Teori pemikiran Lawrence Kholberg
Teori perkembangan etika Kholberg menekankan bahwa perkembangan moral didasarkan terutama pada penalaran moral dan berkembang secara bertahap. Kohlberg sampai pada pandangannya setelah 20 tahun melakukan wawancara yang unik dengan anak-anak.
Dalam wawancara, anak-anak diberikan serangkaian cerita dimana tokoh-tokohnya menghadapi dilema-dilema moral. Bagaimana anak-anak dalam penyikapi setiap cerita yang dilakukan oleh masing-masing tokoh dalam cerita yang disampaikan oleh kohlberg. Berikut ini adalah salah satu cerita dilema Kohlberg yang paling populer:
5
|
Cerita ini adalah salah satu dari sebelas cerita yang dikembangkan oleh Kohlberg untuk menginvestigasi hakekat pemikiran moral. Setelah membaca cerita, anak-anak menjadi responden menjawab serangkaian pertanyaan tentang dilema moral. Haruskah Heinz mencuri obat? Apakah mencuri obat tersebut benar atau salah? Mengapa? Apakah tugas suami untuk mencuri obat bagi istrinya kalau ia tidak mendapatkannya dengan cara lain? Apakah apoteker memiliki hak untuk mengenakan harga semahal itu walaupun tidak ada suatu aturan hukum yang membatasi harga? Mengapa atau mengapa tidak?
Berdasarkan penalaran di atas kohlberg kemudian merumuskan tiga tingkat perkembangan moral, yang masing-masing tahap ditandai oleh dua tahap. Konsep kunci dari teori Kohlberg, ialah internalisasi, yakni perubahan perkembangan dari perilaku yang dikendalikan secara eksternal menjadi perilaku yang dikendalikan secara internal.
Tingkat Satu: Penalaran Prakonvensional
Penalaran prakonvensional adalah tingkat yang paling rendah dalam teori perkembangan moral Kohlberg. Pada tingkat ini, anak tidak memperlihatkan internalisasi nilai-nilai moral, penalaran moral dikendalikan oleh imbalan (hadiah) dan hukuman ekternal.
6
|
Tahap 2: (Hedonis-Instumental), Individualisme dan tujuan adalah tahap kedua dari teori ini. Pada tahap ini penalaran moral didasarkan pada imbalan dan kepentingan diri sendiri. Anak-anak taat bila mereka ingin taat dan bila yang paling baik untuk kepentingan terbaik adalah taat. Apa yang benar adalah apa yang dirasakan baik dan apa yang dianggap menghasilkan hadiah.
Tingkat Dua: Penalaran Konvensional
Penalaran konvensional adalah tingkat kedua atau tingkat menengah dari teori perkembangan moral Kohlberg. Internalisasi individu pada tahap ini adalah menengah. Seorang mentaati standar-standar (internal) tertentu, tetapi mereka tidak mentaati standar-standar (internal) orang lain, seperti orangtua atau masyarakat.
Tahap 3: ( Good Boy), Norma-norma interpersonal, pada tahap ini seseorang menghargai kebenaran, kepedulian, dan kesetiaan pada orang lain sebagai landasan pertimbangan-pertimbangan moral. Anak anak sering mengadopsi standar-standar moral orangtuanya pada tahap ini, sambil mengharapkan dihargai oelh orangtuanya sebagai seorang perempuan yang baik atau laki-laki yang baik.
Tahap 4: ( Law and order), Moralitas sistem sosial. Pada tahap ini, pertimbangan moral didasarkan atas pemahaman aturan sosial, hukum-hukum, keadilan, dan kewajiban.
7
|
Tahap Tiga: Penalaran Pascakonvensional
Penalaran pascakonvensional adalah tingkat tertinggi dari teori perkembangan moral Kohlberg. Pada tingkat ini, moralitas benar-benar diinternalisasikan dan tidak didasarkan pada standar-standar orang lain. Seorang mengenal tindakan moral alternatif, menjajaki pilihan-pilihan, dan kemudian memutuskan berdasarkan suatu kode moral pribadi.
Tahap 5: (Fairness), Hak-hak masyarakat versus hak-hak individual, pada tahap ini seseorang mengalami bahwa nilai-nilai dan aturan-aturan adalah bersifat relatif dan bahwa standar dapat berbeda dari satu orang ke orang lain. Seseorang menyadari hukum penting bagi masyarakat, tetapi nilai-nilai seperti kebebasan lebih penting dari pada hukum.
Tahap 6: (Uneversal principil), Prinsip-prinsip etis universal, pada tahap ini seseorang telah mengembangkan suatu standar moral yang didasarkan pada hak-hak manusia yang universal. Bila menghadapi konflik secara hukum dan sua
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
Tingkat
|
Tahap
|
Bidang Keberlakuan
|
Sanksi
|
Cita-cita Hidup Baik
|
Identitas
|
Rekonstuksi Filosofis
|
Tingkat
Pra-Konvensional
|
Orientasi hukum dan ketaatan
|
Lingkungan (Bik alami maupun social)
|
Hukuman (Takut ganjaran fisik dikembalikan)
|
Maksimalisasi nikmat/ menghindar dari ketidak enakan melalui taat
|
Identitas alami
| |
Orientasi hedonistik instrumental
|
Sama melalui pertukaran hal-hal senilai
|
Hedonisme
| ||||
Tingkat Konvensional
|
Good boy orientation
|
Kelompok akrab
|
Merasa malu (Cinta dan penghagaan tidak diberikan)
|
Hubungan akrab selaras memuaskan
|
Identitas peran
| |
Law and order orientation
|
Bangsa Negara dan agama
|
Hubungan social teratur memantapkan
|
Etika peraturan
| |||
Tingkat Pasca konvensional
|
Orientasi perjanjian social
|
Setiap orang sebagai subjek hukum
|
Merasa bersalah (teguran suara hati)
|
Kebebasan sebagai warga Negara kesejahteraan umum
|
Identitas keakuan (Ego-Identity)
|
Hukum kodrat rasional
|
Orientasi prinsip-prinsip moral universal
|
Setiap orang sebagai manusia
|
Kebebasan suara hati (Kebebasan moral)
|
Imperatif kategoris
|
ra hati, seseorang akan mengikuti suara hati, walaupun keputusan itu mungkin melibatkan resiko pribadi[1].
8
|
Bagan : Tahap-tahap kesadaran moral menurut Kohlberg dan
kompetensi peran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar