakan yang bernama “Syi’ah” ini satu paham yang bernama “Ar Ruj’ah” (kembali), artinya “kembalinya Muhammad s.a.w.” Dalam hal ini, Ibnu Saba’ berkata: “Aku heran terhadap orang yang berkata dengan “Ruj’ahnya isa” dan tidak berkata dengan “Ruj’ahnya Muhammad”, sedangkan Muhammad lebih Rujuk dari pada Isa.
Dari Abdullah Bin Saba’ itulah berasalnya “Mazhab tanasukhil Arwah”, dalam Islam yaitu paham yang mengatakan bahwa ruh dapat ke luar dari satu tubuh dan menempati tubuh yang lain.
Sesuai dengan ajaran agamanya yang lama, yaitu agama Yahudi, maka Abdullah bin Saba’ juga mengatakan bahwa Ali adalah menerima wasiat dari Muhammad untuk menjadi penggantinya.
Seperrti halnya dengan Khawarij, maka Syi’ah juga pada mulanya adalah suatu partai politik, karena yang mendorong lahirnya adalah faktor-faktor politik.
Sebagai suatu partai politik, Syi’ah berpendirian bahwa “Khilafah” adalah haknya Ali dan turunannya. Untuk memperkuat pendirian poitik itu, mereka mencampuri dengan berbagai ajaran agama, yang kebanyakan di adukan dengan ajaran-ajaran agama Yahudi dan Majusi.
Kaum Syi’ah menentang dengan tidak kenal kompromi terhadap Daulah Amawiyah, sehingga selama masa Bani Umaiyah memerintah, kaum syi’ah merupakan bahaya yang terbesar di samping Khawarij.
Dalam politik mereka banyak membuat kacau, demikian pula dalam soal agam, bahkan ke dalam Islam banyak mereka masukkan ajaran-ajaran Yahudi, Nasrani, Majusi, iIhad, dan sebagainya.
Seperti halnya dengan Khawarij, maka kaum Syi’ah juga pecah menjadi banyak sekali, yang satu sama lain kadang-kadang seperti minyak dengan air.
2. Pokok-Pokok pandangan Syi’ah.
a. Sekte Kaisaniyah
Kaisaniyah adalah sekte yang mempercayai Muhammad bin Hanafiah sebagai pemimpin setelah Husain bin Ali wafat. Nama Kaisaniyah diambil dari nama seorang bekas budak Ali yang bernama Kaisan. Meskipun sekte Kaisaniyah telah musnah, tetapi kehebatan nama Muhammad bin Hanafiah masih dapat dijumpai dalam cerita-cerita rakyat. Misalnya hikayat melayu yang terkenal dengan nama Hikayat Muhammad Hanafiah. Hikayat ini telah dikenal di Malaka sejak abad ke-15 M.
b. Sekte Zaidiyah
Sekte ini mempercayai kepemimpinan Zaid bin Husain Abidin sebagai pemimpin setelah Husain bin Ali wafat. Dalam syi’ah Zaidiyah, seseorang dapat diangkat sebagai imam apabila memenuhi lima kriteria. Kelima kriteria itu adalah keturunan Fatimah binti Muhammad saw., berpengetahuan luas tentang agama, hidupnya hanya untuk beribadah, berjihad di jalan Allah dengan mengangkat senjata, dan berani. Selain itu, sekte ini mengakui Abu Bakar dan Umar bin khattab.
c. Sekte Imamiyah
Sekte ini adalah golongan yang meyakini bahwa Nabi Muhammad saw. telah menunjuk Ali bin Abi Thalib menjadi pemimpin atau imam sebagai pengganti beliau dengan penunjuk yang jelas dan tegas. Oleh karena itu, sekte ini tidak mengakui kepemimpinan Abu Bakar, Umar, dan Usman. Sekte Imamiyah pecah menjadi beberapa golongan. Golongan terbesar adalah golongan Isna Asy’ariyah atau syi’ah Dua Belas. Golongan kedua adalah golongan Ismailliyah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar