Suatu
hal yang penting dikemukakan ketika mengawali pembicaraan menyangkut kontribusi
al-Ghazali dalam mengembangkan metodologi
Ashcariyyah adalah bahawa era
al-Ghazali merupakan periode sejarah yang sangat spesifik dalam hal perkembangan aliran al-Ashcariyyah. Betapa
tidak, era ini menandai awal
Minggu, 23 Desember 2012
Al-Thawāb wa al-'iqāb
Menurut al-Ashcari, Allah tidak mempunyai kewajipan menepati janji dan
menjalankan ancaman yang tersebut dalam al-Qur’an dan Hadis.([1])
Hal ini sejalan dengan keyakinannya tentang kekuasaan dan kehendak mutlak Allah.
Selanjutnya, al-Ashcari menyatidakan bahawa
pelaku perbuatan baik tidak wajib
KESIMPULAN
Hasil perbincangan mengenai konsep pemikiran
kalam ahli sunnah waljamaah mendapati bahawa Teologi ahli sunnah waljama’ah merupakan aliran
teologi terbesar dan terbanyak penganutnya di dunia Islam. Kajian ini mendapati pula bahawa Teologi Ahli sunnah bersifat terbuka,
realistik, dan pragmatis, serta bersikap
positif terhadap kemajuan sains dan teknologi.
Jumat, 14 Desember 2012
PERLUNYA ISLAMISASI PENGETAHUAN
Tidak diragukan lagi
secara factual bahwa krisis multidimensi dalam kehidupan bangsa-bangsa tidak
terkecuali umat Islam adalah akibat dari kerancuan system pendidikan dan
paradigma
pengetahuan yang
MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK PEDAGOGIK
Salah
satu karakteristik pendidikan Islam ialah paradigmanya yang tidak hanya
memandang manusia sebagai objek pendidikan tapi juga sebagai pelaku pendidikan.
Dengan
kata lain kita dapat mengatakan
PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM YANG HUMANISTIK
Tujuan pendidikasn
Islam adalah untuk memanusiakan manusia. Hal ini didasari pada kesadaran adanya
kecenderungan kebaikan dan potensi yang ada dalam diri manusia yang dalam
bahasa agama disebut
TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM
Pendidikan Islam adalah
bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam, menuju
terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.[1]
Memahami ajaran Islam secara
DASAR-DASAR PENDIDIKAN ISLAM
Dasar
Sosial
Pendidikan merupakan
bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. John Dewey
menyatakan, bahwa pendidikan sebagai salah satu keperluan mendasar, fungsi
sosial, sebagai bimbingan,
DASAR-DASAR PENDIDIKAN ISLAM
Dasar
Psikologis
Seperti yang kita
ketahui bahwa salah satu fungsi pendidikan adalah pemindahan nilai-nilai, ilmu
dan keterampilan dari generasi tua ke generasi muda untuk melanjutkan dan
memelihara identitas masyarakat
DASAR-DASAR PENDIDIKAN ISLAM
Dasar
filosofis
Falsafah pendidikan
merupakan titik permulaan dalam proses pendidikan, juga menjadi tulang punggung
kemana bagian-bagian yang lain dalam pendidikan itu bergantung dari segi
tujuan-tujuan
DASAR-DASAR PENDIDIKAN ISLAM
Sunnah
Rasulullah
Setelah Al-Qur’an,
pendidikan Islam menjadikan Sunnah Rasulullah SAW sebagai dasar dan sumber
kurikulumnya. Secara harfiah, Sunnah berarti jalan, metode dan program.
Sedangkan secara istilah, sunah
DASAR-DASAR PENDIDIKAN ISLAM
Al-Qur’an
Berbicara tentang dasar
ilmu pendidikan Islam berarti juga berbicara tentang kitab suci Al-Qur’an dan
Sunnah Rasul. Karena semua aspek kehidupan yang terkandung di dalam ajaran
Islam berasaskan
MUQADDIMAH
Dunia
Islam dan dunia Barat memiliki pandangan berbeda mengenai pendidikan. Dunia
barat sering dicirikan dengan karakternya yang khas seperti rasionalisme,
empirisme, humanisme, kapitalisme,
MENGEKSPLORASI KEUNGGULAN PENDIDIKAN ISLAM DI TENGAH KEBINGUNGAN DUNIA PENDIDIKAN
ABSTRAK
Pendidikan
merupakan salah satu unsur yang sangat penting terhadap pembentukan karakter
dan pembangunan peradaban suatu bangsa. Setidaknya ada tiga faktor
pembentukan sebuah peradaban yaitu;
Senin, 10 Desember 2012
Penutup
Setelah memaparkan potret
riil tentang era globalisasi dengan berbagai isu yang melingkupinya dan
perlunya umat Islam mendisain metod dan strategi dakwah yang harus menjadi
Moderasi Islam Dan Kesuksesan Gerakan Dakwah
Dakwah
dan Rasionalisasi Ajaran Islam
Ciri ketiga adalah
keberpihakan gerakan dakwah terhadap konsep rasionalisasi ajaran. Konsep
rasionalisasi Ajaran berbeza dengan konsep substansialisasi ajaran.
Substansialisasi-seperti yang
Moderasi Islam Dan Kesuksesan Gerakan Dakwah:
Dakwah
dan Kontekstualisasi Ajaran Islam
Ciri khas
yang kedua yang mesti diperhatikan oleh gerakan dakwah adalah pengakuan dirinya atas teori
kontekstualisasi Ajaran Islam. Inti dari teori ini adalah upaya melacak
unsur-unsur
Moderasi Islam Dan Kesuksesan Gerakan Dakwah:
Dakwah
dan Substansialisasi Ajaran Islam
Karakteristik
pertama yang harus diperhatikan oleh misi dan gerakan dakwah adalah
pengakuannya terhadap adanya rahsia dan tujuan-tujuan luhur yang bergerak di
balik ajaran-ajaran
Moderasi Islam Dan Kesuksesan Gerakan Dakwah:
Karakteristik
Moderasi Islam
Setelah kita menggarisbahwahi
wacana dan fenomena moderasi secara
seksama, maka untuk membangun dan memperkokoh bangunan moderasi Islam yang
sudah terbangun, nampaknya kita
Moderasi Islam Dan Kesuksesan Gerakan Dakwah:
Saddu Al-Dzaraai, Istihsan : Sebuah
Ikhtiar Membangun Fiqhi Dakwah
Kalau kita menggunakan
standar atau ukuran “fleksibiliti” dalam rangka mendeteksi kekuatan wacana atau
fenomena moderasi dalam Islam, maka konsep Istihsan dan Saddu al-Dzariah
Moderasi Islam Dan Kesuksesan Gerakan Dakwah:
Dakwah Dan Fiqh Moderat
Perangkat yang tidak kalah
pentingnya dalam memajukan dan menumbuh-kembangkan misi dakwah sekaligus
menjadi icon besar bagi moderasi yang dimaksud adalah fiqh al-Taysir.
Moderasi Islam Dan Kesuksesan Gerakan Dakwah:
Moderasi Islam dalam Al-Quran
Pada beberapa ayat al-Quran, Allah swt. Memberi petunjuk
pelaksanaan bagi penterjemahan moderasi Islam, yang paling menonjol adalah
fleksibiliti al-Quran melalui pengakuaannya terhadap
Moderasi Islam Dan Kesuksesan Gerakan Dakwah:
Potret Moderasi Islam
Sejatinya adalah perubahan
zaman akan mempengaruhi perubahan sosial atau perlakuan masyarakat terhadap
institusi zaman dengan berbagai kerumitan atau problematika kehidupan yang
Mempertimbangkan Kerumitan Gerakan Dakwah Di Era Globalisasi
Untuk menguji kesuksesan
sebuah gerakan atau misi dakwah, maka unsur zaman merupakan isu penting yang
menarik dibicarakan. Kita dapat mengatakan bahawa kejayaan atau kesuksesan
Potret Era Globalisasi
Era
globalisasi sering digambarkan sebagai sebuah babak sejarah dimana setiap
negara beserta individunya harus mampu bersaing satu sama lain sama ada antar negara mahupun antar
Muqaddimah
Islam adalah agama universal.
Karakter universaliti Islam digambarkan
dan dilukiskan dalam banyak ayat al-Quran. Ia dihadirkan untuk memberi
inspirasi (hidayah) bagi semua manusia yang
Relevansinya dalam kehidupan kontemporari.
Seperti
sedia maklum bahawa Imam Abu Hasan al-Asy’ari adalah tokoh yang memiliki tempat
tersendiri dikalangan kaum Sunni, kerana melalui ulama kharismatik itulah ahli Sunnah Wal
jama’ah lahir sebagai aliran teologi keagamaan.
Teologi Moderat.
Di antara para pengkaji banyak yang
berkesimpulan bahawa teologi al-Asy’ari adalah teologi ‘moderat’ diantara aliran-aliran yang ada dan
berkembang masa
itu.[1] Faktor pendorong atas moderasi teologi Asy’ari adalah
Al-Asy’ari antara Salaf dan Muktazilah.
Beberapa pengkaji teologi menilai bahawa, oleh sebab Imam al-Asy’ari tidak mampu bertahan pada metod salaf yang
dikembangkan oleh Ahmad bin Hanbal, menyebabkan ianya beralih kepada metod baru yang berbeza dengan
Trend Pemikiran al-Ashcari.
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahawa sebelum kemunculan
aliran ini, trend teologi saat itu dikuasai oleh dua mainstream pemikiran
yang berseteru dalam memahami akidah Islam. Dua mainstream yang dimaksud adalah
aliran Muktazilah dan aliran Hanabilah. Muktazilah
adalah sebuah aliran yang menjunjung tinggi akal dalam
Ahli Sunah Waljamaah
Sesungguhnya Abu al-Hasan al-Ashcari
tidak bermaksud menubuhkan aliran tersendiri yang terlepas daripada aliran yang
telah ada sebelumnya, sebab maklumat sejarah juga menyatakan bahwa ketika
al-Ashcari, di dalam masjid Basrah, menyampaikan orasi peralihannya
dari fahaman Muktazilah, beliau telah menrencanakan fahaman yang dianut oleh
Imam
Sekilas Tentang Abu Hasan al-Asy’ari
Abu Hasan
al-Ashcari adalah seorang pemikir yang muncul
pada masa Islam mecapai puncak kemajuan pemikiran. Dia termasuk mutakallim
terbesar yang pernah dimiliki dunia Islam. Kebesaran tokoh ini terbukti dari
mayoritas umat Islam di dunia, termasuk di Brunei, Indonesia dan Malaysia,
adalah penganut faham al-Ashcariyyah
Relevansinya Dalam Kehidupan Kontemporari .
Muqaddimah
Ahli sunnah waljama’ah persfektif teologi, adalah
sebuah aliran pemikiran dalam khazanah intelektual Islam yang dibangun pertama kali oleh Abu al-Hasan ‘Ali ibn Ismail al-Ash’ari (260-324
H.)([1]) selama
sebelas abad dalam
Minggu, 09 Desember 2012
AHLI SUNNAH WALJAMA’AH DALAM PERSPEKTIF ABU HASAN ASY’ARI
AHLI
SUNNAH WALJAMA’AH
DALAM PERSPEKTIF ABU HASAN ASY’ARI:
Relevansinya
Dalam Kehidupan Kontemporari[1].
Jumat, 27 Juli 2012
Melihat Allah di Akhirat.
Dalam hal melihat Allah, al-Ashcari menyatidakan
bahawa Allah dapat dilihat oleh manusia dengan mata kepala di akhirat nanti. ([1])
Di antara alasan-alasan yang dikemukakannya ialah bahawa yang tidak dapat
dilihat hanyalah yang tidak mempunyai wujud, yang mempunyai wujud pasti dapat
dilihat. Allah berwujud,
Iman dan Kedudukan Pelaku Dosa Besar di Akhirat
Iman kepada Allah
menempati kedudukan utama dalam al-Qur'an. Ayat pertama, yang turun kepada Nabi
Muhammad s.a.w. pun mengisyaratkan hal ini, ([1])
dengan perintah untuk membaca dengan menyebut nama
Konsep “al- Bacth”
Semua agama menyebutkan bahawa manusia tidaklah
musnah kerana datangnya kematian, melainkan hanya berpindah tempat daripada
alam dunia ke alam yang lain, di sana manusia akan menerima imbalan daripada
perbuatan-perbuatannya sama ada yang baik ataupun yang buruk.
Pengertian Sam’iyyat.
Term al-Samciyyat merupakan
salah satu perkara teologi yang banyak mendapat sorotan bahkan menjadi perkara
yang kontroversial dikalangan mutidakallimin, termasuk diantaranya adalah
aliran Ashcariyyah.
Al-Ismah.
Adalah sesuatu yang tidak mungkin diperbalahkan lagi, bahawa
ketika Allah s.w.t. memilih hambanya sebagai Rasul atau Nabi, tentu telah
melalui pelbagai persiapan berupa pemeliharaan atau pendidikan khas
Al- Mukjizāt.
Sebagaimana yang telah dikemukakan di atas bahawa, Kenabian,
dalam pandangan al-Ashcari, sesungguhnya merupakan anugerah
terbaik daripada Allah s.w.t. untuk seseorang hambah yang dipilih oleh-Nya.
Pentingnya Kenabian.
Apabila kita memperhatikan khazanah sejarah umat manusia,
disetiap terjadi masa kevakuman, maka kebejatan moral dan kegelapan jiwa serta
kebiadaban pasti terjadi
dimana-mana. Maka dimasa-masa itu
Pengertian ‘Nabi’ dan ‘Rasul’
Dalam upaya memahami konsep “kenabian dan kerasulan” dalam
Islam, perlu dilihat asal usul perkataan Nabi dan Rasul, istilah ini dianggap
penting agar dapat difahami dengan jelas, bahawa istilah yang digunakan Islam
memiliki pengertian khas yang berlainan dengan pengertian umum yang digunakan
untuknya.
Konsep al-kasb
Manusia atau dalam bahasa Arab al-nās atau al-insān
menurut ajaran Islam adalah makhluk terbaik ciptaan Allah.([1])
la merupakan makhluk termulia dibandingkan makhluk atau wujud lain yang
terdapat di jagat raya
Konsep Keadilan Allah.
Masalah keadilan Allah juga menjadi pembahasan yang banyak
mendapat perhatian umat Islam. Kata "keadilan" berasal dari bahasa
Arab: العدل , iaitu bentuk masdar dari عدل, يعدل عدلا
.
Iradat dan Kudrat Allah
Dalam teologi Islam, terdapat dua pandangan mengenai
kekuasaan dan kehendak Allah. Pertama,
bahawa kekuasaan dan kehendak Allah pada hakikatnya tidak lagi bersifat mutlak
semutlak-mutlaknya, ([1]) kerana dibatasi,
antara lain, oleh nature atau sunnah Allah yang tidak mengalami
perubahan. ([2]) Allah swt menjelaskan
dalam al-Qur’an: ولن تجد
لسنة الله تبديلا[3] tafsirnya: “Tidak akan engkau
jumpai perubahan pada Sunnah Allah”.
Hakikat Kalām Allah
Kalam Allah atau al-Qur’ān al-Karim memperkenalkan
dirinya dengan berbagai ciri dan sifat. Salah satu di antaranya adalah bahawa
ia merupakan kitab yang keautentikannya dijamin oleh Allah s.w.t., dan ia
adalah kitab yang selalu terpelihara. Allah s.w.t. berfirman: [1]انا نحن نزلنا الذكر وانا له لحافظون bermaksud:
Konsep Sifat Allah
Persoalan sifat-sifat Allah, merupakan perkara yang banyak
dibicarakan oleh ahli teologi Islam. Berkaitan dengan itu berkembang dua teori
iaitu: teori ithbāt al-sifāt dan nafyi al-sifāt. Teori
pertama, mengajarkan, bahawa Allah memiliki sifat-sifat, seperti mendengar,
melihat dan berbicara. Teori itu dianut oleh kaum
Hakikat kewujudan Allah
Untuk membuktikan wujud Allah, ada empat argument yang sering
dikemukakan oleh ulama kalam([1])
iaitu:
Petama, argumen penciptaan; bahwa
manusia tidaklah menciptakan dirinya sendiri dan anak-anaknya, tidak pula ia
menciptakan bumi tempat ia berpijak, dan langit tempat ia bernaung tetapi
diciptakan oleh Allah swt. [2]
Metodologi Pemikiran al-Juwayni.[1]
Setelah zaman al-Baqillani berlalu, datanglah zaman al-Juwayni. Pada
zaman ini metodologi al-Ashcariyyah dikemas dengan kemasan logika lebih dari sebelumnya. Dalam bukunya “al-Irshad ila qawatic al-adillah” ia menegaskan bahawa
kewajipan seseorang muslim dewasa ialah mengadakan
Metodologi Pemikiran Abu al-Hasan al-Ash'ari
Metodologi Pemikiran Abu Hasan al-Ashcari dapat dilihat dalam beberapa aspek tinjauan, iaitu, aspek dasar pijakan
(sumbernya), aspek dualistik (mendua) dan aspek kemoderatan (posisi menengah)
diantara beberapa metodologi yang ekstrim.
METOD PEMIKIRAN TOKOH-TOKOH AHLI SUNNAH WALJAMA’AH
Suatu hal yang penting dan mesti dikemukakan di sini bahawa, sesuatu aliran yang telah melintas dalam sejarah, pasti ia tidak mampu bertahan tanpa mengalami perubahan atau pengembangan yang signifikan dalam dirinya. Sebagai sesebuah aliran yang telah hadir dalam khazanah pemikiran Islam, al-Ashcariyyah pun tidak luput dari pengembangan tersebut, sama ada pada taraf metodologi mahupun menyangkut tema-tema kajian.
Kamis, 26 Juli 2012
Kesimpulan
Dari
huraian-huraian di atas dapat disimpulkan bahawa tokoh-tokoh atau ulama-ulama
yang berafiliasi kepada aliran al-Ashcariyyah telah melakukan
reaktualisasi sama ada dari aspek metodologi
mahupun pada aspek materi ajarannya. Perkembangan metodologi yang terjadi dalam
aliran ini tidak hanya berlaku pada satu zaman atau satu tokoh, tapi setiap
zaman dan tokoh ada sahaja reaktualisasi yang terjadi.
Relevansi Ahli Sunnah dengan al-Ash'ariyyah.
Walau bagaimanapun, patut dikemukakan disini, bahawa
sesungguhnya Abu al-Hasan al-Ashcari tidak bermaksud menubuhkan aliran tersendiri yang terlepas
daripada aliran yang telah sedia ada sebelumnya. Seperti yang telah disebutkan,
bahawa ketika al-Ashcari, didalam masjid Basrah,
Faktor penamaan aliran “al-Ash'ariyyah”
Seperti dimaklumi,
bahawa sesungguhnya pendapat-pendapat Imam al-Ashcari dalam
banyak hal, terutama menyangkut bidang akidah, disadur dari
pendapat-pendapat Ibn Kullab dan
pengikut-pengikutnya, sehingga al-Ashcari
–dianggap-- tergolong diantara murid-murid Ibn Kullab.
Ahli Sunah Waljamaah (Bidang Akidah)
Sesungguhnya Abu al-Hasan al-Ashcari tidak bermaksud menubuhkan aliran tersendiri yang
terlepas daripada aliran yang telah sedia ada sebelumnya, sebab informasi
sejarah juga menyatakan bahawa ketika al-Ashcari, di dalam masjid Basrah, menyampaikan ucapan peralihannya dari fahaman
Muktazilah,
Al-firqah al-Najiyah
Berangkat daripada pemahaman terma ahli Sunah waljamaah di atas, soalan
selanjutnya adalah; Benarkah semua aliran dan puak dalam Islam itu termaasuk beraqidah ahli Sunah waljamaah, dengan kata lain,
kriteria apa yang dipakai untuk menilai sebuah aliran boleh memakai
label ahli Sunah waljamaah?
Pengertian Ahli Sunah Waljamaah
Terma “Ahli Sunah”
sebenarnya bukanlah suatu hal yang baharu dalam Islam, bukan juga suatu terma
yang muncul seiring dengan kemunculan Abu Hasan al-Ashcari di
awal abad ke-4H.Terma ini telah menjadi istilah popular di masa sahabat sehingga
masa-masa berikutnya.
Ahli sunnah dan Dialektika Pemikiran
Di
kalangan ahli pikir, masalah dialektik merupakan masalah esensial dalam metodologi
pemikiran mereka. Mereka selalu sibuk
mengumpulkan pendapat-pendapat lawan, berikut dengan hujahnya, untuk dibantah dengan hujah
yang dianggap lebih kukuh. Untuk keperluan itu,
mereka menyusun sistimatka berfikir, yang dijadikan sebagai dasar-dasar
dialektik, sama ada untuk mengokohkan pendapat sendiri mahupun untuk menghantam
pendapat lawan.
Ahli Sunnah Sebagai Aliran Teologi
Ahli Sunnah Waljama’ah adalah sebuah aliran teologi yang muncul pada masa Islam mecapai
puncak kemajuan dari segi dialektika pemikiran. Aliran ini digagas dan dibangun oleh seorang mutakallim terbesar yang pernah dimiliki dunia
Islam. Kebesaran tokoh ini terbukti dari majoriti umat Islam di dunia,
Al-Ash'ariyyah dan Ahli sunnah
Ulama
dan tokoh-tokoh aliran al-Ashcariyyah, menurut al-Nashar, adalah ulama yang telah berhasil mengekspresikan substansi falsafah
Islam yang sebenar. Sebab hanya merekalah yang mampu menampilkan secara
substansial kandungan al-Qurān dan al-Sunnah secara kefalsafahan, begitu pula
visi teologi Ahli Sunah waljamaah telah menjelma dan mengkristal pada pemikiran
mereka, sehingga mazhab al-Ashcariyyah mampu menjadi sample
aqidah Ahli Sunnah waljamaah hingga masa ini, dan akan tetap terpelihara sampai
Allah menerima bumi dan isinya (hari kiamat).
Minggu, 19 Februari 2012
PEMBARUAN TANPA MEMBONGKAR TRADISI
WACANA KEAGAMAAN DIKALANGAN GENERASI MUDA NU
BUKU MASA KEPEMIMPINAN GUSDUR
Buku ini membahas tentang pengaruh teologi Asy'ari terhadap sejarah perkembangan faham Aswaja yang kemukakan oleh Dr.Hamzah Harun Al-Rasyid M.A
Bagi temen-teman yang ingin membacanya secara lebih lengkap silahkan klik link dibawah ini
Penutup
Penelusuran secara detail terhadap realitas fiqhi Islam di zaman rasul, sahabat maupun imam-imam besar dalam sejarah Islam, ternyata menunjukkan kekayaan khazanah bagi fiqhi “Moderasi Islam”, baik pada level konsep atau penerapan. Istilah substansialisai, kontekstualisasi dan Rasionalisasi teks atau hukum
Rasionalisasi Teks atau Hukum
Ciri ketiga adalah keberpihakan seorang muslim moderat terhadap konsep rasionalisasi Teks. Konsep rasionalisasi Teks berbeda dengan konsep substansialisasi teks. Substansialisasi-seperti yang telah dikemukakan sebelumnya-adalah upaya yang dilakukan oleh seorang faqih atau mujtahid untuk menentukan
Kontekstualisasi Teks atau Hukum
Ciri khas yang kedua yang mesti dimiliki oleh seorang muslim moderata adalah pengakuan dirinya atas teori kontekstualisasi Teks. Inti dari teori ini adalah upaya melacak unsur-unsur sejarah yang melingkupi sebuah Teks hukum, kemudian memberi pengaruh bagi unsur-unsur itu bagi pemahaman atau penerapan
Karakteristik Moderasi dalam Wilayah Hukum Islam dan Substansialisasi Teks atau Hukum
Karakteristik Moderasi dalam Wilayah Hukum Islam
Setelah kita menggarisbahwahi wacana dan fenomena moderasi dalam fiqhi Islam secara seksama, maka untuk membangun dan memperkokoh bangunan moderasi Islam yang sudah terbangun, nampaknya kita harus mengemukakan kriteria atau karakteristik moderasi Islam dalam wilayah hukum.
Saddu Al-Dzaraai, Istihsan Dan Moderasi Islam.
Kalau kita menggunakan standar atau ukuran “fleksibilitas” dalam rangka mendeteksi kekuatan wacana atau fenomena moderasi dalam Islam, maka konsep Istihsan dan Saddu al-Dzariah merupakan lahan yang sangat subur bagi moderasi dalam Islam sekaligus menjadi mesin yang sangat efektif bagi pengembangan hukum Islam. Ide yang menjadi muatan Istihsan adalah otoritas yang diberikan kepada seorang mujtahid untuk mengalihkan atau memindahkan hukum yang sudah tetap bagi suatu kasus tertentu dan diperkuat oleh ketentuan umum dalam hukum Islam untuk kemudian menetapkan hukum baru bagi kasus yang dimaksud karena ada pertimbangan-pertimbangan syar’i yang lain atau karena penerapan hukum yang pertama tidak lagi mengandung kemaslahatan atau penerapannya boleh jadi mendatangkan kemudaratan[1]. Untuk melihat posisi penting yang dimiliki konsep ini, bahkan berdasarkan sebuah riwat, Imam Malik mengatakan “Sembilan persepuluh (9/10) dari realitas fikih dibangun atas konsep istihsan”. Riwayat lain dari seorang ulama mazhab Maliki, ia mengatakan, “siapa yang terlalu berlarut dalam menggunakan qiyas maka ia dikhawatirkan akan menyalahi Sunnah”[2]. Nampaknya, statement ini dikemukakan dalam konteks penggunaan qiyas yang berlebihan karena ada anggapan bahwa qiyaslah yang lebih mendekati Nash (Teks) ketika tidak hukum kasus baru tidak dijelaskan di dalam nash, padahal sikap berlebihan yang demikian berpotensi untuk mereduksi dimensi kemanusiaan dalam bangunan Hukum Islam.
Demikian halnya pendekatan atau konsep saddu al-Dzariah, ia tidak kalah pentingnya dalam memperkaya wacana moderasi hukum Islam. Substansi yang terkandung dalam saddu al-Dzariah adalah menutup akses, sarana, atau jalan yang mengantarkan kepada kemafsadatan, atau kemudaratan. Sarana yang digunakan untuk terjadinya kemudaratan harus ditutup atau dilarang untuk dilakukan meskipun ia memiliki hukum kebolehan pada dasarnya, apa lagi kalau ia memang sudah diharamkan sejak awal. Dengan demikian, bisa dipahami bahwa ijtihad dapat memproduk hukum yang bertentangan secara kasat mata dengan hukum normal (awal) meskipun sesuai dengan substansi atau inti paling dalam dari ajaran hukum, dan inilah yang menjadi esensi konsep Saddu al-Dzariah dan Istihsan. Sisi lain dari Saddu al-Dzariah adalah otoritas yang diberikan kepada seorang mujtahid untuk untuk membuka akses-akses atau jalan-jalan yang dapat membawa kepada terciptanya kemaslahatan atau kebaikan universal. Sisi yang menarik dari teori ini, karena seorang mujtahid diberi kewenangan untuk membuka akses kemaslahatan meskipun harus terpaksa menghalalkan yang dilarang dalam hukum Islam. Contoh yang sering dikemukakan oleh pakar hukum adalah berbohong yang tadinya diharamkan dalam Islam, tapi dalam kasus-kasus tertentu dibolehkan demi menghindari terjadinya kemafsadatan[3].
Langganan:
Postingan (Atom)
PENULIS BUKU KEKERASAN ATAS NAMA AGAMA
H. HAMZAH HARUN AL-RASYID. Lahir 30 juli 1962. Alumni Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) ini memperoleh gelar: • Sarjana Muda (BA) 1987,...
-
Karya Hassan Hanafi dapat melahirkan sebuah kesan tentang proses keaktifannya dalam menanggapi perubahan-perubahan serta perkembangan-per...
-
Sebagai ilmuwan yang produktif, Arkoun telah menulis banyak buku dan artikel di sejumlah jurnal terkemuka seperti Arabica (Leiden/Paris), ...