René Guénon (Syeikh Abdul Wahid Yahya) adalah seorang pelajar Perancis terkenal, penulis, filsuf dan mistik. Beliau lahir pada 15 November 1886 dari sebuah keluarga kaya di Perancis dan di besarkan dalam keluarga Katolik. Ayahnya adalah seorang insinyur yang
memiliki reputasi tinggi. Jadi, René Guénon lahir dengan sendok perak di mulutnya (di lahirkan dalam keadaan kaya). Ia mendapatkan pendidikan awalnya di Blois·. Dari masa kecilnya, ia adalah anak yang luar biasa cerdas dan memiliki perbedaan di antara teman-teman sekelasnya. Dia mendapatkan gelar Bachelor karena kepintarannya dan bergabung dengan Universitas Paris di mana ia belajar matematika selama dua tahun.[1]
Selama studi, ia tidak membatasi kegiatannya hanya pendidikan formal, tetapi mulai mencari ‘Kebenaran Tertinggi’, karena ia tidak puas dengan agama nenek moyang; Kristen. Dia tidak menerima apa yang disebut dogma dan ritual Kristen. Akibatnya, ia tidak hanya mengadakan studi perbandingan agama,akan tetapi juga ia mengadakan diskusi dan pertemuan dengan pemikir dan filsuf ketenaran.[2]
Bahkan kemudian, ia kehausan akan kebenaran, malah semakin penasaran dengan serius. Karena perjalanan spiritual dan kekacauan mental yang dialaminya, dia meninggalkan universitas itu meskipun pendidikannya belum beres, keadaan ini bertahan hingga 1909. Setelah itu, ia bertemu dengan ahli-ahli keislaman yang tidak hanya kompeten pada ilmu Islam saja, tetapi juga di bidang sosiologi. Sarjana tersebut adalah Syeikh Abdul Haq, sebelumnya Schamrino asal Perancis. Dia adalah seorang sarjana yang memiliki reputasi, tulisannya disunting sebuah majalah yaitu “Al-Tareeq”. Nama Kristennya Iavon Gustav. Setelah masuk Islam, ia belajar bahasa Arab dan banyak menyumbang artikel ke majalah “Ansari” yang diterbitkan di Mesir.[3]
Tahun 1909, René Guénon memulai catatannya dalam sebuah majalah berjudul “Al-Maarifat” (Pengetahuan tentang Allah) dengan kolaborasi cendekiawan ini. Diskusi, wacana, dan artikel-artikel kritis yang berhubungan dengan studi perbandingan agama-agama yang berbeda diterbitkan dalam jurnal ini, yang meliputi agama Hindu, Yahudi, Kristen dan Islam.[4]
Jurnal ini tetap aktif selama sekitar empat tahun dan berhenti terbit pada tahun 1912, tahun di mana René Guénon masuk Islam. Dia mengganti namanya Abdul Wahid Yahya. Dan itu merupakan keinginan dari sendirinya yang terus-menerus mencari kebenaran ditambah dengan kerjasama dan bimbingan dari Syeikh Abdul Haq dan Syekh Abdur Rahman El-Kebir Elish (El-Alim El-Maliki School of Thought di Mesir), seorang sufi dan kompeten dalam Fikih Islam. Sebagai tanda hormat, René Guénon mendedikasikan bukunya: “Simbolisme Salib” kepada Syekh Abudur Rahman yang memberinya ide pertama sehingga terwujud buku tersebut.[5]
Pada Februari 1930, René Guénon pergi ke Kairo dan menetap di sana secara permanen. Sebelum keberangkatannya ke Kairo, ayah, ibu dan istrinya meninggal, jadi ia pergi ke Kairo dengan berat hati.[6]
Pada tahun 1937, René Guénon menikahi Karima Binti Abdur Rahman, yang terbukti mendapatkan kebahagiaan dan kenyamanan bagi dirinya. Ia mendedikasikan sisa hidupnya untuk kepentingan Islam dan umat Islam.
René Guénon meninggal pada tanggal 7 Januari 1951, pada usia 65. Kematiannya ditangisi seluruh dunia. Dia telah mengabdikan hidupnya untuk kepentingan Islam. Dia menulis banyak artikel dan sejumlah buku. Timur dan Barat; Reign of Quantity; Krisis Dunia Modern; Arti dari Salib, dan The Multiple Serikat adalah menjadi tulisan terbaiknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar